Jumat, 04 Maret 2022

Kenapa Manusia Harus Diuji?

 Langit-langit terus memudar setiap harinya. Begitu pun perasaan-perasaan ini. Sudah 2 bulan 2022 ini berjalan, rasanya yang tersisa hanyalah kesalahan-kesalahan dan luka.

Mungkin Allah sedang memperingatkan, tapi hamba-Nya ini begitu banyak mengabaikan. Bahkan langit-langit terus merundungnya, petir-petir menyambarnya, tapi hamba-Nya ini terus saja enggan.

Waktu-waktu akan terus berlalu, aku tidak tahu sampaikan aku akan tiba di pembaringan. Rasanya aku ingin segera ke sana, tapi tak luput kuteringat atas dosa-dosa dan keluarga yang mungkin ditinggalkan.

Setiap waktu aku meminta kematian, aku pikir aku tidak perlu lagi penderitaan pada setiap waktunya. Ujian-ujian yang terasa sangat samar-samar ternyata membuatku merundung kesakitan, rasanya hanya kematian yang membuatku tenang.

Walau banyak ustadz bilang, ketenangan adalah kedekatan kita kepada Allah. Tapi yang kulakukan justru sebaliknya, membuang waktu atas segala tindakan tak berguna. Bahkan menjerumuskan orang.

Apakah aku masih layak berkehidupan setelah ini? Sayangnya Allah berkata ia hingga detik ini aku menulis. Entah berapa banyak kesalahan yang akan aku lakukan, semoga Allah terus membawaku ke pintu taubat-Nya, dan meninggalkan dunia dengan segala kebaikan yang tersisa.

Tapi, sungguh, rasanya hidup ini semakin berat. Sangat berat. Rasanya aku ingin menyerah disetiap ujian, aku merasa tak sanggup lalu beratanya-tanya.

Kenapa manusia harus diuji? Bagaimana jika aku menjadi tanah saja? Terdiam dan tak perlu diuji ataupun dihisab.

Sehingga aku tenang, tak perlu sedih kepayang.

Sabtu, 25 Desember 2021

Halo Blog, Lama Tak Bersua :)

Halo blog, sudah lama aku tidak bercerita. Hari ini dirimu terbuka kembali, karena obrolan santai bersama para mentee. Bukan maksud melupakanmu, tapi, entahlah rasanya semua banyak sekali yang sudah berlalu.

Seperti beberapa hari ini, perasaan rasanya kalut, didukung cuaca yang mendung, hingga aku selalu termenung. Rasanya, benar-benar bingung.

Coba tebak apa yang aku bingungkan? Apa yang aku renungkan? Jawabannya tidak ada, aku benar-benar tidak tahu apa yang ada dipikiran dan perasaanku. Rasanya aku ingin terdiam, menatap sesuatu yang tak kupedulikan. Rasanya seperti sedih tak berkesudahan.

Halo blog, terima kasih sudah menemaniku hingga hari ini. Dari aku memulai bangku SMK hingga sekarang aku punya anak. Dari semua perjalananku, satu yang tidak pernah berubah, ketersediaanmu mendengar keluh kesah gelisahku.

Rasanya kesedihan ini tercampur rindu, aku rindu sekali menulis disini. Dulu aku pernah bercita-cita menjadi penulis hebat, tapi entah kenapa sekarang aku tutup semua kans itu. Aku tidak menulis cerita lagi blog.

Blog, aku tidak tahu kalau ternyata menjadi orang yang semakin tua ini begitu melelahkan. Aku tidak tahu menjadi kakak itu melelahkan. Aku tidak tahu menjadi ayah itu melelahkan. Rasanya lelah sekali, tidak ingin aku memikirkan semuanya. Tapi tidak mungkin kuabaikan semua.

Rasanya, tidak ada hari libur untuk pikiran-pikiran ini. Semua begitu saja dihadapanku, mereka menangis, mereka bersedih, mereka mengeluh, mereka bercerita. Tapi aku seolah tak tahu harus bicara dengan siapa. Bahkan dengan istriku sendiri aku bingung ingin bercerita apa.

Rasa yang kesekian kali, aku ingin sendiri tanpa siapa-siapa, termasuk para binatang dan bintang. Biarkan detak jam menghantui kepalaku. Biarkan kesunyian itu menyelemutiku, dan aku tenggelam kedalamnya.

Halo blog, mungkin itu saja ceritaku di akhir tahun. Aku tahu kita tidak boleh menyerah, tapi sesekali lelah tak masalah bukan?

Senin, 11 Oktober 2021

Membersamai

Awalnya aku kira menjadi ayah adalah tentang mendidik dan menafkahi, tapi rupanya ayah adalah sesosok yang membersamai anaknya hingga dewasa, menyaksikan dan menjadi tempat khusus dalam setiap perjalanan sang anak.

Kamis, 22 Juli 2021

Postingan 1000

Sebenarnya tidak 1000 banget, karena ada beberapa yang mungkin sudah menjadi draft atau semacamnya, tapi tidak apa, mari kita rayakan ini dengan rasa syukur. Sebuah rasa yang aku rasa sangat-sangat penting untuk sekarang ini.

Dahulu kehidupan kita dengan orang lain terjarakan oleh dinding rumah, atau jalan yang jauh, bahkan berbeda pulau. Kehidupan kita hanya mencakupi tetangga-tetangga terdekat, dan yang kita lihat dari mereka hanya sedikit saja dalam hidup mereka.

Tapi sekarang, kita bisa melihat orang dari negara manapun, kita melihat seluruh cerita, benda, dan perasaan mereka dengan hal yang bernamakan sosial media. Sejak saat itu hidup berubah, dari yang kita sulit untuk mencari tahu orang lain, sulit tahu tentang cerita, benda, atau lainnya tentang orang lain, sekarang menjadi mudah.

Bahkan, sekarang orang berlomba-lomba mengumbar hal yang dimiliki, dengan dalih berbagi, atau mungkin ingin terkenal? Menjadi terkenal memang enak sekali, sama halnya memiliki banyak uang, dan jika mendapati keduanya, kenapa tidak? Cara dunia bekerja perlahan bergeser.

Sebelumnya, orang terkenal identik dengan artist yang tampil di televisi atau bioskop. Sesekali banyak orang mengenal pemain musik, olahragawan, dan pejabat. Sekarang, semua orang punya peluang untuk dikenal atau menjadi terkenal.

Saat dunia semakin bergeser, di sisi orang yang bersebrangan dengan orang yang terkenal, terkadang lebih sering meratapi kehidupan yang jauh sekali rasanya. Timbulah rasa iri dan benci, tapi tidak semuanya, ada juga orang-orang yang menikmati semua konten orang-orang terkenal, karena tak semuanya buruk, tentu saja, semuanya baik.

Semakin hari, rasanya semakin mudah sekali terpapar kehidupan orang lain. Dari situ, rasa syukur perlahan terkikis. Melihat orang lain, membuat hati perlahan ingin hidup seperti orang lain itu. Sehingga sulit sekali melihat apa yang dimiliki, apa yang telah dilakukan, dan banyak hal.

Menurutku, beruntunglah orang-orang yang tidak tertarik dengan sosial media. Hidup mereka mungkin lebih mindful.

Dari situ, aku meminta terus kepada Allah untuk diberikan rasa syukur yang sering terkikis. Mensyukuri semua yang pernah dilalui, pernah dimiliki, atau bahkan yang sedang dilalui, sedang dimiliki. Sangat tidak mudah memang, perlahan harus mengurangi paparan sosial media yang membuat hati dilema.

Untuk postingan 1000 ini, aku bersyukur sekali menikahi Fitri dengan segala keunikannya, cerianya, hal-hal tak terduga nan lucunya itu, serta pengingat ketat dalam setiap aktivitasku. Tidak hanya Fitri, keluarga Fitri pun menjadi sebuah rezekiku, dengan segala kebaikan mereka. 

Bersyukur pun akan kehadiran Kaisa. Kaisa yang membuat diriku dan Fitri mengalami percepatan dalam hal kesabaran dan kedewasaaan. Sesuatu periode yang sangat-sangat tidak mudah, hidup bukan lagi seutuhnya milik sendiri. Ada banyak hak Fitri dan Kaisa dalam hidupku sekarang, mungkin inilah kenapa orang barat tidak mau menikah bahkan mempunyai anak, karena sungguh sangat tidak mudah.

Bersyukur juga pada keadaan ekonomi yang tetap stabil di masa pandemi, memiliki orang-orang baik dan enak di kantor, pekerjaan yang membuat diri terus berkembang. Alhamdulillah.

Hal-hal tersebut yang sering kali ku luput akan syukur, banyak sekali terpaan diluar sana--sosial media--yang membuat hidupku tidaklah menarik, membosankan, bahkan selalu kurang.

Begitulah, perjalananku, terima kasih juga untuk semua teman-temanku selama ini. Postingan 1000 ini menjadi salah satu bukti aku pernah hidup di muka bumi ini. Ya walau tidak begitu signifikan, semoga Allah berikan kemampuanku dalam memberi dampak atau berguna yang lebih signifikan dan disaat itu aku mampu amanah.

Aamiin.

Jumat, 11 Juni 2021

Langit Tetap Sama

 Langitnya tetap itu saja, tidak pernah berubah. 

Tapi tidak dengan cuaca di masing-masing kita.

***

Setiap waktu, terkadang kita tak luput dari memimpikan kehidupan orang lain. Ah benar, mungkin itu aku saja. Tapi tak apalah. Terkadang kita terdiam, menatap orang-orang berseliweran, entah di dunia riil atau maya. Semua berlalu dan kita melihat sekejap dan sesekali berandai-andai.

Kehidupan memang terasa sangat membosankan, sekalipun itu adalah kehidupan yang kita impikan. Jenuh itu seperti susunan kehidupan yang tak terelakan. Saat jenuh itu tiba, kita pun mudah sekali terguncang. Melihat sedikit, langsung berandai, membayangkan, walau pada akhirnya kita tahu, semua akan sama.

Tiba pada kejenuhan yang lain.

Seolah kehidupan itu adalah pelarian dari satu jenuh ke jenuh lainnya. Tapi, apa boleh buat, tak sedikit orang melakukan seperti itu, mencari sesuatu yang baru karena jenuh. Mencari keadaan baru karena jenuh. Mencari kedamaian yang baru karena jenuh.

Ketika menginjak SMA, rasanya jenuh sekali, semua begitu saja, kurang menantang, tidak ada kebebasan. Sementara itu dunia perkuliahan sangat luar biasa, indah dan menawan rasanya. Kebebasan, tantangan, relasi, harapan, seolah disana adalah sumber kehidupan yang tak menjenuhkan.

Tapi, seandainya anak SMA itu tahu betapa membosankannya mengerjakan tugas yang tak kunjung berhenti, mengerjakan tugas akhir yang pada akhirnya terbuang begitu saja lembarannya di tong sampah. Mungkin anak SMA itu akan mengurungkan impiannya atau setidaknya tidak ingin terburu-buru.

Menginginkan sesuatu yang tidak kita miliki itu memang wajar, sepertinya naluri manusia seperti itu. Mencari dan mencari yang belum dimiliki, dan akhirnya lupa merasa cukup akan yang dimiliki. Semoga kita tidak.

Berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lain, mencari peruntungan, kedamaian, kebahagiaan, dan banyak hal. Walau pada akhirnya jenuh tetaplah jenuh. Semua itu tak terbendungkan lagi.

Satu-satunya yang penting dalam hidup ini adalah sesuatu yang sederhana namun susah sekali. Menikmati segala keadaan. Ya, itu tidak mudah, sementara nafsu menggebu-gebu ingin ini itu, berandai menjadi ini itu. 

Menikmati keadaan sungguh terdengar menjenuhkan, bukan?

Tapi terkadang kita memang lupa, untuk merasa sadar, hadir, dan serius dalam menjalani waktu kita sekarang ini. Karena otak kita sudah berlari jauh ke dunia yang selalu kita andai-andai. Sehingga yang ada adalah kegelisahaan.

Jadi, mungkin ini nasihat untuk aku sendiri, nikmatilah yang ada. Apapun yang aku inginkan, ketika aku dapatkan tidaklah berbeda dari keadaanku sekarang atau sebelum-sebelumnya, merasa jenuh dan berandai ke lain tempat lagi.