Senin, 29 Oktober 2018

Timbangan

"Enak ya, kalau wanita yang kayak gitu mudah banget dapet followers dan lainnya."

"Sebenarnya, memang ada yang manusia dirancang kelebihannya ya itu, menarik perhatian, jadi terkenal, dan semacamnya."

*

Akhirnya tersadar bahwa menarik perhatian atau mudah terkenal memang sebuah kelebihan layaknya bisa menggambar, bisa menulis, bisa bermain musik, dan mereka ya itu, bisa menarik perhatian orang lain atau bahkan terkenal bak artis.

Terkadang iri itu sering hadir, dan orang berlomba-lomba untuk menjadi terkenal, karena tak bisa dipungkiri hidup terkenal itu "terlihat" menyenangkan sekali. Banyak yang peduli, banyak yang mengagumi. Sementara itu, hidup jadi orang biasa yang tidak dipedulikan oleh banyak orang apa enaknya?

Begitu pun terhadap yang lainnya, ada anak kecil dibesarkan dengan kehidupan yang bergelimpangan harta, namun ada juga anak yang untuk makan aja sangat susah banget. Jelas bukan? Enak sekali anak yang tumbuh dengan bergelimpangan harta tanpa susah-susah menjalani kehidupan dengan menahan lapar setiap perutnya berbunyi.

Apakah semua orang sudah diatur sedemikian? Ada yang sangat beruntung dan tidak beruntung? Kalau begitu curang dong yang dilahirkan menjadi mudah terkenal, sudah kaya raya dari kecil, apa itu adil?

Sayang sekali, kehidupan ini benar-benar adil jika kita menaruh standar yang tepat terhadap kehidupan ini. Jika kita tahu semua yang ada di dunia ini bukanlah hasil akhir, kita tentu tidak akan kecewa terhadap kenyataan saat kita dilahirkan memiliki apa, atau ternyata kita tidak mudah terkenal seperti mereka-mereka para artis dan semacamnya.

Karena hidup ini adalah ujian.

"Jadi, kalau kita, yang misalkan jelek itu ujiannya gak ada yang deketin, nah kalau yang cantik ujiannya banyak yang deketin."

"Kok kalau cantik banyak yang deketin dibilang ujian?"

"Iya, seperti miskin dan kaya, kalau miskin adalah ujian karena kekurangan materi untuk hidup, sementara ujian orang kaya adalah berlebihan materi."

"Hmmm... Jadi bagaimana kelebihan adalah sebuah ujian?"

"Karena standar yang kita gunakan. Standar yang menentukan nilai yang tepat untuk sebuah hal yang terjadi. Kalau orang jelek ujiannya harus sabar untuk mendapatkan pasangnnya misal, sementara kalau cantik ujiannya harus menjaga diri dari banyaknya para pria yang menggodanya."

"Hmmm..."

"Kalau kaya dan miskin, miskin harus lebih keras berjuang, harus bersabar untuk meniti kehidupannya yang keras. Sementara yang kaya harus sabar untuk tidak sombong, untuk berbagi kelebihannya, karena tidak semua orang kaya itu tergerakan hatinya untuk berbagi, karena standar dan tujuan hiduplah yang menentukan tindakan-tindakan kita akan kondisi kita."

"Jadi, jika orang-orang tahu tujuannya, kaya dan miskin seharusnya bisa saling membahu?"

"Seperti itu mungkin."

Kekurangan kita adalah ujian, begitupun kelebihan kita, itu adalah ujian juga. Dan kita harus tahu, penilaian seperti apa yang tepat untuk kehidupan ini. Dan untuk apa kita hidup di dunia ini, maka kita akan sabar dan sangat sabar akan setiap ujian, baik kekurangan atau kelebihan. Tentu saja, kita tidak akan iri terhadap kehidupan orang lain, karena mereka tidak serta merta hidup bahagia dari awal hingga akhir, karena ujian itu akan terus berusaha menggerus bangunan yang kokoh, namun bangunan yang memiliki pondasi yang kuatlah yang terus bertengger hingga akhir. Pondasi dan standarnya tentu kita semua sudah tahu.

Semoga menjadi pengingat untuk diri sendiri terhadap kehidupan yang fana dan penuh perbedaan ini. Bahwa semua ini sungguh adil, terkadang aku terlalu tak bisa menilai diri. Kenikmatan itu sudah diberikan, kemampuan itu sudah diberikan, tapi kita terlalu fokus terhadap ujian dan mengeluh akannya.

*

"Dan Allah telah meninggikan langit dan meletakkan neraca (keadilan), (7) agar kamu tidak melampaui batas terhadap neraca itu, (8) dan tegakkanlah timbangan itu secara adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (9)" – (Q.S Ar-Rahman: 7-9)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu