Mungkin semester 5 ini sungguh menyiksa, aku bahkan mulai lupa caranya membaca, mulai lupa caranya merangkai kata, mulai lupa kalau maag ini sering kambuh. Bagaimana tidak? Dota tak terkelakan, tugas terus menggrogoti waktu, dan hati rasanya sepi. Haha.
Tidak, tidak, aku tidak semelow dan sesedih kata-kata terakhir, tapi semester 5 ini sungguh menyebalkan. Waktu seolah menjadi boomerang. Pilihan dan prioritas terus mengambil alih pada perannya. Dan sekarang semakin banyak pilihan, semakin banyak prioritas pula. Pada akhirnya aku lari menuju Dota. Ya, semua itu sungguh menyiksa.
Dan bahkan aku mulai lupa bagaimana cerita dari garapan yang terakhir kutulis, aku terlalu asyik dengan semua itu. Terlalu asyik membangun kota sendiri, terlalu asyik menugas, sampai aku lupa ada mimpi yang kucanangkan dan belum kugapai-gapai.
Rasanya ingin menyerah, begitu sulit semakin hari perjalanan kisah ini. Tapi, aku tak tahu, apakah menyerah pantas dilakukan? Namun, seolah menyerah kata yang mudah. Bagaimana melihat orang lain sukses menerbitkan buku-bukunya? Dan aku seperti berlari di tempat. Dan sekarang aku lupa apa yang aku tulis.
Ya, begitulah kisahnya, dan semua mulai bergejolak. Saat semester 5 ini berakhir, aku harus segera menyelesaikannya apapun yang terjadi. Tsssaaah~