Selasa, 17 Mei 2016

Sariawan

Kamu tahu rasanya sariawan?
Ya, serba salah
Mau makan salah
Nggak makan juga salah

Rasanya perih jika dipaksa
Tapi, jika tidak dipaksa
Mati rasanya
Dan aku terbingung olehnya

Berbagai cara kuobati
Dari memakan buah
Hingga aku memakai obat tetes
Kamu tahu rasanya apa? Perih, sangat perih

Sejak itu, aku mulai membenci sariawan
Sariawan tidak pernah menguntungkan
Uniknya terkadang ia terjadi karena kesalahanku yang tanpa sengaja
Terkadang sariawan hadir karena tergigit

Dan saat itu terjadi
Aku mencerca diriku sendiri
Dasar bodoh
Bisa-bisanya ruang di rongga mulutku seluas itu mengenai bibir atau lidahku

Lalu sariawan hadir
Aku mulai kesal
Aku serba salah
Dan aku mulai bodo amat

Sariawan tidak pernah tahu
Betapa bencinya aku dengannya
Betapa tidak inginnya aku dengannya
Dan kuharap sariawan dapat mengerti, sedikit saja.

Minggu, 15 Mei 2016

Perjalanan 6 Tahun.

Tak terasa sudah nyaris enam tahun blog ini ada, dari bahasanya gue menjadi aku. Dari isinya cerita gokil sampai ngegalau. Dari yang ramai hingga sekarang penghuni blog sudah berhijrah semua. Ya, dari aku dulu suka menulis fiksi dan sejenisnya, sekarang dipaksa menulis romansa.

Dan tanpa sadar bulan ini juga menandakan buku pertamaku terbit, dan rasanya, entahlah, aneh. Aku butuh 3 tahun untuk memulai karierku di dunia penulisan, aku butuh berapa bulan untuk naskahku diterima, tapi tiga tahun baru terbit, dan butuh sebulan lebih untuk buku kedua, dan aku butuh enam tahun untuk ngeblog, dan aku sekarang bukanlah apa-apa.

Aku masuk kuliah, dan semua tertelan begitu saja. Ambisiku lenyap, dan aku sedang asyik bermain Dota. Pernyataan yang aku tanamkan dan keputusan yang aku ambil semasa SMA untuk tidak bermain game lagi luntur begitu saja. Sekarang aku kerajingan bermain Dota.

Well, sudah banyak hal yang aku lalui. Dari aku yang cuek menulis cinta, sekarang terus berbicara cinta-cinta. Waktu adalah waktu, dan semua berubah seiringnya. Begitu pun tulisan, dari yang teguh untuk satu kali buat naskah untuk menyelesaikannya, dan hei, lihat aku memiliki tiga naskah berbeda yang tidak selesai sedikit pun padahal mereka sudah seperempat perjalanan.

Aku sebenarnya sudah tidak peduli berapa banyak naskah yang ditolak, yang aku pedulikan sekarang adalah naskah TA ku tidak ditolak dan lulus sesegera mungkin. Aku sudah mulai muak dengan sekitar, terkadang. Mereka melulu berbicara cinta, aku yang berusaha cuek pun seolah terseret. Hei, biarkan aku hidup tenang seperti dahulu.

Bagaimana aku menulis cerita dipagi hari adalah ketenangan, ditemani secangkir teh manis hangat yang kemudian membuat perutku kesakitan. Lalu aku harus segera berlari ke kamar mandi setelah melepas headset dari telingaku.

Dahulu waktu luang adalah surga bagiku, bagaimana aku selalu serius membaca perkata-kataan dengan alur penuh misteri. Bagaimana aku menghabiskan satu novel dalam satu hari. Bagaimana aku harus menunggu beratus halaman agar tahu cerita ini ternyata menarik.

Dan sekarang, aku tidak ada apa-apanya. Aku hilang. Sementara adekku terus melebarkan sayapnya.  Apa aku menyesal? tidak, satu yang baru kupelajari setelah aku merasa kesal dengan semua kemampuanku. Ya, aku harus melakukan yang terbaik. Lakukan yang terbaik. Terbaik! Tidak peduli seberapa kemampuanmu, kalau lakukan yang terbaik, usaha selalu berbanding lurus. Begitulah hukum fisika berlaku dan dunia menerimanya.

Kamis, 05 Mei 2016

Kesakitan

Menulis adalah pelampiasan kesakitanku
Sekarang aku merasa sakit
Amatlah sakit
Hati ini seperti berkeping, dan aku menulisnya

Menulis kesakitan adalah kehormatan bagiku
Tak mudah kita bercerita kepada seorang pun
Biarkan saja ia tertera
Di atas kertas atau di dalam layar digital

Menulis tentang kesakitanku adalah keindahan murni
Bagaimana rasa jujur tercurah
Bagaimana keputusasaan terucap
Bagaimana sikap akan bertindak

Kesakitanku sudah menusuk seluruh hidupku
Saat cinta mulai membawaku ke kebahagiaannya
Saat itulah cinta dan putus asa tak ada bedanya
Sekarang aku putus asa dan ingin melupakan segalanya

Terima kasih, telah memberi waktunya
Tapi kesakitan ini tanpa kau sadari
Telah membuatku diam
Diam dengan hati hancur berkeping

Aku sekarang harus jujur
Di tengah lagu cinta yang sebelumnya menggairahkan
Sekarang aku mulai muak
Menggantinya dengan lagu keputusasaan

Kesakitan itu terus bergerak
Dari kepala hingga ujung kakiku
Dan kini detik-detik terakhir
Jemariku menekan tuts keyboard untuk menulisnya

Kesakitan dari keputusasaan
Cinta yang berulah
Cinta yang salah
Lupakan saja, biarkan berlalu, walau itu sunggu amatlah berat.