Sabtu, 09 Februari 2019

Membangun Tim #3

Apresiasi. Komunikasi. Kolaborasi.

Tim itu berjuang bersama.

Setelah mengalami pasang surut percaya diri akan pekerjaan yang aku lakoni, rupanya Allah punya sekenario lain. Hal sederhana yang aku lakukan dengan salah satu rekan kerjaku yang baru ku kenal beberapa bulan ini berbuah manis, walau mungkin tidak memberi dampak besar, tapi ada sebuah sensasi yang membuatku tersenyum.

Sejatinya rekan kerjaku ini jauh lebih senior dan lama dariku, karena saking pendiemnya dan jarang keluar ruangan bahkan berdiskusi dengan orang selain timnya membuatku merasa seperti baru bertemu dengannya saat waktu pertama kali bergabung dengan tim ini.

Mungkin, itu berdasarkan apa yang aku lihat saja.

Aku, entah kenapa senang sekali deketin orang yang pendiem, rasanya aku selalu penasaran, apa sih yang mereka pikirkan? Apa sih yang mereka rasakan? Dari SD hingga sekarang aku sering melakukan itu.

Begitu pun ke rekan kerjaku ini.

Sebelum aku bergabung dengan tim ini, aku melihat mereka dari luar, aku melihat sebuah tempat sunyi. Aku sampai takut sendiri, aku takut kalau kebutuhanku akan obrolan tidak terpenuhi. Dengan segala asumsiku, aku mencoba menolak untuk bergabung ke tim ini, tapi karena sebuah keharusan, aku pun tidak bisa mengelak.

Aku masuk ke ruangan yang benar-benar sepi, aku sampai bingung sendiri. Tapi aku ingat kata seseorang kepadaku yang isinya kurang lebih. "Mungkin kita tidak bisa mengubah orang lain, tapi kita bisa mengubah diri kita sendiri." Dari situ aku mencoba dengan segenap tenaga sok asyik kepada setiap orang.

Aku, sungguh, cerewet. Melebihi wanita malah. Aku ngobrol dengan masing-masing orang, aku tanya ini itu, aku coba celetuk-celetuk apapun yang bisa membuat obrolan di ruangan itu. Alhasil, sekarang banyak yang bisa kita obrolkan, walau masih tetep pemicunya dariku, tapi tak mengapa.

Salah satu yang ku upayakan adalah bagaimana aku bisa komunikasi dengan baik kepada rekan kerjaku yang super pendiem ini. Karena, aku tahu, sebuah tim, sebuah kerja sama, nomor satu adalah komunikasi. Tanpanya, semua bisa jadi semakin sulit.

Perlahan kita berbicang, sepintas, berdasarkan kerjaan saja. Sampai akhirnya aku minta duduk di sebelahnya. Karena kerjaan kita memang sangat ketergantungan, aku mengupayakan bisa di sebelahnya.

Perlahan-lahan, aku yang semakin berisik ternyata mengundang banyak celetukan darinya. Hingga akhirnya kita benar-benar berkolaborasi. Lebih dari sekadar memberikan kerjaanku kepadanya untuk dikerjakan olehnya.

Dengan segala kerendahan hatinya, dia mau membantuku merapihkan desain sesuai keinginanku sebagai desainernya. Dia bahkan ku suruh-suruh untuk merubah pixel demi pixel, dicoba, kurang pas, diubah lagi sama dia, ada yang kurang interaksinya, sama dia diprovide, tak sedikit dia memberi masukan desain. Bahkan aku sampai nyuruh-nyuruh dia merubah font yang awalnya dia bilang sangat susah, dia bilang sebelum kita kolaborasi seperti saat ini.

Kolaborasi ini dengan komunikasi yang mulai membaik membuat atasanku tersenyum merekah, dia bahkan sudah 3 kali memberi apresiasi kita. Perkaranya sederhana, karena desain di aplikasinya banyak ruang putihnya yang membuat terlihat rapih.

Aku yang demotivasi akan pekerjaanku yang payah seolah diberi sedikit senyuman oleh Allah lewat atasanku, aku tahu apresiasi ini bisa membahayakan karena membuat kita terbuai akan dunia. Tapi, bolehlah ya kita merasa dihargai?

Terus teman-teman yang lain berkomentar akan apa yang aku kerjakan dengan rekan kantorku yang super pendiem ini. Mereka berkomentar.

"Si Acing (anggap saja nama rekan kerjaku pendiem itu Acing) biasanya sering berteman sama monitor... Sekarang kaya udah ketemu Misakinya."

Inget kartun Tsubasa? Di situ Tsubasa punya pasangan emas bernama Misaki. Dia bilang, aku seperti pasangan emasnya si Acing.

Lalu ada komentar juga. "Si Acing seperti menemukan kepingan yang hilang."

Ini cukup mengerikan jika dibayangkan ke yang lain-lain.

Atau komentar. "Chemistry kalian (terus gambar love-love)."

Aku tersenyum-senyum sendiri. Benar-benar Allah tiba-tiba memudahkan pekerjaanku dengan sedikit berubahnya si Acing ini. Tentu saja atas kehendak Allah Acing jadi agak berubah dan mau membantu pekerjaanku walau dia harus jungkir balik memikirkan bagaiman terealisasinya desain yang kubuat.

Masih banyak lagi yang sebenarnya perlu ditingkatkan dan dikerjakan, aku optimis bahwa tim ini bisa terus berkembang, dan semoga aku salah satu diantaranya yang berkembang.

By the way, aplikasi kita berhasil naik ke epringkat 4 trending di Google Play kemarin. Alhamdulillah, semoga memberi manfaat buat pengguananya! Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu