Begitu pun aku membaca tumblrnya mbak Alizetia. Jika kamu membaca tumblr dia dengan membayangkannya, kamu akan mendapati bahwa betapa beruntungnya Mbak Alizetia ini memiliki suami yang super duper sabar dan mencintainya, bahkan sang suaminya bilang "Sejak awal kan kita sudah bersepakat. Bahwa yang bertugas untuk lebih mencintai itu kan abang. Kamu pihak yang dicintai aja."
Aku yang jadi pria saja iri membacanya.
Mbak Alizetia terus menceritakan bagaimana suaminya memperlakukannya. Tidak tanggung-tanggung kata-kata itu sering berulang kali kudapati dan membuat diriku sebagai pembaca merasa seberuntung itukah Mbak Alizetia? Benar-benar betapa menghargai si Mbaknya atas setiap perilaku suaminya. Tapi, aku yakin, sang suami memang benar-benar luar biasa.
Kedua hal itu membuatku berpikir, apakah aku bisa mendapatkan pasangan seperti itu? Atau setidaknya teman seperti itu? Sahabat sebaik itu? Atau sebenarnya mereka semua yang ada di dekatku sekarang, teman atau sahabat atau keluarga sungguh amat baik, tapi diriku saja yang tidak bisa menilai kebaikan mereka? Lantas selalu mengambil sudut pandang yang tidak baik, sisi yang terkadang mengecewakan kita, atau lainnya?
Kemarin juga diceritakan temanku, dia kecewa dengan temannya, hingga akhirnya ada sebuah cerita tentang temannya itu, lebih ke cerita buruk. Aku yang merupakan temannya juga--temen dari temenku--merasa kelu sendiri mendengar kisah temanku yang terlihat buruk. Karena dalam benakku temanku yang diceritakan itu sebenarnya baik, tapi sayang beberapa yang sakit hati olehnya menilai dirinya akan keburukannya.
Tentu saja, setiap orang ada sisi baik dan buruknya. Lalu yang membuat dia "terlihat" baik dan buruk itu mungkin adalah kita-kita ini, yang hanya "pandai" menilai di suatu sisi, padahal jika kita bertingkah seperti Milea atau Mbak Alizetia kuyakin pasti hampir semua orang baik bagi kita, hanya saja terkadang yang terlintas sangat kuat di kepala kita adalah keburukannya, dan kita sulit sekali menghargai atau menyanjung kebaikannya atas kita.
Sudut pandang, penilaian.
Aku yang jadi pria saja iri membacanya.
Mbak Alizetia terus menceritakan bagaimana suaminya memperlakukannya. Tidak tanggung-tanggung kata-kata itu sering berulang kali kudapati dan membuat diriku sebagai pembaca merasa seberuntung itukah Mbak Alizetia? Benar-benar betapa menghargai si Mbaknya atas setiap perilaku suaminya. Tapi, aku yakin, sang suami memang benar-benar luar biasa.
Kedua hal itu membuatku berpikir, apakah aku bisa mendapatkan pasangan seperti itu? Atau setidaknya teman seperti itu? Sahabat sebaik itu? Atau sebenarnya mereka semua yang ada di dekatku sekarang, teman atau sahabat atau keluarga sungguh amat baik, tapi diriku saja yang tidak bisa menilai kebaikan mereka? Lantas selalu mengambil sudut pandang yang tidak baik, sisi yang terkadang mengecewakan kita, atau lainnya?
Kemarin juga diceritakan temanku, dia kecewa dengan temannya, hingga akhirnya ada sebuah cerita tentang temannya itu, lebih ke cerita buruk. Aku yang merupakan temannya juga--temen dari temenku--merasa kelu sendiri mendengar kisah temanku yang terlihat buruk. Karena dalam benakku temanku yang diceritakan itu sebenarnya baik, tapi sayang beberapa yang sakit hati olehnya menilai dirinya akan keburukannya.
Tentu saja, setiap orang ada sisi baik dan buruknya. Lalu yang membuat dia "terlihat" baik dan buruk itu mungkin adalah kita-kita ini, yang hanya "pandai" menilai di suatu sisi, padahal jika kita bertingkah seperti Milea atau Mbak Alizetia kuyakin pasti hampir semua orang baik bagi kita, hanya saja terkadang yang terlintas sangat kuat di kepala kita adalah keburukannya, dan kita sulit sekali menghargai atau menyanjung kebaikannya atas kita.
Sudut pandang, penilaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu