Sabtu, 29 November 2014

Pengorbanan Yang Ditunggu

Setiap keberhasilan dibutuhkan sebuah pengorbanan.

*

  Sudah menjadi hal umum, sudah menjadi bagian inspirasi dari kehidupan ini. Dan banyak orang telah membuktikan kata-kata tersebut. Tak sedikit pula yang terus mengutarakannya, setelah apa yang mereka alami. Jelas sekali, kata itu benar adanya.

  Hukum timbal balik selalu berlaku, dimana jika kau memberi maka kau akan mendapatkan. Jika kau berbuat kasar maka kau akan dikasarkan. Jika kau berbaik maka akan dibaikkan. Hidup ini tak serumit penjabaran para ilmuwan sains, tapi lebih kompleks lagi.

  Ya, hidup ini memang sedikit rumit. Dan juga unik. Tapi, aku lebih senang menyebutnya dengan kata unik. Hidup ini memang unik sehingga membuatku terkekeh sendiri lalu berpikir sejenak. Bagaimana mungkin semua ini terjadi? Ya, tapi beginilah adanya.

  Saat itu, aku melihat koridor gedung yang sedikit lengang. Lalu terlintas pikiran beberapa orang yang telah sukses melewati beberapa hal menarik dikehidupan ini. Kemudian temanku datang, lalu kami berbincang sejenak.

  Pembicaraan kami akhirnya menuju ke hal yang sedang kupikirkan. Dan pada akhirnya temanku berkata seperti itu. "Jika kamu mau berhasil, harus berkorban dulu. Mereka juga berhasil, pengorbanannya besar."

  Dan setelah mendengar kata-kata itu, ada yang kupikirkan lagi. Ya, tentang pengorbanan. Pengorbanan apa yang kurang dariku. Dan setelah beberapa detik. Aku tersadar dan temanku ternyata lebih cepat daripada aku. Ia lantas berkata. "Termasuk fokus serta totalitas apa yang kamu kejar, itu merupakan sebuah pengorbanan. Bagaimana kamu rela meninggalkan yang lain dan fokus ke satu hal."

  Aku terdiam, mengangguk-ngangguk. Sekarang aku tahu sedikit jawaban, sepertinya aku harus mengurangi jadwal yang semakin menggila ini. Jadwal yang hadir begitu saja tanpa diminta. Rasa terkekang sih tidak, tapi terkadang aku berpikir untuk fokus. Walau sering kali hanya terjadi di ucapan.

  Totalitas dan fokus. Tak jauh berbeda memang. Dan itu sepertinya yang aku butuhkan untuk keberhasilan. Aku harus mengorbankan berbagai aspek untuk keberhasilan pada suatu yang kutuju. Sulit, tentu saja, ditambah semua ini begitu menarik bagiku dan menyenangkan. Walau terkadang menjengkelkan.

  Namun, sepertinya petunjuk ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Aku jamin, ada waktunya diriku untuk fokus dan tiba di puncak tertinggi, di tengah kabut asap yang membubung, di bawah langit yang meniup-niup.

   Semoga saja itu terjadi dan aku kelak bisa mempostingnya lagi di blog ini. Aamiin. Keberhasilan akan hadir setelah pengorbanan luar biasa. Dan aku cukup percaya dengan semua ini. Semua yang ada di kehidupan ini bisa menjadi filosofi hidup yang menarik, dimana kehidupan selalu bisa dijadikan perbincangan yang mengerikan atau menyenangkan. Tergantung sejauh mana berkorban dalam mengeluarkan kata-kata dalam ucapan.

Rabu, 26 November 2014

Sedetik Saja Terjadi, Kau Bisa Tertawa Atau Menangis

  Selang beberapa menit ketika semua kegelisahan menguap menggebu-gebu. Dengan begitu saja selintas senyuman terbesit. Dan aku tahu yang kubutuhkan. Ya, sebuah usaha dan sedikit apresiasi itu sepertinya membaikkan seluruh keadaan yang semula antah berantah.

  Setelah ketenangan sedikit menunjukkan dirinya. Siapa yang menyangka? Aku bertemu adik kelas sdku, walau dia tak mengenalku. Tapi, aku ingat betul wajahnya. Hingga akhirnya kucoba menginterogasinya, dan wah, siapa yang menyangka? Dia sekarang jadi adik kelasku lagi di kampus ini.

  Hidup ini memang benar-benar menarik, seketika kau benar-benar jatuh ke jurang yang tak terhingga. Dan begitu saja hal-hal lain yang menarik muncul dan siapa yang menyangka sedetik kemudian kau tersenyum serta geleng-geleng.

  Sekarang aku merasa ada yang harus diselesaikan, benar-benar diselesaikan dan semoga setelah semua ini selesai aku mendapati ketenanganku kembali. Ya, semoga saja. Semoga juga keluh kesahku belakangan ini lenyap begitu saja. Seperti tertawa setelah menangis. Itu sepertinya sungguh nikmat.

  Tak ada yang abadi di dunia ini, termasuk kesedihan. Ia tak abadi, Tuhan yang memberitahuinya lewat waktu kepadaku. Setiap detik, semua bisa berubah, dan disaat itu kita bisa melihat segala rasa terjadi begitu saja. Bahkan tanpa alasan sedikit pun.

Selasa, 25 November 2014

Disaat Terdiam Bahkan Tuhan Memberikan Teguran

  Akhir-akhir ini, selain keluhanku terhadap hal-hal yang menghabiskan waktuku. Aku merasa sedikit aneh pada diriku. Terasa ada dengki atau iri yang hinggap dalam benak ini. Aku beberapa kali berusaha diam diri dan mencerna, atau ini efek lelah sementara atau mungkin saja ini sebuah reaksi dari apa yang kulihat?

  Hidup ini sungguh beragam, belakangan ini aku melihat berbagai orang yang kukenal mendapati apa yang mereka inginkan. Sebuah goal dalam kehidupan mereka. Oh, sungguh, itu sangat menyenangkan.

  Terkadang aku menatapinya sembari senyum-senyum pahit, oh betapa nikmatnya mereka. Perjuangan keras mereka telah terbayar. Dan sekali lagi, aku melihat diriku sendiri dan terus bertanya. Kapan giliranku? Atau bahkan aku menghujat diriku sendiri.

  Aku pun berpikir, mungkin sudah waktunya aku untuk fokus. Ya, yang kulihat di sini, mereka--yang berhasil mendapati keinginannya, melakukanya secara berkala, tidak setengah-setengah atau bisa dibilang totalitas. Hingga kerjaannya hanya itu-itu saja.

  Mungkin aku hanyalah pradoks dari hal-hal itu. Aku menyadari ketidak fokusanku. Dan semenjak menatap mereka, aku rasa aku harus membenahi diri lebih jauh dan lebih dalam. Hingga akhirnya beberapa hal terjadi lagi.

  Sebuah persaingan, hidup ini tak lekang oleh persaingan. Beberapa hal aku mendapati aku kalah dalam persaingan, sangat jauh. Dan aku merasa, hal tersulit dari kekalahan ini adalah menerimanya. Rasanya begitu berat, mungkin ini adalah tahap yang sebenarnya.

  Kekalahan dan melihat kemenangan orang itu terus membuatku terdiam, merasa diri tak sanggup atau menimbun rasa dengki dan iri. Dan sekarang aku berusaha tenang, berusaha keras menjauhkan semua itu dari pikiran dan hati.

  Pada akhirnya aku mencoba mencari hiburan, bertemu kawan lama. Dan terus mensyukuri apa yang telah terjadi. Tapi, tetap aja, diri ini seolah menolak. Otak tak bereaksi sebagaimana mestinya. Dan pada akhirnya aku tertampar. Benar-benar tertampar.

  Setelah sukses membaca sekitar 11 Chapter Shaman King Flowers yang mengasyikkan, aku akhirnya berkunjung ke blog favoritku. Ya, di sana aku mendapati postingan-postingan baru. Dan entah apa yang terjadi, sepertinya Tuhan telah menunjuk itu semua kepadaku.

  Ya, postingan blog favoritku menceritakan tentang rasa dendam, iri, membenci diri sendiri, dan ketidak mampuan diri yang mengakibatkan itu semua. Dan setelah membaca semua postingan yang terkait itu semua, aku hanya senyum-senyum, mengangguk-ngangguk dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

  Sekelilingku dipenuhi orang hebat, dan sekarang aku hanya bisa menulis rasa semua ini. Dan mungkin saja aku akan meledak. Entah berakhir sesuatu yang baik atau sebaliknya. Aku butuh sesuatu yang menenangkan sepertinya. Setidaknya aku akan menunggu chapter berikutnya dari Shaman King Flowers.

Minggu, 23 November 2014

Kenikmatan Di Atas Perbedaan

Padahal Tuhan menciptakan perbedaan ini untuk saling melengkapi, bukan saling menghujat dan mencaci maki.

*

  Beberapa hari ini, aku benar-benar merasa ingin pecah. Seandainya aku bisa membelah diri. Betapa banyak hal yang harus aku lakukan di waktu yang bersamaan. Contoh yang membuatku pusing adalah dota. Ya, dia selalu menggodaku dikala aku senggang.

  Pada akhirnya setiap malam kuhabiskan dengan dota, aku pun kekurangan tidur. Akhirnya mood menjadi berantakan. Kehidupanku seolah berantakan. Hingga aku lupa memberi selamat milad kepada ibuku. Kesibukan ini ingin segera kuakhiri, tapi ada saja yang terus mengambil alih pada diri ini.

  Sebenarnya itu bukan yang ingin aku bicarakan, siapa peduli dengan kesibukanku yang mulai membosankan. Sebenarnya, beberapa hari ini aku bertemu dengan orang-orang yang agak asing. Asing di sini karena berbeda bidang.

  Ya, sebut saja bidangku adalah teknik. Ya, aku berbincang-bincang bersama orang diluar anak teknik. Perbincangan kami sinkron, asik, tapi semua menjadi menyebalkan ketika seorang mulai membandingkan. Seolah paling hebat, ia tanpa dosa berkata jika tak ada bidangnya, maka bidang yang aku anut tak ada apa-apanya.

  Oh, Tuhan. Hidup ini memang menarik ya. Mungkin di sinilah kenapa perbedaan itu ada. Setidaknya ada cerita dimana kau berdebat dan saling merasa benar, lalu tertawa dan miris sendiri setelah tahu kita itu saling membutuhkan.

  Pada akhirnya hanya gengsi yang timbul, saling tak acuh padahal saling membutuh. Inilah kehidupan. Saat kau merasa paling dihargai, dihormati, suatu hal lain, karena ada yang menghargai dan menghormatimu lah yang membuat statusmu dihargai atau dihormati.

  Bisa dibilang, tidak akan ada idola jika tak ada fans. Mereka saling membutuhkan, perbedaan status mereka saling menopang. Layaknya, wanita dan pria. Ibu dan ayah. Seperti itu juga para bidang-bidang, mungkin anak teknik memang kaku dan membosankan. Tapi, ya beginilah, kita fokus pada hal yang kita anut, dan biarkan mereka berkata apa. Kita punya peminatan masing-masing, dan pada akhirnya kita saling membutuhkan.

  Salah satu hal terbenci di kehidupan ini adalah membanding-bandingkan. Entah kenapa, menurutku di dunia ini sulit, bahkan sangat sulit untuk membandingkan satu dengan satu lainnya. Karena, bagiku tak ada satu pun yang sama persis di dunia ini. Bahkan memilih hero dota saja tidak bisa sama.

  Nikmati hidup ini di atas perbedaan, dengan itu kita tahu, kita butuh orang lain di kehidupan ini. Tutup perbedaan dengan senyuman peradaban, entah apa artinya. Kerja sama itu menyenangkan, apa lagi bersama-sama, kita bangun bangsa nan bersahaja.

  Sepertinya, aku harus kembali dengan kesibukanku. Dan aku masih berharap bisa membelah diri.

Jumat, 21 November 2014

Izinkan Aku

Suatu momen bolehkah aku bertindak sesuka hati?
Tanpa peduli orang lain
Tanpa peduli perasaan mana yang terluka
Tanpa peduli emosi siapa yang memuncak
Tanpa peduli apa kata orang-orang.

Bisakah aku bertindak sesuka hati?
Seperti mereka-mereka yang riang menyakiti
Enggan peduli
Dan suka membuat emosi.

Bisakah aku melakukan itu?
Bisakah?
Aku mohon, rasanya kepalaku ingin pecah
Berkeping-keping dan mungkin tak ada yang peduli

Karena hidup ini mungkin sekadar imajinasi
Biarkan aku terusik, tidak untuk mereka
Biarkan aku menderita,
Bahagia untuk mereka
Persetan.

Kamis, 20 November 2014

Kucing-kucing Petualang

  Mereka tak senyaman kita, hidup di bawah atap, bercanda-gurau, berbicara, makan dan melakukan kesenangan sesuka hati. Mereka harus berlari, memburu pengisi perut, berkalana pada malam hari. Entah betapa hebatnya mereka.

  Ya, sebenarnya aku orang yang paling malas dengan hewan. Tapi, belakangan ini, para kucing-kucing itu mencoba menggangguku. Nongol dihadapanku dengan wajah yang memelas. Bahkan hingga ada seekor kucing hitam yang masuk ke kamar kosanku dan guling-guling di tikarku.

  Aku langsung panik dan berusaha mengusirnya, tapi beberapa detik setelah melihat seekor kucing itu seolah mendapatkan tempat yang nyaman untuk istirahat malamnya. Aku jadi sedikit kasihan, bagaimana jika itu adalah aku? Ya, itu memang sulit terjadi.

  Tapi, seolah dia mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, beristirahat setelah berpetualan menelusuri kota untuk mencari pengganjal perutnya. Namun, berhubung aku kurang suka dengan hewan, pada akhirnya aku usir kucing malang itu.

  Bahkan, uniknya, entah kapan ia masuk. Ketika sore hari aku pulang dari kampus. Kucing itu tiba-tiba di dalam kamarku. Seandainya ia bisa diajak bicara dan bisa diatur semudah apa yang dibayangkan, mungkin aku rela saja membagi dua kasurku dengan kucing itu.

  Ya, itu memang sulit terjadi juga. Terkadang aku berpikir, ia akan merusak apa yang ada di kamar super duper berantakan ini. Pada akhirnya kucing itu tidur di karpet depan pintu salah satu penghuni kamar kosan di tempatku.

  Selain kucing hitam yang sering nongol dikosanku itu. Waktu aku sedang makan di tengah pekatnya malam, aku melihat seekor kucing kecil yang super lucunya. Aku sudah kehilangan akal saat itu, bahkan aku berpikir untuk merawatnya. Padahal jelas-jelas aku memahami, aku paling malas dengan namanya hewan.

  Tapi, kucing itu benar-benar lucu. Warnanya yang terlihat menenangkan, abu-abu serta putih, meongannya yang merdu nan cempreng, wajahnya yang mungil nan lucu, pokoknya saat itu aku kehilangan akal. Nyaris kubawa pulang dan kupelihara.

  Namun, semua itu tak terjadi. Mungkin suatu saat aku ingin melihara seekor kucing yang lucu. Sungguh betapa tangguhnya mereka--para kucing. Berpetualang setiap saat, mencari tempat beristirahat sertadan sesuap remahan untuk ia telan begitu saja.

  Tak sedikit orang bertingkah buruk padanya, kucing-kucing petualang itu harus aku beri apresiasi. Betapa lucunya mereka untuk berkeliaran di tengah gemerlap dan sendunya malam. Kupikir, aku harus segera punya anak dan memintanya untuk melihara kucing. Ya, aku tak mau ambil repot saja sih. Haha...

Selasa, 18 November 2014

Diam

Diam, terkadang diam lebih dihargai daripada seorang yang berupaya menjadi bijak.

Senin, 17 November 2014

Pada Akhirnya Waktu Merekamnya

  Inilah salah satu bagian terindah dalam hidup. Sebuah kenangan. Ya, kenangan suatu anugerah terindah. Saat kau mengingatnya dan meresapi yang telah terjadi itu. Kenangan seolah memaksa otak mencerna semua yang terekam, menghidupkan kembali cerita lama walau hanya sebuah bayang-bayang.

  Tapi, seperti itulah kenangan bekerja. Dengan mengingatnya, ada rasa sedih, gembira, kesal, dan bahkan membuatmu senyum tak kepayang. Begitulah kenangan dibuat. Dan di era yang sudah luar biasa ini, kenangan tak hanya bisa direkam diotak. Banyak peralatan canggih untuk merekam kenangan tersebut.

  Entah foto, tulisan, atau bahkan video yang menggemaskan. Kenangan bisa kita nikmati lebih dari sekadar bayangan dipikiran. Terlihat begitu nyata, dan suatu saat mungkin ada peralatan yang membuat kenangan itu terasa begitu sangat nyata. Seolah kita kembali ke sana, benar-benar kembali.

  Entah dengan image processing yang begitu dahsyat atau apa. Tentu saja itu bukan hal yang mustahil. Ya, suatu saat kenangan kian menjadi nyata. Dan disaat itu pula, kenangan mungkin bisa jadi biasa atau mengesankan. Aku tak peduli.

  Kini kenangan terasa hadir, saat beberapa kata terucap dan sejuta sel diotak mencerna. Oh betapa manisnya dahulu kala, walau kata-kata manja lebih sering terucap dan rengekan kecil yang menggoda seolah bertanda, aku begitu bahagia.

  Kenangan. Oh betapa senangnya memiliki kenangan. Semuanya terasa berharga. Saat kita tersadar, bahwa itu momen terbaik yang pernah ada. Momen tersulit yang pernah dilalui. Sebuah senyuman tipis dari bibir ini telah membuktikan, waktu berjalan begitu cepat. Dan semua berjalan seperti apa yang diupayakan.

  Kenangan itu sungguh menarik. Dan waktulah yang sebenarnya merekam dengan bijak.

Minggu, 09 November 2014

Aku Jatuh Cinta

Sudah setahun lebih novelku beredar di toko buku dan kini ku tak tahu masih ada atau tidak. Terpenting, sekarang aku jatuh cinta dengan Pulchra. Sialnya, aku telah melewati waktu selama ini dan tak menyadari bahwa aku t'lah jatuh cinta dengannya.

Sabtu, 08 November 2014