Kamis, 31 Desember 2020

Tanpa Sadar

 Tanpa sadar aku membuat postingan tentang berpikir dua kali di tahun ini. Sepertinya aku lagi banyak berpikir, di dalam keramaian.

Tahun 2020

Banyak waktu berlalu, sebagian orang bersumpah serapah, sebagain lainnya mengambil hikmah. Terserah, mana jalan yang dipilih, kita semua tahu kosekuensinya.

Perjalan tahun ini memang tak seindah kisah-kisah romansa yang ada, mungkin lebih cocok menjadi film thriller. Banyak sekali hal mencekam. Virus, kematian, kelaparan, penyakit, perang, fitnah, dan paling menjijikan korupsi. Bisa-bisanya korupsi di tengah kesulitan.

Banyak waktu berlalu, tak sedikit yang digunakan untuk kebaikan atau pun sebaliknya. Sekali lagi terserah, mana jalan yang dipilih, kita sangat paham kosekuensinya.

Orang bilang nilai baik dan buruk itu relatif, tergantung siapa yang bertindak dan siapa yang tertindak. Mereka lupa, bahwa mereka sedang menertawakan diri mereka sendiri, dengan kebodohan yang nyata.

Banyak waktu berlalu, ada yang bosan terdiam sepanjang hari di rumah, ada yang berjuang di ambang maut. Kita semua tahu kosekuensinya, tapi terkadang kita tetap memilih yang buruk.

Apakah kita termasuk orang yang tidak rasional? Atau hawa nafsu memang mengalahkan segala kerasionalan itu?

Tahun ini memang bukan tahun yang indah, tapi di tahun ini hal yang biasa kita lakukan sebelumnya--masa pandemi, menjadi terasa sangat indah dan berharga.

Berpikir

Heningnya malam selalu membuatku berpikir, entah ada keterhubungan apa antara keheningan di malam hari dengan berpikir. Tapi heningnya malam suka begitu, membuatku berpikir. Apapun itu. Tentang kesendirian atau lainnya.

Tidak hanya itu, terkadang kondisi kesendirian di tengah keramaian pun juga mengajakku berpikir. Tentang keramaian atau lainnya.

Berjalan menuju kosan juga adalah waktu favoritku untuk berpikir apapun yang pernah terjadi, rasanya waktu berjalan begitu lambat dan aku bisa menjamah semuah pikiran yang ada. Terkadang membuahkan sebuah hal, terkadang juga hanya membuat pusing kepala.

Menulis juga membuatku berpikir, terkadang aku merasa payah dalam melakukannya, namun ketika membaca ulang aku bahkan tidak sadar aku pernah menulis seperti itu. Tapi, intinya aku jadi berpikir ketika menulis.

Masalah juga membuatku berpikir, tidak sedikit aku memutar otak atau berdiam diri untuk mencari tahu jalan keluar yang tepat untuk menghadapi sebuah masalah. Ya, aku berpikir.

Jika dijabarkan semua, aku rasa akan menjadi sangat banyak, dan aku tersadar ternyata aku memang benar-benar berpikir. Aku pikir aku orang yang sangat spontan, tapi ternyata begitu, aku berpikir, walau berpikir yang tidak direncanakan. Aku berpikir pada sebuah momen.

Malam ini aku pun berpikir di tengah keheningan malam dan menulis. Banyak sekali yang terlewat di kepalaku, ya, aku tidak perlu memusingkan semuanya. Mereka tidak akan pernah habis untuk dipikirkan, bukankah yang penting dilakukan?

Ah menyenangkan sekali aku menyadari ini, walau tetap saja aku perlu berpikir lebih jauh, lebih berat, lebih berdampak. Tapi satu langkah sudah ditanganku, kesadaran itu.

Aku, berpikir.

Jumat, 18 Desember 2020

Dua Hal

Masa tua dan kematian, belakangan ini sering sekali mendengarnya, entah di perbincangan bersama teman kantor ataupun teman lainnya di media online. Masa tua dan kematian memang rasanya begitu dekat, tapi ternyata di usiaku sekarang kedua itu terasa dekat.


Bagaimana tidak, sekarang di kepalaku selalu bertanya-tanya, 15 atau 20 tahun lagi aku bagaimana ya? Apa yang bisa aku lakukan? Apa kemampuanku masih bisa digunakan. Walau segi waktu itu masih terbilang lama, tapi dari segi perasaan pikiran entah kenapa sudah menyeruak.


Menjadi tua adalah jalan yang mungkin di lalui jika di beri umur panjang, aku bisa membayangkan orang-orang yang takut pensiun sekarang. Yap, seperti aku membayangkan 15 atau 20 tahun lagi dengan kehidupanku serta keluargaku. Ternyata begitu, dahulu aku pikir mereka yang takut pensiun hanya lebay atau tidak punya skill yang bisa digunakan di usia kapan pun, rupanya perasaan itu juga menghampiriku.


Lalu kematian, ah sudah berapa kali aku menulis kematian, itu adalah keniscayaan. Belakangan ini kita semakin mendengar kematian, yap, dari covid. Aku pikir sampai situ saja cukup ternyata covid itu sudah mengelilingi-ku dan keluargaku.


Tidak, Alhamdulillah kamu masih Allah jaga dari covid, tapi tak sedikit orang yang aku dan keluargaku kenal meninggal karena covid. Baru kemarin tanteku yang belum lama sempat ada obrolan, lantas meninggal karena covid.


Kematian amat dekat, bahkan teman smpku baru diinfokan meninggal pagi hari ini. Aku terkejut, ditambah melihat foto mayatnya yang di share. Aku merasa kematian adalah sesuatu yang unik sekali. Tentu saja aku takut, karena amalku belumlah banyak dan dosaku masih bertumpuk.


Kematian-kematian itu semakin dekat dan melekat, sampai aku bingung, apakah ini akan terus terjadi dan bagaimana dunia ini akan bekerja setelahnya? Ah ditambah mengingat masa tua nanti, komplit rasanya risau ini.


Tapi aku selalu percaya Allah akan membersamai orang-orang yang beriman kepada-Nya. Itu adalah harapan pasti untuk melalui semua ini. Walau terkadang pikiran dan perbuatan tidak sinkron-sinkron amat, tapi tidak ada salahnya terus berikhtiar.


Ah, 25 tahun, sebentar lagi tahun baru masehi. Berjalan menuju 26 tahun. Tidak menyangka, usiaku sudah sejauh ini. Semoa amalnya pun sangat jauh.



Rabu, 05 Agustus 2020

Khalayan Tak Terpedulikan

Pandangan gelisah saat melihat betapa besarnya orang-orang diluar sana, betapa kecilnya diri yang selalu tidak tahu apa yang sebenarnya telah dicapai oleh diri ini?

Waktu-waktu yang terus berjalan, menghantarkanku pada ketakutan. Perjuangan orang-orang seolah dianugrahi oleh malaikat-malaikat yang mampu menghantarkannya diambang kegemilangan.

Sementara aku? Tertunduk pada ketakutan, kebimbangan, dan kesedihan.

Saat tahu potensi diri kukira itu awal yang baik, tapi perlahan ku tergerus oleh perbandingan. Banyak orang yang mampu membuat lebih hebat dibanding potensiku. Lagi-lagi aku tertunduk pada ketakutan, kebimbangan, dan kesedihan.

Rentetan waktu masih berjalan, ku coba mendekati diri pada orang-orang yang kupikir bisa menghantarkanku pada sesuatu yang tak bisa kuraih, tapi ku ternyata salah, semua perjuangan itu bicara tentang diri sendiri.

Lelah yang berujung menyerah, perlahan kutarik diri dari gemerlap kehidupan. Menyingsing waktu-waktu yang semakin kelam, dan rasanya aku tidak lagi menjadi seseorang, melainkan sepuing khayalan orang-orang yang tidak dipedulikan.

Senin, 27 Juli 2020

Berpikir

Menulis adalah berpikir, terlalu lama hanya menikmati konten-konten orang lain lantas perlahan membuat diri ini hanya menerima pikiran dan jarang berpikir.

Jika tidak memulai berpikir, perlahan malas akan banyak hal, karena berpikir akan merubah kehidupan kita. Semakin berpikir pun kita semakin sadar dan berhati-hati, karena banyak hal yang saling berkesinambungan. Pun dengan berpikir kita tahu mana yang penting dan layak untuk dikerjakan atau tidak.

Semua melalui proses berpikir, jika berpikir saja malas, membiasakan menerima konten yang memanjakan otak, kelak berpikir akan menjadi sesuatu hal yang tabu, dan rasanya tidak enak. Karena berpikir itu melelahkan, tapi hasil dari melelahkan itu pasti ada yang menyenangkan, tentu saja selama yang kita pikir itu yang baik-baik tujuannya.

Tidak hanya menulis, biasanya aku berpikir di tengah heningnya malam, perjalanan setapak demi setapak di sepanjang area kampus. Kepalaku serasa terbang entah kemana-mana, banyak sekali yang aku pikirkan saat itu.

Aku juga sering berpikir dalam keadaan di toilet, terutama saat buang air besar, disana aku merasakan fokus yang amat tinggi sama seperti hal-hal di atas sebelum ini. Berpikir membutuhkan fokus, dan fokus sekarang mudah sekali terdistrak oleh teknologi yang bernama internet.

Mudahnya distraksi membuat kita malas berpikir, karena kita mudah sekali berubah konteks akan itu. Menyenangkan bisa fokus untuk berpikir bukan?

Jadi bisa perlahan kita fokuskan diri ini dari hal yang penting dan minimalisir distraksi. Seperti sebelum ini aku uninstal instagram, walau akhirnya terpaksa instal lagi untuk live menggambar.

Ya, dengan berpikir kita tahu kapan semua itu harus digunakan dan tidak.

Selamat, jika anda telah berpikir keras hari ini. Itu sebuah kenikmatan yang mungkin sekarang jarang orang alami.

Kamis, 16 Juli 2020

Memperumit Kehidupan

Sebenarnya hidup ini sederhana, sangat sederhana. Tapi semua berubah ketika kita melihat orang lain lalu kita mulai membandingkan diri kita.

Semua menjadi rumit. Kemajuan teknologi sekarang memang sangat membantu, tapi disisi lain banyak sekali hal-hal yang berdampat tentang kesehatan mental.

Jika kita lihat, betapa mudahnya sekarang mencari informasi? Betapa mudahnya tahu kabar seseorang? Betapa mudahnya kita belajar ilmu di internet? Betapa mudahnya kita melihat orang hebat?

Kemudahan dan kecepatan itu yang perlahan membuat kita tidak berlatih lagi akan kesulitan dan perlahan, akhirnya mudah sekali kita kesal dan sebal akan keadaan-keadaaan yang sulit dan tidak cepat.

Mari kita lihat.

Pernah rasanya frustasi ketika melihat chat kita diread tapi orang tersebut tidak membalas chat kita? Atau bales chatnya lama dan kita merasa jadi bete atau dinomrsekiankan? Pernah kita kesel lihat orang nulis sesuatu tapi kita merasa tersindir? Pernah melihat teman yang terlihat hebat dengan segala kemampuan atau kekayaannya yang membuat kita bertanya, aku kapan bisa kayak   begitu? 

Pernah merasa lemah dan tak berguna ketika kita membuat sebuah karya dan membagikan ke sosial media lalu tidak ada yang menanggapi? Atau yang menanggapinya sangat lama sementara ketika orang lain melakukan serupa orang-orang cepat menanggapinya? Pernah merasa hidup berat sekali karena tidak ada previlege seperti orang-orang diluar sana?

Percepatan informasi itu terkadang melupakan arti menunggu, dan akhirnya kita limbung dalam menunggu. Kita terbawa semua harus serba cepat dan selalu ada. Pun tak sedikit informasi yang kita terima tidak relevan, jadi membuat kita berpikir kemana-mana, dan perlahan pertahanan diri kita hancur membuat timbul asumsi dalam pikiran kita yang tidak begitu penting.

Tidak sedikit aku mengalaminya, dan itu tanpa sadar merusak pikiran lalu perasaan.

Ada pepatah mengatakan, musuh kita adalah diri kita sendiri. Tapi kita terkadang tidak sadar, kalau sebenarnya kita tidak sedang bersaing dengan siapa-siapa, kita hanya perlu menaklukan hawa nafsu itu dan mulai menjaga semuanya.

Tapi kita selalu berpikir kita harus mengalahkan dia atau mereka.

Pikirku, sadar adalah kemampuan yang sangat hebat, dari situ semua bisa terjadi. Jika kita bisa mencerna semua itu dengan baik, kita bisa menjadi lebih tenang, karena tahu kehidupan ini bukanlah untuk memusingkan semua itu. Apalagi membandingkan hal yang tidak perlu.

Bukankah kita di dunia untuk menjadi orang yang beriman nan amal soleh (bermanfaat)? Mungkin tidak setiap waktu kita sadar, tapi kita harus berupaya untuk sadar terus. Ini bukan perkara mudah, ibarat lari, ini adalah estafet dan kita harus tahu betul untuk mengatur energi kita untuk stabil dan mencapai finish dengan sebaik-baiknya.

Kehidupan sebenarnya sesederhana, tapi hal-hal yang masuk dalam pikiran kitalah yang memperumitnya.

Kamis, 02 Juli 2020

1 Minggu Berkarya Bersama Anak SD

Setelah seminggu, akhirnya saya dan adik (ipar) saya (Kelas 5 SD) berhasil menyelesaikan bit.ly/GakSengajaGame proyek bersama kami. Sebuah game sederhana yang kami bangun untuk menyerukan ketidakadilan yang terjadi atas kasus bapak Novel Baswedan. Serta terinspirasi oleh mas Pinot yang membuat animasi stop-motion sederhana dengan anak-anaknya.


Selama seminggu saya mendapati experience yang berbeda dalam menyelesaikan game ini, terutama melihat seorang anak dalam berkarya.


Pada fase konsep, saya melihat antusias adik saya ini, sebagaimana behavior anak kecil yang suka bermain, membuat game adalah sebuah hal baru yang belum pernah terbayang.


Pada fase konsep ini, ternyata adik saya punya ide yang wah sekali jika didengar, dengan bahasanya yang udah terdengar seperti orang dewasa, adik saya menjelaskan konsepnya dari a sampai z.


Tapi, ketika ditanya, “Coba detail permainannya gimana?”


Adik saya kebingungan, akhirnya saya coba ajak adik saya untuk memulai dari yang sederhana karena saya merasa kita sama-sama pemula disini. Kita mulai dari bagaimana game ini bekerja, adik saya pun langsung mengerti karena dia sering melihat dan bermain game, jadi referensinya tidaklah sedikit.


Masuk ke fase pengerjaan, wah ini saya cukup kagum sama kemampuan logika adik saya dalam menyusun balok-balok scratch ini, berbekal kursus online satu kali dia sudah bisa membuat logika-logika dalam menggerakan sang musuh yang bisa kalian lihat sendiri.


Adik saya pun merasa puas dan senang sekali, dia pun meminta saya segera menggambar untuk segera digunakan pada game ini. Walau saat itu dia belum tahu bagaimana caranya memindahkan code dari sprite dummy ke sprite yang akan saya buat.


Rasa puas itu ternyata membuat dia sangat semangat, tapi sebagaimana perjalanan, ketika melihat masalah demi masalah dan bentuk game yang belum terlihat, dia mulai patah semangat. Beberapa kali males-malesan, sampai protes kepada saya, kalau kerjaan dia terlalu banyak dan kerjaan saya terlalu sedikit.


Saya pun menjelaskan, kalau saya udah berapa lama belajar mendesain jadi terlihat lebih singkat dalam mengerjakannya, pun saya menjelaskan jika ingin menjadi seorang ahli dan membuat semua yang dikerjakan menjadi mudah, itu butuh 10 ribu jam dalam melakukannya. Adik saya memasang wajah kecut senyum-senyum mendengarnya. 


Saya juga menjelaskan kalau keadaan ini akan menguji durability kita dalam menghadapi rasa tidak nyaman, ketidakjelasan, dan menyelesaikan setiap permasalahan. Tidak lari begitu saja serta menyelesaikan apa yang telah dimulai.


Adik saya ternyata menerima itu, dan dia kembali berjuang, saya pun mencoba membantu sedikit permasalahan yang dia alami dalam pengerjaan programnya. Adik saya senang sekali ketika dia dibersamai dalam bekerjanya, kita pun sering tukar pikiran dalam memprogramnya.


Ternyata bertahan di masa itu benar-benar merubah situasi, adik saya semakin bersemangat sampai kalau ngerjain lupa makan dan tidur larut. Adik saya pun kembali merasa puas dan senang atas apa yang telah dilalui ini.


Walau banyak bug-bug menghampiri, daya juangnya ternyata sudah sangat baik sekarang. Dia terus memikirkannya sendiri, terkadang saya lempar case atau perintah untuk buat ini itu, dan dia benar-benar mengerjakannya.


Kolaborasi dengan anak kecil ternyata menyenangkan, experiment hal-hal sederhana yang membuat saya juga banyak berpikir, bukan berpikir sebagia pekerja yang mengerjakan game saja, tapi mempertahankan keadaan adik saya ini untuk terus antusias dan menyelesaikan apa yang telah kami buat ini. 


Akhirnya game ini selesai terbuat, ya walau sederhana, tapi terpenting adalah game ini selesai dengan pengalaman yang antusias dan menyenangkan.


Kalian dapat menikmati game ini disini:


bit.ly/GakSengajaGame


Setelah ini, saya dan adik saya pun ingin membuat game sederhana lagi dengan tema yang ada, harapannya sih bisa buat game yang mengedukasi para pemainnya. Ya, tapi semua itu bertahap, berhasil menyelesaikan apa yang telah dibuat menjadi milestone sendiri buat kami.

Senin, 01 Juni 2020

Apa yang Kamu Lakukan Saat Ini?

Apa yang kita lakukan hari ini adalah itulah kita di masa depan.
Jadi, apa yang kamu lakukan saat ini?

*

Kata-kata yang sering terdengar? Kata-kata yang sederhana juga bukan? Ya, aku juga sering mendengar atau membaca kata-kata itu, tapi tak sering kali memikirkannya secara mendalam, atau bahkan lebih ke tidak peduli.

Kita memang tidak tahu kapan kita akan sukses, kapan kita ada di puncak karir kita. Tapi yang kita tahu, apa yang bisa kita lakukan saat ini. Ya, walau terkadang kita suka dibingungkan oleh pertanyaan, ingin jadi apa nanti?

Setidaknya, kita bisa menentukan untuk melakukan apa saat ini.

Kata-kata di atas terngiang ketika menonton salah seorang youtuber yang sekarang cukup terkenal dengan dakwah koreanya, baik di instagram ataupun youtube.

Sesekali aku melihat, wah enak juga ya, dulu fans berat korea, sekarang hijrah lalu dakwah terkait korea yang telah dia pelajari dan jadi terkenal serta bermanfaat. Walau banyak juga fans korea yang tidak suka, tapi aku melihatnya beliau cukup sukses membuat orang-orang fans korea berpikir.

Tapi, setelah melihat kisahnya yang juga membuat aku terngiang kata-kata diatas, aku pun kembali tersadar, semua butuh waktu, butuh pengorbanan, keistiqomahaan, dan kesabaran. Terpenting adalah lakukan dari sekarang, karena ya, apa yang dibilang diatas, itu akan menentukan kita di masa depan.

Beliau menceritakan perjalananya menjadi seorang director atau filmmaker yang tidak sebentar dan tidak main-main, bahkan sampai resign dari perusahaan yang dibangun sendiri dan kemudian hijrah hingga akhirnya bisa seperti sekarang.

Tidak hanya beliau, belakangan ini juga nggak nyangka oleh kisah Deddy Corbuzier yang pernah menulis soal politik internasional di sebuah majalah yang katanya cukup bergengsi untuk bisa menulis disana.

Ya, Deddy Corbuzier sekarang yang bisa membuat podcast yang menarik dengan pembahasan yang cukup berbobot adalah perjalanan panjang puluhan tahun lalu ketika Deddy Corbuzier memulai menulis di majalah itu, bahkan mungkin jauh sebelumnya lagi.

Tidak hanya itu, katanya Deddy Corbuzier sebelum manggung di televisi beliau juga sering manggung di acara-acara kecil yang jauh dari gemerlap dunia televisi selama 10 puluh tahun kurang lebih. Bahkan sampai dibilang, kalau artis selesai tampil pada minta foto, sementara kalau pesulap yang selesai tampil cepat-cepat beresin koper saking tidak terlihatnya.

Tapi, itu Deddy Corbuzier yang dahulu melakukan apa yang dilakukan hingga sekarang bisa sesukses ini, walau mungkin definisi sukses setiap orang berbeda-beda. Namun, begitulah kisah panjangnya.

Tidak hanya dua orang itu, sebenarnya setiap orang sukses ada kisah-kisah memilukan dan panjang yang telah mereka lewati, karena itu adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Selalu ada ujian untuk menaikan level seseorang, dan juga berarti semakin tinggi orang semakin banyak ujian yang telah dilewati.

Sekarang balik lagi ke kita, jadi apa yang kita lakukan saat ini? Apa kesibukan kita? Apakah sudah sesuai dengan impian kita di masa depan?

Terkadang, niat saja tidak cukup, ada pengorbanan, kesabaran, dan banyak rasa di sana. Sudah siapkah? Yuk mulai dari saat ini.

Sabtu, 23 Mei 2020

Aku Tak Harus Menjadi Apa

Aku selalu bertanya-tanya, kenapa banyak sekali iklan atau campaign tentang "menjadi pengusaha"? Iklan tersebut tidak sedikit, bahkan hampir setiap pengusaha selalu menyampaikan betapa nikmatnya jadi pengusaha.

Aku tahu, jika memang ingin berkembang pesat terutama materi dan pengalaman juang pengusaha memang langkah terbaik, tapi untuk mengajak semua orang jadi pengusaha, aku heran, apakah kita harus atau memang pengusaha adalah jalan terbaik setiap manusia?

*

Pada saat pandemi gini, aku merasa webinar ada dimana-mana. Dari hal yang umum hingga hal yang detail, dari gratis hingga berbayar. Aku juga tak mau kalah untuk ikutan webinar-webinar yang related sama pekerjaan atau hobiku.

Yes, tibalah aku di webinar salah seorang yang cukup berpengaruh dikancang desain produk digital. Namanya Borrys, beliau ternyata satu alumni denganku, tapi perjuangannya sungguh hebat dari yang jurusan elektro sekarang beliau menjadi salah seorang tokoh Indonesia di bidang desian produk digital.

Namun, di webinar yang beliau bawakan ternyata yang paling aku ingat adalah sebuah diskusi singkat dari seorang pertanya ke Bang Borrys.

"Bang Borrys, dengan kemampuan yang dimiliki, tidak ingin memiliki usaha atau perusahaan sendiri gitu? Biar lebih leluasa dari pada bkerja di perusahaan besar yang cukup membatasi Bang Borrys?."

Bang Borrys mendengarnya dengan senyuman kecil. Begini jawaban beliau. "Saya merasa menjadi karyawana saja waktu saya sudah banyak terpakai, jika saya menjadi seorang pengusaha atau pemilik usaha mungkin waktu saya semakin banyak terpakai, dan akhirnya saya bisa jadi terlena dengan ibadah saya, mungkin nati hanya bisa shalat saja." Bang Borrys tersenyum lagi. "Tapi, itu berdasarkan personal saya."

Aku tersenyum mendengarnya. Aku seperti mendapat nasihat penting. Kita memang yang paling bertanggung jawab pada diri kita, dan kita tahu mana yang sesuai dengan kita. Mungkin ini seolah terlihat pembenaran, tapi aku merasa ini memang balik lagi ke personal masing-masing.

Ada banyak yang merasa jadi pengusaha bisa memberikan dampak luar biasa dengan menyediakan peluang kerja, atau pekerjaannya sangat berpengaruh di masyarakat. Ya, mungkin itu memang jalannya mereka untuk memberikan dampak.

Begitu pun karyawan, mereka punya kemampuan yang memberikan dampak, walau dampaknya mungkin terlihatnya hanya di sebatas perusahaan, tapi jika perusahaan itu adalah perusahaan yang baik maka dampaknya pun menyebarluas ke masyarakat.

"Terpenting dari pekerjaan itu memberi dampak, jadi jabatan itu memang tidak terlalu diutamakan atau dituju." Kata Bang Borrys pada jawaban lainnya.

Aku setuju, kita punya role masing-masing, tinggal bagaimana role kita bisa maksimal sehingga dapat bermanfaat lebih. Kita tidak harus menjadi, tapi kita harus memberikan dampak.

Saat itu aku tersenyum gembira, karena jujur saja terkadang aku merasa terbebani oleh pikiran semua orang harus jadi pengusaha agar makmur, well memang pengusaha jalan cepat untuk makmur dari segimateri ataupun dampak. Sementara karyawan mungkin tidak terlihat, atau bahkan tidak dilihat. Tidak sedikit karyawan hanya sebuah mesin penggerak saja, bagiamana mungkin kita lihat di banyak pabrik-pabrik.

Sekali lagi, hidup ini adalah pilihan kita, dan kita yang bertanggung jawab atas pilihan kita. Lakukan apa yang mungkin sekiranya kita bisa lakukan, bukan?

Tidak lama dari Webinar Bang Borrys, aku tiba di live instagram salah seorang temanku yang berjumpa beberapa kali di sebuah momen yang sama. Namanya Rezky, dia terkenal dengan Rezky Passionwater, seperti nama julukkannya, dia sangat suka menulis, dan dia ingin menjadi partner penulis klien-kliennya.

Pada suatu livenya dia bilang, "Apapun pengkategorian rolenya, jangan terlalu dipikirkan, terpenting menulis, selama ada pikiran dan perasaan maka kita bisa menulis untuk memberikan dampak. Dan tentu saja karena ingin berkontribusi menjadi pejuang Allah." Kurang lebih itu yang kutangkap dari perkataannya.

Label, belakangan ini ku juga sempat dirisaukan dengan label. Aku yang ingin mencoba meletakkan karyaku di berbagai tempat agar mereka punya rumahnya sendiri dan dapat dinikmati orang-orang pun sempat kelabakan dengan pengelabelan. Apalagi ketika aku mencari referensi dan referensiku itu memang bikin iri, sigh... Mereka terlalu keren-keren, dengan followers ratusan hingga jutaan, dan ketenaran yang mencengangkan, mereka memang role idaman sekali untuk anak milenial sepertiku.

Akhirnya aku resah dan dipusingkan dengan semua itu, padahal tujuan utamaku melakukan ini karena hobi, karena ingin menjadi sebuah hal yang bermanfaat. Tapi melihat itu semua, aku perlahan tersilaukan.

Akun pun ingat tulisan hoeda manis, artis pun hanyalah sebuah pekerjaan, sebagaimana para petani. Ya, terkenal adalah pekerjaan mereka, sebagaimana petani mencangkul. Terkadang kita terlalu melebih-lebihkan yang sebenarnya ya itu tidak beda dengan kehidupan lainnya.

Terkadang aku menghitung-hitung berapa uang yang mereka hasilkan dengan menjadi pengusaha atau content creator, setelah aku pikir-pikir, pasti mereka juga menghabiskan modal yang banyak, pada akhirnya mungkin tidak jauh beda, yang membedakan hanyalah perasaan tidak puas yang menghinggap.

Memang masalah pekerjaan, role, dampak, harta, itu menarik sekali, siapa yang tidak ingin sukses di semuanya?

Kemarin malam aku bernostaliga dengan menonton video musisi Indonesia dan juga musisi luar yang sudah tidak lama aku ikuti. Aku melihat gitaris hebat, yang banyak orang menyebutnya Samurai Guitarist, namanya Miyavi.

Miyavi ini cara bermain gitarnya unik sekali, dia memainkan gitar seperti bermain bass. Pokoknya kalau lihat dia main itu asyik banget, menjiwai sekali, dan yang namanya ahli ya terlihat betul keluwesan bermainnya.

Aku pun berkunjung ke channel youtubenya, gitaris hebat yang sudah berkarir bertahun-tahun, mungkin udah lebih dari 15 tahun ternyata hanya memiliki subsrcribber 190rb-an dan views pada setiap videonya yang terbilang kecil sekali padahal bagus-bagus bagiku, sementara banyak sekali channel youtube yang juga bagiku--benar-benar bagiku ya--kurang berskill atau terlalu biasa aja tapi followersnya berjuta-juta.

Lalu istriku menimpali. "Ya, kan dia Musisi bukan konten kreator kayak channel youtube yang followersnya jutaan."

Aku mengangguk, bener juga, mungkin memang ada yang risau dengan angka-angka. Tapi, sebagai pecinta apa yang dia lakuin, mungkin itu tidak terlalu dirisaukan. Bagi mereka--musisi--ya bermusik yang penting, menghasilkan karya yang bagus, dan juga berdampak.

Itu juga dikuatkan oleh perkataan Anton J-Rocks pada sebuah wawancara di channel youtube--video yang membuatku bernostalgia. "Kita akan terus berkarya, membuat musik-musik, mau ada yang mendengarnya atau tidak."

Di situ, aku merasa penting sekali apa yang emang menjadi tujuan atas apa yang kita lakukan. Kalau musisi ya buat musik dan semacamnya, kalau penulis ya fokusnya menulis, kalau konten kreator ya membuat konten yang menghibur penontonnya, dan banyak lagi.

Fokus apa yang dilakukan, jangan memikirkan angka-angka yang bukan menjadi tujun utama kita.

Perjalanan ini memang panjang, terkadang kita terkecoh sama hal-hal yang bukan menjadi esensinya itu sendiri. Hingga akhirnya waktu kita yang berharga terbuang, dan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan.

Sabtu, 16 Mei 2020

Kematian

Lihat dirimu ketika diberi tugas dengan deadline yang telah ditentukan.

Jika kamu berleha-leha di awal dan bekerja susah payah di akhir, maka bisa jadi kamu orang yang taubat di usia tua.

Sayangnya, kematian tidak diberitahu kapannya.

*

Satu-satunya yang perlu di lakukan adalah berikan yang terbaik pada setiap harinya.

Sabtu, 28 Maret 2020

Hidup

Hidup yang kamu keluhkan, bisa jadi hidup yang orang lain dambakan.

Rabu, 25 Maret 2020

Tutup Mata

Sesekali tutup mata dengan semuanya sesaat
Karena akhirnya lelah akan semua yang dilihat
Diawali mencari informasi akhirnya tenggelam oleh pikiran sendiri
Diawali melihat karya orang akhirnya terselimuti iri hati

Walau tidak mesti begitu setiap kali
Tapi sesekali ingin tutup mata
Dan mulai pelan, dan pelan meniti
Fokus menjalani hari-hari seperti waktu kecil kala

***

Terkadang merasa lelah oleh lautan informasi, lelah oleh orang lain karena tujuan diri yang melenceng. Pernah sampai pusing padahal sedang tidak ada apa-apa. Memang apa yang dikonsumsi, apa yang di pikiran, apa yang dihati, terkadang tidak selalu mudah dikendalikan.

Padahal kita tidak sedang bersaing dengan siapa-siapa kan? Padahal kita tidak sedang menunjukkan siapa lebih hebat kan? Padahal kita kan hanya perlu menjadi sebaik-baiknya manusia saja kan?

Kenapa terkadang kita tetiba lelah sendiri?

Minggu, 16 Februari 2020

Fokus Diri Sendiri

Kita tidak sedang bertarung, bersaing, mengalahkan, atau memenangkan dengan siapa-siapa. Kita saja terlalu banyak melihat sana-sini. Sampai lupa, esok itu tentang diri kita sendiri. Bahkan detik ini, tentang diri kita sendiri.

Jangan terlalu banyak menoleh.

Hati tidak ada yang tahu, terbesit keraguan dan ketakutan. Untuk apa? Merasa harus lebih hebat? Merasa harus lebih kaya? Merasa harus lebih dan lebih?

Rumput tetangga memang selalu hijau.

Kamu tahu kenapa? Karena kita selalu melihat rumput mereka, dan lupa menata rapih rumputmu sendiri.

Senin, 03 Februari 2020

Malu

Tidakkah kita lihat air dan api itu? Banjir dan kebakaran itu? Dengan mudah menyapu seluruh harta yang telah diperjuangkan selama bertahun-tahun.

Mudah sekali bukan? Dan kita masih berbangga dengan harta kita miliki? Tidakkah kita malu?


Kamis, 02 Januari 2020

Bumi yang Sakit

Hujan-hujan yang tak terkendali
Bersahut-sahutan dari berbagai lini negeri
Bukankah ini pertanda dari sang Illahi?
Karena banyak masalah tidak bersolusi syar'i

***

Awal tahun baru 2020 kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya pergantian tahun dihebohkan oleh petasan warna-warni yang menghujam langit-langit negeri. Tapi, kali ini langit-langit negeri yang menghujamkan airnya ke permukaan bumi.

Aku yang terlelap hingga pagi dan melewatkan pergantian tahun masehi ini masih mendengarkan derasnya hujan di luar sana. Aku tidak tahu bagaimana orang-orang yang berlarut di luar untuk perayaan pergantian tahun pulang ke rumah dengan derasnya hujan.

Banyak informasi kudapat, curah hujan ini adalah salah satu curah hujan terparah sejak tahun 1996. Entah apa yang ingin Allah tunjukkan di awal tahun ini. Pagi hari tiba, informasi banjir dimana-mana. Banyak sekali foto dan video berkeliaran menampakan kedahsyatan hasil dari curah hujan yang amat deras ini.

Aku hanya tidak habis pikir, bagaimana bisa mobil-mobil beratus juta hingga miliaran itu hanyut begitu saja. Betapa mudahnya Allah merenggut harta benda bahkan nyawa manusia. Diinformasikan sudah 16 orang meninggal karena banjir ini. Banjir ini sungguh bukan main.

Banyak sekali pihak saling menuding dan menyinyir bahkan lempar tanggung jawab. Entah menyalahkan gubernur jakarta saat ini, saat lalu, presiden, dan banyak lagi. Seperti terjerembab ke lubang yang sama. Perkara banjir ini sebenarnya bukan perkara baru, sudah ada bertahun-tahun, hanya saja kali ini saja begitu mengerikan dan cepat terjadinya.

Sudah berbagai mekainsme diutarakan, namun disayangkan dari pihak berwenang dan masyarakatnya acap kali abai. Terlebih jika itu membahas bisnis. Kita lihat belum lama presiden ingin mencabut AMDAL sebagai syarat sebuah pembangungan demi melancarkan investasi. Lalu begitu saja dijawab dengan banjir.

Manusia-manusia rakus dan manusia-manusia tak acuh pada mahluk lain sesungguhnya yang membuat kekacauan ini semakin menyiksa. Dari hal sepele seperti buang sampah sembarang, bahkan sampai tingkat presiden yang tak peduli kelayakan sebuah pembangunan.

Semua ternodai oleh nafsu bisikan setan. Mereka, oh bukan, kita, terkadang kita terlalu merasa mampu membuat apapun segalanya di muka bumi ini dan tak peduli dengan mahluk lainnya hingga akhirnya justru merusak dan begitulah kita merasakan ulah kita sendiri. Banjir yang mengerikan.

Sebelum ramainya berita banjir, banyak sekali berita-berita mengerikan di negeri ini. Dari ular python yang berkeliaran ke pemukiman karena rantai makanannya bermasalah dengan banyaknya hewan-hewan diburu hingga tidak ada tempat ular-ular hidup karena hutan digundulkan, hingga korupsi asuransi bermiliar-miliar yang tidak jelas bagaimana selanjutnya.

Semua itu adalah ulah manusia yang rakus akan dunia, yang melupakan hukum-hukum yang sudah Allah berikan. Sehingga akhirnya kita mendapati kosekuensi itu sendiri.

Jika melihat semua ini, semakin terasa bahwa kita memang tidak tahu apa-apa. Sedihnya, kita seolah bisa bertindak segalanya.

Melihat kerunyaman ini, kita tetap tidak boleh putus asa. Pasti ada jalan keluar atau titik terang, dan semoga Allah selamatkan kita semua dari kedhazliman di dunia dan akhirat. Semoga semua segera membaik. Aamiin.