Kamis, 16 Juli 2020

Memperumit Kehidupan

Sebenarnya hidup ini sederhana, sangat sederhana. Tapi semua berubah ketika kita melihat orang lain lalu kita mulai membandingkan diri kita.

Semua menjadi rumit. Kemajuan teknologi sekarang memang sangat membantu, tapi disisi lain banyak sekali hal-hal yang berdampat tentang kesehatan mental.

Jika kita lihat, betapa mudahnya sekarang mencari informasi? Betapa mudahnya tahu kabar seseorang? Betapa mudahnya kita belajar ilmu di internet? Betapa mudahnya kita melihat orang hebat?

Kemudahan dan kecepatan itu yang perlahan membuat kita tidak berlatih lagi akan kesulitan dan perlahan, akhirnya mudah sekali kita kesal dan sebal akan keadaan-keadaaan yang sulit dan tidak cepat.

Mari kita lihat.

Pernah rasanya frustasi ketika melihat chat kita diread tapi orang tersebut tidak membalas chat kita? Atau bales chatnya lama dan kita merasa jadi bete atau dinomrsekiankan? Pernah kita kesel lihat orang nulis sesuatu tapi kita merasa tersindir? Pernah melihat teman yang terlihat hebat dengan segala kemampuan atau kekayaannya yang membuat kita bertanya, aku kapan bisa kayak   begitu? 

Pernah merasa lemah dan tak berguna ketika kita membuat sebuah karya dan membagikan ke sosial media lalu tidak ada yang menanggapi? Atau yang menanggapinya sangat lama sementara ketika orang lain melakukan serupa orang-orang cepat menanggapinya? Pernah merasa hidup berat sekali karena tidak ada previlege seperti orang-orang diluar sana?

Percepatan informasi itu terkadang melupakan arti menunggu, dan akhirnya kita limbung dalam menunggu. Kita terbawa semua harus serba cepat dan selalu ada. Pun tak sedikit informasi yang kita terima tidak relevan, jadi membuat kita berpikir kemana-mana, dan perlahan pertahanan diri kita hancur membuat timbul asumsi dalam pikiran kita yang tidak begitu penting.

Tidak sedikit aku mengalaminya, dan itu tanpa sadar merusak pikiran lalu perasaan.

Ada pepatah mengatakan, musuh kita adalah diri kita sendiri. Tapi kita terkadang tidak sadar, kalau sebenarnya kita tidak sedang bersaing dengan siapa-siapa, kita hanya perlu menaklukan hawa nafsu itu dan mulai menjaga semuanya.

Tapi kita selalu berpikir kita harus mengalahkan dia atau mereka.

Pikirku, sadar adalah kemampuan yang sangat hebat, dari situ semua bisa terjadi. Jika kita bisa mencerna semua itu dengan baik, kita bisa menjadi lebih tenang, karena tahu kehidupan ini bukanlah untuk memusingkan semua itu. Apalagi membandingkan hal yang tidak perlu.

Bukankah kita di dunia untuk menjadi orang yang beriman nan amal soleh (bermanfaat)? Mungkin tidak setiap waktu kita sadar, tapi kita harus berupaya untuk sadar terus. Ini bukan perkara mudah, ibarat lari, ini adalah estafet dan kita harus tahu betul untuk mengatur energi kita untuk stabil dan mencapai finish dengan sebaik-baiknya.

Kehidupan sebenarnya sesederhana, tapi hal-hal yang masuk dalam pikiran kitalah yang memperumitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu