Minggu, 27 Januari 2019

Merelakan

Nonton Suckseed reramean kemarin, sukses itu film membuat kita gemes dan nostalgia ke zaman SMA. Tapi, yang paling sebel dan keren itu pas si Ped merelakan Ern (kekasihnya) karena persahabatan...

Luar biasa ya bisa merelakan orang yang paling dia sukai, bahkan disukai dari kecil.

Tapi adalagi yang luar biasa dari kisah sahabat Nabi, yaitu Salman Al Farisi. Ku copas dari akun instagram @indonesiabertauhidid. Selamat membaca :")


Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu'minah shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di Madinah ini. Sebagai imigran asal Persia, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik.

Gelegak hati itu akhirnya ia sampaikan kepada sahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’. Salman ingin Abu Darda' menjadi juru bicara dalam proses Khitbah yang ingin ia lakukan.
.
”Subhanallaah.. wal hamdulillaah.. ,” girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan.
.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.,” fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni, kepada orang tua si wanita.
.
”Adalah kehormatan bagi kami,” ucap tuan rumah, "menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami"

Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berdiskusi dengan puterinya.
.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini,” kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan"

Keterusterangan itu ada di luar perkiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu