Kamis, 24 Januari 2019

Sebuah Rasa

"Percayalah, jika dalam hatimu sudah tak ada lagi kegelisahan. Kamu akan bingung harus menulis apalagi. Jadi boleh kubilang dengan jujur, bahwa penulis adalah orang - orang yang gelisah akan sesuatu. Baik itu tentang dirinya, tentang orang lain, tentang agamanya, tentang negaranya, yang jelas tentang sesuatu yang amat ia pedulikan :)" — Alizeti

*

Malam ini, aku masih di tempat yang sama dari pertama kali tiba tadi pagi. Aku ingin menulis sebuah kegelisahan yang baru saja kurasakan. Kupikir aku pantas menerimanya, atau mungkin sudah saatnya menerima itu.

Sebuah pelajaran penting untuk mengajarkan anak akan perasaan. Dimana anak harus diajarkan merasakan senang, menang, berharap, dan juga sedih, kalah, kecewa. Anak harus diajarkan itu semua, agar dia bisa belajar menerima dan bersikap dengan bijak dari perasaan yang dialami.

Malam ini, ku ingin memposisikan sebagai anak-anak. Aku ingin belajar menerima bahwa aku merasa kalah atau mungkin kecewa juga. Aku ingin juga menerima bahwa hal yang kurasa beberapa menit yang lalu adalah sebuah penurunan kepercayaan diri. Aku menerima semua itu, agar aku mulai berpikir dan sadar bahwasanya aku harus terus berkembang, belajar, bergerak, percaya diri, serta berintegritas tinggi.

Aku yang sulit serius dan pemalas ini sudah saatnya dipecut dengan hal seperti ini, mungkin jika aku tidak merasakan kegelisahaan ini, aku akan tetap terlelap dalam kenyamanan yang menjebak. Walau rasanya amat sakit, tapi aku harus tetap beranjak. Mencari tahu dimana jalan keluar itu, dimana aku terus bisa bergerak.

Dan aku senang, bisa terus menulis semua hal di kepalaku, karena kupikir aku amat peduli itu semua :)

*

Perasa itu bukan masalahnya, tapi bersikap dari rasa itu adalah kuncinya. Jika dirimu seorang perasa bukan berarti kamu salah merasakan semua itu. Tidak, itu value tertanam di dirimu, tinggal bagaimana, sikapmu mengarah. Semoga Allah menunjukkan jalan yang ia berkahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu