Minggu, 06 Januari 2019

Secangkir Teh Hangat

Pagi ini menyeruput teh hanya berdua dengan umi. Pembahasan ringan kita obrolkan, dilanjuti makan besar untuk bersiap pergi menjalani hari ini.

Kemarin, menyeruput teh berempat. Ditambah abi dan Ahmad, tapi akhirnya mereka pergi. Ahmad harus segera pulang ke pondoknya dan abi menemaninya.

Beberapa hari yang lalu, menyeruput teh berlima. Saat itu ditambah Aufa. Tapi karena waktu pondoknya sudah meminta lebih dulu untuk masuk, dia pun pulang lebih dulu.

Lebaran tahun kemarin, menyeruput teh berenam. Kumpul bersama dengan Qonita. Tapi, karena dia sibuk kuliah dan ngajar di pondoknya, dia tidak bisa pulang liburan tahun ini karena banyak hal yang harus dia urus.

Dua tahun kurang yang lalu, menyeruput teh bertujuh. Lengkap, satu lagi ada Salma. Tapi karena dia harus pergi ke kota yang jauh, Kairo, dia tidak bisa dengan mudah balik ke rumah.

Mungkin, beberapa waktu lagi, pagi menyeruput teh hanya ada dua cangkir, teruntuk umi dan abi. Mungkin aku tak akan lama tinggal di rumah, karena kehidupan terus berlanjut. Begitu abi bilang, mengizinkanku untuk menyudahi tinggal dengan mereka.

Dari awal kelahiranku, hingga Ahmad sebesar ini, waktu berjumpa ketujuh orang ini tak lebih dari beberapa minggu. Tidak pernah ada satu tahun bersama-sama, atau bahkan cukuplah sebulan bersama-sama di rumah bertujuh menyeruput paginya dengan tujuh cangkir teh. Tidak, tidak pernah itu terjadi.

Masing-masing dari kami, datang dan pergi, berjumpa, menyeruput sedikit teh, berbicara dan tertawa singkat, lalu kembali pergi, memberikan punggung ke masing-masing orang. Lalu kembali lagi ke rumah, dan itu terus terjadi, berkali-kali.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu