Senin, 31 Desember 2018

Menjadi Payah Pun Butuh Ikhtiar

"Bagaimana kamu bisa sangat payah dan menyebalkan?"

Aku mengusap daguku. "Aku merasa muak, dan aku melakukan semuanya, semua payah dan menyebalkan itu."

"Luar biasa, bagaimana kamu apa-apa bisa melakukan semua kepayahan dan menyebalkan itu?"

"Ketika aku muak, ketika aku tidak bisa menahan semuanya, aku lakukan semua kepayahan dan menyebalkan itu. Aku lakukan setiap saat, bahkan sudah kuperkiraan bahwa aku akan melakukan semua itu. Dan itu terus berulang hingg akhirnya sangat mudah melakukan semuanya."

"Sungguh, bakat payah dan menyebalkan yang luar biasa. Kamu harus menjaganya."

"Tentu saja, dengan senang hati." Aku tersenyum.

25

"Aku ingin punya mbakyu seperti Hoeda." Kata bocah.

"Tapi, kamu masih bocah."

Bocah tersenyum. "Tahun depan umurku 24, depannya lagi 25. Ibuku bilang, aku boleh punya mbakyu di umur 25."

"Tapi tahun depan kamu masih 24."

"Mencari mbakyu tidak mudah, umur 24 mungkin aku bisa memulai mencari mbakyuku."

"Tapi, jika kamu punya mbaku, kamu tidak bisa bermain game lagi?"

"Peduli setan dengan game, setidaknya aku punya mbakyu. Aku bisa cerita apapun kepada mbakyuku dan pergi dari dunia ini."

"Tapi-"

"Apalagi?"

"Tapi, kamu bukan orang jawa."

"Oh iya, lalu kusebut apa? Teteh? Nona? Ah, siapa peduli, aku ingin punya mbakyu seperti Hoeda."

Perpisahan Selalu Perpisahan

Mas Salingga resmi keluar dari grup gaming kantor setelah hari ini telat ketahuan pulang karena bermain game oleh istrinya. Ya, pada akhirnya semua akan berakhir bukan?

Tapi memang, game ini kanker sekali, banyak sekali hal terlewatkan karena bermain game. Ah, baiklah, mungkin ku juga harus mengakhirinya. Ini tak akan pernah habis. Selamat tinggal.

Minggu, 30 Desember 2018

Jalan-Jalan Ke Studio Animasi




Sejujurnya aku tidak pernah tahu ada studio animasi bernama the Little Giantz, awal tahu ketika beberapa content creator dari tim ustadz Felix Shiauw memasang snapgrama atau ngevlog di youtube. Aku kira itu sedang berada di Amerika atau mana, rupanya di Indonesia, tepatnya di Cilandak.

Pantas saja tidak begitu terdengar namanya, mereka tidak bermain di pasar lokal, client mereka dari luar negeri semua, terutama Amerika. Dan ini terdengar lazim, beberapa seniman Indonesia memang lebih banyak dihargai oleh luar negeri dibanding di negerinya sendiri.

Perusahaan animasi ini pun akhirnya terdengar secara masif dalam suatu waktu setelah mengeluarkan animasi anak bernuansa Islami yang lucu, berkualitas, dan mendobrak pasar animasi Indonesia. Bernamakan Nussa, dua anak kecil lucu itu mengajarkan anak-anak Indonesia bertingkah atau beradab seperti Rasul.

Pertama kumelihat Nussa di berbagai social media, aku benar-benar iri. Ini seperti mimpi yang diwujudkan oleh orang lain. Dahulu, ketika pertama kali aku dan teman-teman mencoba animasi, aku punya mimpi untuk membuat sama halnya dengan upin-ipin atau boboi. Tapi, berhubung aku tidak bisa animasi dan teman-temanku yang bisa pada sibuk, urung sudah. Dan melihat Nussa adalah perwujudan nyata akan angan-anganku dahulu.

Dulu, pertama kali ku berinisiatif untuk banting stir dari lomba game ke animasi karena melihat Agung yang ikut pelatihan animasi di compfest. Saat itu aku berpikir, lomba aplikasi sudah banyak peminat dan yang bisa, begitupun lomba game, tapi kalau animasi, ah buatnya saja tidak terbayang, dan mengingat Agung bisa membuat animasi, lalu Yono bisa membuat model 3D yang luar biasa, dan Yazid bisa membuat suara yang baik, membuat animasi seolah ada di depan mata.

Ya, sekali lagi, kutekankan, aku tidak bisa dalam membuat animasi, bahkan lomba game pun sebenarnya aku tidak bisa apa-apa. Aku adalah orang horizontal yang kerjaannya melengkapi yang kurang, seperti editing video promosi, atau mungkin desain poster, desain proposal, sedikit desain tampilan, presentasi, atau menulis-nulis sesuatu.

Di animasi, aku pun bereksperimen bagaimana menulis sebuah script. Pertama kali buat animasi, kami buat sesuai komposisi berempat itu. Kami membuat sebuah cerita tentang penemuan dari dosen kami, tapi ternyata payah sekali hasilnya. wkwk. Mungkin dosennya pun langsung minta dihapus kali ya kalau lihat.

Tapi, ketika hari H pengumpulan animasi, rupanya lombanya dibatalkan. Ini pertama kalinya aku mendapati hal seperti ini. Mungkin karena nggak ada peminatnya atau apa kali ya, ya pas itu kayak pasrah yaudahlah, pembelajaran.

Kedua kalinya, ambisi kami tinggi, kali ini diajang bergengsi, Gemastik. Ah, masa ini kelam sebenarnya. Kami mencapai final dengan dua bulan ku merelakan kuliahku, tugas akhirku. Serunya ketika render sih, karena komputer yang dimiliki kampus tidak memadai sementara render 3D satu framenya aja bisa menitan, dan satu detik aja minimal ada 24 frame, kalian bisa bayangkan animasi untuk 180 detik, berapa frame dibutuhkan?

Itu pun kualitas rendah yang masih ada noisenya. Tapi, kita tidak menyerah, kita memakai satu lab yang berjumlah kurang lebih 20 pc untuk render, setiap malam kita render hingga pagi, paginya kita buru-buru baliki semua kondisi pc seperti semula sebelum ada praktikum. Terkadang kita ke lab-lab lain render dengan Teamviewer dari jauh. Hampir setiap lab kita kunjungi, dari minta izin, rendering, pemantauan, dan pengambilan data. Sungguh perjalanan yang panjang.

Tapi, Alhamdulillah kami sampai final. Saat itu kami optimis luar biasa, bahkan aku sudah membayangkan nama kita di panggil pas juara. Ah, tapi namanya manusia, bisa apa jika Allah tidak mengkehendaki?

Nyatanya ketika presentasi final, saat itu aku yang presentasi, kami gagal total. Dari semuanya sudah oke, hanya satu permasalahnnya, ya, tema. Mungkin aku pernah bahas di tulisan sebelumnya. Dan semua itu menjadi ingatan terbesarku untuk tidak selalu melihat yang jauh, perhatikan yang dekat, yang paling sederhana, agar tidak terlewat dan menimbulkan rasa sesal.

Pelajar itu seperti memberi gambaran bahwa manusia hanya bisa berharap dan Allah yang memutuskannya, hanya bisa berusaha dan Allah yang memutuskannya, tapi jangan sekali-kali kamu merasa hebat, karena Allah-lah yang memutuskan semuanya.

Berikutnya, aku menambah orang lebih banyak, ada orang-orang hebat lainnya seperti Asya yang jago di ilustrasi dan ditugaskan sebagai pembuat storyboard animasi, lalu orang hebat seperti Bang Bilal yang jago di ilustrasi juga dan ditugaskan sebagai character design, lalu ada Rahmat yang jago 3D dan ditugaskan environment 3D, dan terakhir ada Yusuf yang jago motion grafis yang ditempatkan pada video effect.

Perjalanan ini adalah tahap terakhir diriku dan timku membuat video, Alhamdulillah kami mendapat pencapaian dikancah umum, saingan kami para studio-studio animasi lainnya. Walau paling buncit, tapi kami meresakan manisnya pelajaran kehidupan itu.

Selanjutnya kami mau buat beberapa lagi, tapi semua sudah terkadung sibuk masing-masing.

Balik ke awal, melihat Nussa secara dekat, dikantornya, aku merasakan ambisi itu hadir lagi, walau berat sekali untuk memulainya sendiri, karena aku sekali lagi tidak bisa membuat animasi.

Saat egoku meninggi yang merasakan seandainya aku fokus di animasi dan bukan desain tampilan, mungkin aku bisa berkontribusi lewat sana. Tapi, semua teredam lewat obrolan hebat di kantor Nussa. Aku melihat, bukan kita harus menjadi orang lain, dengan diri kita, dengna kemampuan yang dilebihkan oleh Allah lah yang seharusnya kita manfaatkan untuk dakwah, jika orang jago dianimasi, maka jadikanlah animasi itu membawa orang-orang yang melihatnya ke jalan Allah, begitupun jika itu desain tampilan, seharusnya aku berpikir bagaimana desainku membimbing penggunannya menuju ke jalan Allah.

Obrolan singkat itu juga memberiku pelajaran pentingnya mental pemilik dan berwibawa. Aku merasakan betapa hebatnya obrolan itu dari cara mereka menyampaikan, mereka bersikap, dan mereka saling mengapresiasi.

Setelah dari sana, aku merasa beruntung, akhirnya aku bisa tahu perusahaan animasi, bahkan animasi hebat, sempat kami berkeliling melihat-lihat walau cuman sekejap karena terpotong Ashar dan segera pulang. Padahal masih banyak yang ingin aku tanyakan tentang proses pembuatan animasinya.

Aku berterima kasih untuk ka Jay yang memberikan kesempatan untuk main ke kantor Nussa bersama teman-teman lainnya, ini terhitung undangan terselubung hihi karena tidak semua orang kantor diajak oleh ka Jay.

Sebelum pulang, itu belakang kantornya. Besaaar.
Sebelum pulang aku minta difotoin sama ka Ima, ini aku merasa senang sekali bisa difotoin dengan fotografer sekelas ka Ima. Ka Ima jago banget dalam foto-foto, di instagramnya Cimeima itu feednya bagus-bagus, dari foto, caption, hingga hikmahnya.

Terus pas lagi foto ka Ima bilang, "Ini Hilmy gak kehabisan gaya ya, ada aja gayanya." Aku ketawa, saat itu aku minta foto 3 kali, karena biasanya aku minta foto selalu 3 kali agar banyak variasi hehe. Ka Ima gak tahu aja aku pernah jadi model brosur SMK-ku dengan tampang tablo wkwk. But, Thanks to ka Ima. :D Aku sampe mikir, kalau nikahan, pokoknya ka Ima harus jadi fotografernya kwokwo...



Perlahan sipitnya semakin terlihat,
atau pipiku yang semakin mengembang?



































Bonus untuk kenang-kenangan:

Kusendiri tidak mengerti mengapa ini terjadi wkwkwk

***

Kemarin sempat meramaikan grup animasi dulu, ternyata kita dapat bocoran tema lomba untuk tahun ini. Seolah semua terhubung, akankah terrealisasi? Mari kita lihat, ikhtiar, dan berdoa. Semoga Allah mudahkan jalannya.

Masalahnya

Salah satu permasalahan terbesar umat manusia berawal dari komunikasi. Baik secara memahami atau menyampaikan.

Dan aku akan belajar untuk semua itu...

:"

2018

Jika di tahun 2017 bisa kubilang tahun penuh kejutan yang menyenangkan, bahkan mengharukan, bahkan sebagian mimpiku terwujud. Mimpi yang pernah kutulis di sebuah kertas yang kuselipkan di dompet, setiap saat kubawa, dan sekarang sudah terbuang karena bentuknya semakin abstrak.

Di tahun 2018 ini, mungkin bisa kubilang adalah tahun penuh pertanyaan. Terlalu banyak hal yang terjadi yang membuatku berpikir dan bertanya-tanya akan jawabannya. Kuharap ditahun depan kumenemukan jawaban-jawabannya, jadi biarlah tahun ini menjadi tahun penuh pertanyaan.

Di awal tahun ini, akhirnya re-united anak-anak lab kampus. Tidak lengkap, tapi ini yang memang dekat, sangat dekat :"). Kita sering ngumpul, dan membuat setiap minggu punya kegiatan... Tidak hanya main dota di kantor saja hehe.

Seiring dengan re-united, ternyata awal tahun ini kuharus memainkan peran pada sebuah "drama" kehidupan. Ya, hitung-hitung aku belajar bagaimana kehidupan nyata yang sangat mengerikan ini.

Hingga akhirnya aku melepaskan semuanya, hampir semuanya yang kumiliki saat itu. Ku sempat kehilangan anak-anak lab, kuharus kehilangan banyak momen, kehilangan hal-hal yang sudah kubangun, ku harus kembali, ku kelimpungan.

Kupikir semuanya sudah berakhir setelah itu, tapi ternyata itu tetap membayang-bayangi. Hingga akhirnya beberapa kali kumeratapi semua itu dan berpikir kembali, tapi tidak, aku benar-benar sudah pergi begitu jauh, aku hanya sempat menyapa singkat akan semua itu. Bayangan itu memang tak akan hilang, biar kunikmati saja, pikirku. :)

Tahun ini banyak, sangat banyaaaak sekali teman seangkatanku menikah. Dari teman dekatku Hannan, Willi, Mutiara, lalu Bayu dan Laila, Ka Sekiii!!! Yang tidak berkabar fuuu,, selanjutnya teman kelas SMK ku yang tidak bisa kuhadiri semuanya, dari awal temen-temen SMK ku menikah aku belum satupun hadir, maafkan anak jauh ini yaaa... Tapi ke depannya ku hadir, ku juga kangen ketemu sama anak SMK, walau sebagian besar wanitanya mungkin udah sulit ngumpul karena sudah pada menikah.

Tahun ini juga aku tidak menyangka bisa rutin olah raga lagi, dari Basket, Badminton (ini baru sekali deng wkwk), hingga Futsal. Aku merasa seperti hidup, entah kenapa saat olah raga permainan seperti itu aku merasa hidup. Dan aku tahu mengapa. Karena disana api ambisiku bangkit, bagaimana aku bisa memenangkan pertandingan terpecik disana, sementara diluar itu, aku bagaikan orang kena maag akut, lemes, tidak punya tenaga untuk berbuat apa-apa.

Mungkin tahun ini aku tidak memenangi apa-apa, tapi tahun ini aku bisa memenangi nafsuku yang tidak ingin pulang ke rumah. Ya, akhirnya aku pulang pergi kantor-rumah, sebenarnya tidak menyangka bisa pulang-pergi, awal masuk pun tidak kepikiran, tapi begitu saja semua terjadi dan aku masih tidak percaya aku rela dua jam planga-plongo bahkan ketiduran di jalan... Tapi, tak apa, ada banyak cerita terjadi di rumah sekarang.

Tahun ini, pertama kali merasakan ketemuan anak kelas kampus tapi di Jakarta, dan ya benar-benar seperti reunian, walau tidak banyak, tapi seru. Tahun ini juga banyak reunian lewat perjalanan jauh, kayak ke tempat Willi-Jogja, Hannan-Purwokerto, Mutiara-Purwokerto. Selanjutnya siapa dan kemana lagi ya?

Tapi, tahun ini juga penuh duka :( Dua sahabatku harus ditinggal oleh ibu tercintanya. Aku tidak bisa membayangkan betapa sedihnya, tapi aku bisa yakin mereka orang hebat dan tegar. Dan sekarang mereka berada jauh di tempatku.

Ngeblog! Yeay, aku tidak menyangka tahun ini bisa kembali ngeblog wkwk, bahkan aku sangat cerewet sekali tahun ini. Karena diriku lelah dengan instagram, dan muak dengan twitter. Sepertinya di sini kesunyian dan ketenangan yang bisa aku dapatkan. Selain itu, mungkin karena aku sudah melepaskan semuanya, aku merasa sendirian, aku merasa ingin ada yang mendengar ceritaku, tapi karena tidak ada, yaudah blog ini memang tepat untuk mengisi itu :") Ditambah temen-temen di kantor ternyata banyak yang suka berpikir dan menulis.

Beruntung di tahun 2017 ada satu postingan, setidaknya setiap tahun aku membuat tulisan di sini. hehe

Tahun ini sayangnya tidak ada game of throne, ya ampun, keburu lupa itu semua ceritanya. Tapi, tak apa, tahun ini banyak sekali anime yang kutonton, karena banyak sekali waktu luangku haha. Namun sekarang tidak pffft

Tahun ini masih wacana untuk menulis, padahal dari awal tahun niatnya. Ya, begitulah........

Semua terdengar baik-baik saja bukan? Lalu dimana yang dimaksud tahun penuh pertanyaan itu? Ya begitulah, aku juga bertanya-tanya, dimana ya? Padahal semua fine-fine ajakan? Kalau kalian bingung dan bertanya-tanya, aku pun begitu, nah jadi deh kita semua bertanya-tanya, dan makanya bisa dibilang penuh pertanyaan, kan? haha

Tahun ini pun ku hanya bisa mengingat dan menceritakan kembali masa-masa indah dahulu kala yang sudah menjadi debu kenangan. Rasanya... Malu, aku seperti berjalan di tempat tahun ini. Tapi, kumencoba berpikir positif, aku tidak berjalanan di tempat, tapi sedang mengambil ancang-ancang :'D

Tahun ini juga ku banyak memandang langit, ternyata enak cuy, apalagi kalau ada angin sepoi-sepoi, terus termenenung sejenak. Ah, indahnya... Dan saat termenung, banyak pikiran yang mengalir yang seandainya saja bisa langsung tertulis dan bisa ke posting sendiri. Pffft. Memang berat sekali terkadang apa yang dipikirkan saat termenung dan di depan laptop, semua buyar...

Tahun ini, aku sangat jarang ke Bandung. Dan mengelilingi Bandung jauh lebih jarang daripada biasanya. Kehidupan itu harus tetap berlanjut, dan melupakan Bandung adalah hal terberat, Bandung beserta isi-isinya.

Hingga akhirnya semua orang sepakat, aku telah kehilangan segalanya, dan mereka tetap membercandaiku, aku senang, semua masih berjalan dengan baik masih ada yang bisa ditertawakan, setidaknya tidak begitu buruk. Tapi, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab setelahnya. Ku sendiri bingung merangkai semua pertanyaan-pertanyaan itu, apalagi menemukan jawabannya.

Sebenarnya bisa saja semua kembali, walau ada yang benar-benar tidak bisa. Tapi, kehidupan harus berlanjut.

dan, jangan berubah kalau bukan menjadi lebih baik.

Terima kasih 2018.



Tertanda,

Hilmy

Untuk Klean Dariquh

Lagu indah dengan animasi yang memukau :). Lagu terakhir bukan lagu aslinya kayaknya, tapi tetap bagus. Mungkin beberapa sudah pernah diupload.


































Sabtu, 29 Desember 2018

22 Desember 2013

Mbahkung dan Mbahbu pulang dari Luar Negeri. Lalu kita makan-makan diluar ramaian, untuk pertama kalinya. Dan juga untuk pertama kalinya aku dibeliin sesuatu secara langsung dan spontan oleh om, waktu itu dibeliin sepatu futsal, dan sekarang sepatu futsalnya entah hilang kemana.

Dan itu menjadi terakhir kali melihat mbahkung ceria, setelah itu keadaan mbahkung semakin parah, hingga akhirnya di rawat inap hingga sebulan lebih. Ternyata saat makan-makan itu, mbahkung sudah memulai merasakan, ketidak sinkronan dirinya. Ketika diajak berobat pun mbahkung seperti orang linglung. Termenung, menatap entah apa. Terkadang ngomong tidak sesuai konteks. Satu yang membuatku terharu, mbahkung bahkan lebih memingatku daripada mbahbu.

Dan tawa soal gula yang bisa jadi garam di sebuah teh merupakan tawa terakhir mbahkung yang bisa kulihat. Tawanya tak utuh, otak kanan atau kiri aku lupa, sudah tidak berfungsi lagi. Jika mengingatnya, aku jadi ingin tertawa sekaligus melinangkan air mata. Mungkin ini menjelang 5 tahun mbahkung tidak membersamai keluarganya.

Mungkin mbahkung akan sedih jika mendengar anak dan cucunya. Maafkan kami mbahkung, ternyata hidup menjadi pria dewasa itu tidak mudah. Aku akan belajar menjadi pekerja keras kaya mbahkung.


Perencanaan

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." - QS: Al-Hasyr [18].

***

Seperti yang disampaikan khutbah jum'at kemarin. Jadikan semua rencanamu, pekerjaanmu, lingkunganmu, untuk hari esok (akhirat). Intinya gitu...

Sesi Durian

Kemarin, akhirnya mas Salingga join makan durian setelah wacana beberapa kali. Yeah! Kemarin berdua ke tempat makan durian yang biasanya aku, mas Latif, dan Arya kunjungi. Saking penuhnya, aku dan mas Salingga kebagian tempat diujung tangga lantai 2, tempat yang sama ku tempati ketika sama mas Latif beberapa waktu yang lalu.

Walau sangat sempit, pemandangannya lebih baik. Di situ aku bisa melihat jembatan layang yang dihilir mudik pengendara sepeda motor atau mobil, terlihat ruko-ruko tua, dan awan-awan terbentang. Waktu sama mas Latif kita bisa buang es batunya ke lantai bawah karena gak ada orang... Dan enaknya lagi, kita bisa termenung melihat semua itu... :D

Tak lama berdua sama mas Salingga, mas Latif nyusul. Sebenarnya aku janjian sama mas Latif duluan, tapi susah sekali dia dihubungin. Akhirnya kita bertiga makan durian himpit-himpitan, karena itu tempat orang lewat ketika pertama kali sampai ke lantai 2.

Aku merasa bersama seorang ayah dan seorang kakak. Mas Salingga beranak 2, mas Latif beranak 1, dan aku masih anak-anak haha. Ya, obrolannya tak jauh dari dunia perkodingan. Tak masalah bagiku, setiap aku bisa mengikuti pembicaraan orang aku merasa senang, setidaknya aku berarti cukup tahu hal-hal selain yang biasa ku tekuni. Eh tapi kan kodingan itu materi kuliahku ya... Jadi harusnya aku juga tahu ya...

Selain mas Salingga, sesi durian terakhir sempat dikunjungi member baru yaitu mas Joni. Waktu itu kita makan berempat, aku, mas Latif, Arya, dan mas Joni. Makan duriannya bentar, tapi makan ke WS nya lama, sebenarnya lama karena masaknya lama dan obrolannya itu nostalgia banget. Ya, kita ngomongin game-game online zaman dulu. Saat bahas itu, seolah memutar kembali memori selama SMP yang kerjaannya main ke warnet, terus nggak pernah jajan di sekolah karena untuk bayar billing warnet, terus sepeda ilang, terus dicariin kakek ke warnet. Hehe, bandel sekali ya...

Jadi jika dihitung ada 5 orang yang suka durian dan bisa saja ikut makan durian bersama-sama. Tapi orang yang paling sering aku dan mas Latif. Arya sekarang sibuk, sepertinya dia lagi serius dalam belajarnya :)) kalau mas Joni suka kelupaan diajak, kalau mas Salingga suka bentrok dengan ngurus bocil-bocilnya...

***

Tapi makan durian kali ini sungguh aneh, karena kuminta jangan pake es, rasanya manis banget, manis susu kentalnya. hiks... Tapi kalau pake es, ntah jadi apa ini hidung, gusi, kepala... pfft

Minuman Kaleng

Percaya atau tidak, aku belum bisa membuka minuman kaleng dengan tangan kosong...

Pffft...

Jumat, 28 Desember 2018

Blekedes

Menyampaikan kata tertahan
Mengungkapkan kata terpendam
Semoga masa depan
Allah menangkan

***

Pas pertama kali kepikiran itu kayaknya penggunaan katanya lebih bagus, suka gitu, pas di jalan pulang mikirnya keren-keren sampe rumah ditulis apa yang dipikir jadinya blekedes... Heee

Saya Juga Bingung

Hanya praduga, tapi ternyata ada orang yang lambat dalam penerimaan suatu materi tapi pandai dalam berpikir materi itu. Waw.

Contohnya temenku Salim, dia unik, dia kalau ada penyampaian suatu materi selalu bertanya. Dan kalian tahu, pertanyaannya sangat mendasar yang terkadang aku pikir. "Ya ampun masa gak tahu sih," "ya ampun masih gitu aja gak paham." Terlihat seolah dalam menangkap suatu hal benar-benar lambat. Sangat lambat. Dia bertanya, kalau masih bingung tanya lagi, sampai kadang semua anak heran, "ini beneran gak ngerti?"

Beruntung semua dosen sangat baik menjelaskan pelan-pelan. Tapi ada sisi positifnya dari setiap pertanyaan Salim yang mendasar dan cukup kritis. Ternyata ada banyak hal yang kita anggap paham, tapi ternyata salah paham. Dan tak jarang kita tahu apa yang belum tahu dari pertanyaan mendasar Salim.

Kalian pasti bisa membayangkan betapa herannya kita melihat Salim bertanya-tanya hal sepele yang mungkin hampir semua orang tahu. Tapi, asal kalian tahu, IPK dia 3,97 kalau tidak salah. Dia beberapa semester dapat IP 4.

Padahal kami pikir dia sangat lambat dalam menerima materi, tapi ketika giliran dia berpikir terhadap materi itu, boom. Salim selalu mengagumkan.

Jadi keinget juga ceramah dari Ustadz Khalid Basalamah, dia cerita ketika dulu masih kuliah dia bertanya ke temannya yang pintar apa rahasianya menjadi pintar dan gak belajar lagi selepas kuliah. Ternyata jawabannya seperti yang Salim lakukan, dia terus bertanya dan bertanya di kelas, apapun yang membingungkan dia, dia terus bertanya.

Jika boleh mempraduga, kuduga interaksi dua arah lebih cepat membekas di kepala dibandingkan ceramah berjam-jam dari seorang guru atau dosen. Tapi terkadang ada mindset orang yang banyak tanya itu terlihat seperti orang tidak paham atau mungkin disinisin karena banyak nanya, dan hal lainnya adalah takut disalahkan atau ditertawakan ketika pertanyaannya salah atau seolah terlihat tidak mengerti.

Begitulah.


***

Kalau inget Salim, selalu ingat dia memberi kabar ibunya kemana pun dia pergi dan itu setiap saat.

Kalau inget Salim selalu kebayang panggilannya untukku yaitu "Mimi." Dia doang yang rela manggil aku "Mimi," dan kalau setiap ketemu pasti dia merenggangkan tangannya seperti orang ingin memeluk, dan kadang kita berpelukan... Tidak, kita tidak homo, meluk pria gemuk menyenangkan bagiku. Perutnya lucu. wkwk

***

Tulisan ini dibuat karena ada orang serupa seperti Salim dikantor, biasa dipanggil Boy, dia sungguh luar biasa, dan aku selalu menunggu apa yang dia pikirkan. :D

Dan sekarang kugangguin terus si boy ni wkwk

Cendol

Kemarin komen-komenan di foto temen kelas semester kemarin. Terus dia bilang, "udah lama ya kita nggak cendol?"

Aku langsung, wah iya, dulu kita setiap sebelum atau sesudah shalat dzuhur pasti ada aktivitas rutin mencendol ria. Jadi kangen dan rasanya kayak udah lama banget, padahal baru sebulan. Biasanya berjumpa setiap di kelas bahkan kadang suka nyariin kalau gak masuk. Dan kadang bahkan udah nyediain tempat duduk.

Lalu aku pikir, kenapa sih kok kita sering ngecendol? Apakah memang butuh atau gimana? Tapi setelah aku pikir, aku yang paling suka cendol saat itu, dan dia ngikut aja. Itupun awalnya karena kita gak punya temen lagi dan kita sebelahan duduknya jadi bareng terus. Dan cendol menjadi waktu untuk berbincang, tentang apapun.

Kupikir aku suka sekali ikut atau mungkin terjebak pada sebuah khas (ciri) untuk menjadi ingatan suatu hari, dan saat ketika sudah lama tak terjadi bilang... "Udah lama ya kita gak ini itu blablabla."

Banyak hal seperti yang membekas baik disengaja atau tidak, kayak main dota sampai pagi di Lab, terus kemarin Yono bilang keinget zaman kita sibuk sama TeamViewer waktu render animasi, terus kalau sekarang ngeduren dan ngegeprek, kalau SMK itu main ke sosis pele, kalau SMP bahkan buat basecamp di atas got dengan bambu-bambu bekas pedagang malam tepat di depan kantor polisi terus Dhieka selalu dicariin ibunya untuk pulang dan aku sama Septian bete... Dan banyak lagi yang mungkin suatu hari nanti menjadi kenangan sendiri.

Sebenarnya memang akunya aja doyan main kali ya... Dan aku terlalu melankolis, sehingga suka mengingat hal-hal itu...

Kamis, 27 Desember 2018

Membersamai

Seperti kebanyakan ungkapan setelah lama berbincang dan batasan menghentikan perbincangan itu. "Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya!" entah apa itu pembatasnnya, mungkin jarak, mungkin waktu, mungkin kisah, atau mungkin usai merindu. Dan juga entah kapan obrolan itu akan berlanjut lagi, karena sejatinya kapan adalah variabel yang belom ditentukan.

Biasanya akhir menyimpan kesedihan, tapi kali ini tidak. Sebuah kisah pasti berawal dan berakhir, dan setiap akhir pasti akan ada awal lainnya. Kupikir kisah ini benar-benar masih panjang, dan apa yang terjadi setelah akhir ini terpasti akan memulai sesuatu yang baru walau tak tahu seperti apa jalannya, tantangannya, dan rasa frustasinya.

Obrolan itu telah berakhir, entah kapan dimulainya lagi tapi pasti obrolan itu akan dimulai, walau entah dengan siapa dan dimana. Akan selalu ada obrolan-obrolan itu. Terkadang setiap obrolan yang pernah terjadi selalu tertanam di kepala, seolah semua selalu membersamai hari-hari, tidak menghantui, tapi hal penting selalu teringat bukan?

Sesungguhnya semua sebenarnya tak ada yang pasti dan yang tahu, mahluk-Nya hanya bisa berikhtiar dan berdoa tentang masa depan. Tentang ketidaktahuan karena keterbatasan. Tapi dengan begitu, penghambaan dibutuhkan. Jadi kapan kita bisa ngobrol lagi? Entah, masa depan tidak terang ataupun gelap, terkadang manusia berusaha mengukur dan memprediksinya, sering kali salah, pun sering kali benar. Tapi, tidak ada yang pasti tentang masa depan kecuali kematian.

Banyak sekali hal yang ingin dibicarakan, dari A hingga Z, dari tidak tahu menjadi tahu, dan itu menyenangkan bukan? Tapi, sekali lagi, semua ada batasnya. Bahkan jika tidak ada di kehidupan ini pembatasnya, maka kematian itu yang membatasi obrolan itu.

Biarkan waktu yang menjawabnya.

***

Sudah sebulan lebih tidak basket, suram rasanya...




Sambutan

Salma dan Qonita tuh bisa berjam-jam video call sama Ummi, bisa cerita dari A sampai Z tanpa henti kayak kereta bisnis, lewat semua tuh stasiun-stasiun.

Tapi kalau sama Abi tuh kayak sambutan dari Pembina atau Ketua Pelaksana, sepatah dua patah kata kami persilahkan di tempat. Hehe Ampooon Bi...

Rabu, 26 Desember 2018

Tujuan Hidup

Hoeda Manis benar pada tulisannya ini. Hidup yang tidak punya tujuan lalu menjadikan menikah menjadi sebuah tujuan adalah awal permasalahan. Itu yang kurasakan sekarang, kupikir aku tidak punya tujuan lagi, demi melangsungkan kehidupan yang terus berjalan, kupikir menikah bisa menjadi tujuanku. Rupanya aku hanya melarikan diri dari keabstrakan hidupku, tujuanku.

Aku masih tidak mengerti bagaimana orang bisa meluruskan niat, sementara banyak faktor manusia di dalamnya, berkali-kali memantapkan hati kalau ini adalah tujuan karena Allah, tapi perlahan semakin jauh dan semakin jauh, kupikir ini hanya pelarian.

Mungkin orang yang sering mendengar ceritaku berpikir bahwa semua butuh perjuangan, kesabaran, dan ya memang tidak ada yang mudah, tapi perlahan kupaham, kerusakanku adalah cara berpikirku, mewujudkan prasangka-prasangka bodoh dari keabstrakan itu.

Entah apa yang harus kulakukan, entah apa tujuanku, kupikir ku harus membuang jauh perihal nikah sebagai tujuanku, sebagai mimpiku. :)

***

Beberapa hari yang lalu mas Salingga cerita. "Kayaknya gue mau mengurungkan niat punya usaha sendiri bareng istri gitu deh."

Aku heran, perasaan baru beberapa minggu yang lalu dia begitu antusias. "Kenapa?"

Dia memberitahu alasannya. "Gue mau bermimpi fokus ke anak-anak, mau mendidik mereka sampai menjadi orang hebat."

Aku ketawa. "Aku juga dulu berpikir seperti itu, tapi jika aku pikir perulangannya, bahwa setiap orang tua akan memupuskan mimpinya lalu berfokus ke anaknya, dan anaknya sudah besar memupuskan kembali mimpinya lalu fokus ke anaknya, jadi siapa yang punya mimpi selain fokus ke anaknya?"

Walau aku tahu, fokus ke anak adalah investasi hidup dan mati.

Jadi...

Ternyata mengakhiri sesuatu itu tidak mudah, tidak semudah mematikan laptop atau tidak semudah mematikan ponsel.

Padahal memulainya pun tidak mudah. Jadi apa yang mudah toh?

Rasanya bosan, banyak hal yang ingin diceritakan, tapi tidak ada tempat lagi sekarang kecuali Allah. Ya semoga saja bosan ini hilang, bosan dan segala tetekbengeknya.

Iri tanda tak mampu, berarti ketika aku iri, aku tak mampu. Ya, dan sekarang aku iri dan memang tak mampu.

Boleh kuucapkan selamat tinggal? Setidaknya kusudah bertekad untuk pergi, setidaknya. Walau pergi memang bukan jalan terbaik, tapi kita harus berpindah dan terus berputar.

Rasanya memang entah jelas apa, tapi rasanya mudah sekali mengetahui orang itu seperti atau bagaimana pemikirannya sekarang. Media sosial sangat membantu, hehe.

Jadi, perbedaan itu tetap membentengi, tidak semudah itu ternyata ya. Begitulah, pemikiran manusia, akal manusia, itu anugerah dari-Nya.

Jadi, sampai jumpa lagi.

Perasaan dan Tubuh

Tiba-tiba ka jay ngechat, awalnya tadi enggan ke kantor karena badan tidak enak, lalu mendadak nggak boleh kalau nggak ke kantor, kudu ini wajib bagiku... Hehe

Perasaan memang mempengaruhi tubuh sekali...

Arti

Bagaimana melakukan tanpa memberi arti sesuatu? Bagaimana semua memang karena ingin dilakukan saja. Cukup sampai disitu.

Apakah lari adalah sebuah kesalahan? Pencarian memang terkadang tak kenal siang maupun malam.

Bagaimana jika memang semua diatur sedemikian mengerikan agar tersadar? Siapa yang tahu, jika itu adalah masa depan. Mahluk-Nya tak tahu menahu. Bahkan jin pun tak tahu.

Bagaimana lari itu menjadi kenyataan? Sementara diriku menjebak diriku sendiri. Dengan prasangka-prasangka yang mengerikan, tanpa sadar, terjebak diri sendiri.

Apa yang lebih penting dari kesadaran?
Saat itu hujan tak lebat, gerimis halus menyapu lembut tubuh. Banyak waktu telah terbuang, oleh jebakan yang kumakan sendiri. Oleh jutaan hal menghantui, yang kupikir telah berakhir, segera berakhir, akan berakhir, tapi nyatanya tidak.

Hingga ku lelah, dan sebentar lagi mungkin menyerah.

Terkadang aku bertanya, bagaimaa caranya mengulang saat di persimpangan? Bagaimana arah ini tidak jadi kuambil, ah tapi bukankah ini sebuah kosekuensi?

***

Akhirnya mencapai batas tubuh, selamat istirahat semua.

Selasa, 25 Desember 2018

Belajar Kerja Keras dari Ka Ridho

Walau semuanya bekerja keras, tapi aku paling suka melihat ka Ridho jika bekerja. Ia terlihat amat fokus, bahkan terkadang hingga malam dia masih fokus sama kerjaannya. Jika dengar dari ceritanya, dia benar-benar memulai dari nol terkait pekerjaannya. Pembelajar yang hebat.

Mungkin tidak hanya aku saja yang melihat ka Ridho sebagai pekerja keras. Hampir semua di Yawme sepakat, terlebih istrinya. Jika kalian membaca tulisan istrinya ka Ridho yang ditulis di kertas kecil lalu di tempel pada laptop ka Ridho itu sungguh manis sekali. Bisa diabetes aku bacanya...

Tulisan persisnya aku lupa intinya, istri ka Ridho sangat mencintai ka Ridho akan kerja kerasnya. Dan memang begitulah ka Ridho kuanggap, seorang pekerja keras yang insya Allah kelak akan menuai hasil terbaiknya. Tidak ada usaha yang mengkhianati.

Satu lagi yang kusuka dari ka Ridho, tilawahnya bagus suaranya bagus. Seneng kalau dengar beliau tilawah.

:D

Belajar Berambisi dari Zakiyyah

Rasanya sedih awal tahun bakal ditinggal Zaki. Tapi, ada rasa kagum atas kepergiannya. Dia pergi untuk mengejar mimpinya. Berkontribusi dalam pendidikan anak yang Islami. Bagaimana dia sudah bergerak dalam membuat buku dan hasilnya luar biasa.

Aku yang mulai kehilangan ambisi merasa takjub liat bagaimana Zaki giat ikut ini itu yang mendukung mimpinya. Selain ambisinya yang luar biasa, kemampuannya juga luar biasa, dari desainnya dan komunikasinya. Kalau ilustrasi, rasanya terkagum-kagum seperti ke Asya, bang Bilal, dan Agung (Kalau ini 3D). Rasanya pengen bisa ilustrasinya kayak mereka. Tapi apa daya, sekarang aja diriku tidak pernah lagi ilustrasi-ilustrasi begitu. Ya, hanya menjadi penikmat dan tukang iri aja haha.

Awal tahun akan terjadi apa lagi ya? Semoga semua baik-baik saja. Good luck Zaki! Terima kasih telah membuat diriku bertanya soal ambisi hidup.

Senin, 24 Desember 2018

Kalem Euy

Tadi ketemu mas Fadel (Apa Fadil ya? Aku lupa), perawakannya mirip mas Salingga, cara ngomongnya dengan tenang pun mirip Mas Salingga. Tapi bukan kemiripannya yang ingin kubahas, tapi gayanya yang tenang dan kalem itu.

Terpikir di kepalaku, kayaknya jadi orang yang tenang dan kalem keren juga ya. Nggak serampangan dan cerewet kayak sekarang. Padahal dulu diriku terkenal kakak yang pendiem, sejak kapan ya jadi pecicilan gini pffft...

Apakah aku memutuskan untuk menambah atau memunculkan value kalem lagi? Tapi, yang susah adalah tenang sih. Rasanya setiap ada perasaan yang amburadul aku tidak bisa tenang kecuali aku benar-benar memastikannya tenang. Begitulah~

Tapi, perlahan kalau ketemu temen lama rasanya males ngomong kalau ramai perbincangan, tapi kalau sepi rasanya tuh gak enak dan gak bisa nahan diri untuk tidak ngomong...

Kayak kemarin ketemu anak-anak, aku hanya diam mendengarkan, nanya 1 2 hal, ya paling sisanya hanya menimpalkan hehe... Kemarin pun ngumpulnya dadakan, karena aku di jakarta aku iseng share lokasi eh ternyata mereka semua tidak libur panjang, akhirnya ngumpul deh seadanya :)

Jadi, kalem lagi? wkwkwkwkwk. Aneh aja.

***

Tadi bahas kerjaan sampingan, dan revisinya bikin pengen muntah... pffft

Belajar Tekun dari Papih

Semasa kuliah kupunya teman nama panggilannya Papih. Dia maniak game, ada satu game yang awalnya ngertian diriku tapi pada akhirnya dia jago sekali. Tapi memang hidup butuh pengorbanan, selain dia makin ndut dia juga harus mengorbankan kuliahnya... Tapi, sekarang dia masih kuliah kok.

Tapi, memang setiap pengorbanan ada hasil sebanding. Sekarang dia keliling negara di SEA dengan bermodalkan bermain game. Gamenya berbeda dengan game yang kita mainkan bareng. Dia bersama tim PUBG-nya sudah juara-juara dan memiliki sponsor sendiri, sudah turnamen keliling negara.

Oh ya, tidak hanya Papih, dulu aku punya temen SMK yang memutuskan keluar dari sekolah. Tapi, terkahir dapat kabar dia juara se Indonesia dengan tim Mobile Legend profesional. Aku terkejut, ternyata memang selalu ada pengorbanan ya dalam hidup, dan tekun serta istiqomah adalah ikhtiar terbaik.

Belajar Nurut dari Aufa

Jika ditanya siapa anak ummi paling nurut, jawabnnya sangat jelas, itu Aufa. Aufa tipikal yang lebih suka membantu, setiap disuruh ummi pasti selalu dikerjain. Kalau di rumah yang suka nganter belanja itu pun Aufa, nganter-nganter pokoknya Aufa.

Aufa juga paling jago ngemong si Ahmad. Dan Ahmad sangat senang sekali sama Aufa. Padahal dulu mereka berantem mulu. Tapi sekarang seperti berbalik, Aufa kakak terbaiknya. Dan kakak favorit Aufa adalah diriku. wkwkwk

Aufa dulu sering kali disuruh-suruh sama teman-temannya, sampai-sampai aku sering marahin kalau dia disuruh-suruh mulu sama temannya atau semacamnya. Tapi, ternyata aku salah, begitulah Aufa, dia orang yang suka membantu, termasuk ke Mbak-mbaknya.

Aufa sekarang luar biasa, setiap obrolan dia bisa relasiin ke hadis-hadis. Bahasa arabnya pun jago, bahkan ummi sering nanya Aufa terkait bahasa arab. Pokoknya suami idaman banget Aufa tuuu... Niatnya Aufa mau dimasukan ke Mesir, tapi ndak tahu, biayanya lumayan. Ya, semoga terbaik buat Aufa.

***

Hari ini ummi bilang ada hadiah, ternyata dari Aufa. Aufa kasih ummi kitab gitu, aku pun ndak tahu bacanya gimana... Pas buka kitabnya, ada puisi dari Aufa. Aku bacain, dia malu-malu dan kita semau tertawa saat itu.


Belajar Mengayomi dari Fitri

Sebagai kakak yang berpisah begitu jauh dari adik-adiknya, aku benar-benar tidak tahu rasanya menjadi seorang kakak seperti apa dan bagaimana. Aku pun menjumpai blognya Fitri dan disana banyak cerita tentang adiknya dan ternyata seru ya menjadi seorang kakak.

Dia pun sering bawa adiknya ke kantor, dan melihat bagaimana dia bersikap ke adiknya. Aku yang selama ini cuek bahkan dibilang adikku seperti tidak punya kakak pun merasakan hal berbeda saat melihat Fitri dengan adiknya.

Bagaimana Fitri khawatir tentang adiknya yang sering buka Youtube atau hal-hal lainnya yang memang kurang bagus jika berlama-lama. Sementara aku, asal adikku tidak rewel itu merasa sudah cukup.

Pun dia suka bawa buku anak dan akhirnya aku mencoba pinjam untuk kuajak adikku membaca (karena adikku yang paling kecil susah sekali membaca) tapi apa daya, terpenting memang adalah waktu yang diberikan untuk mendampingi si adik yang ternyata diriku sedang sibuk. Fufufu

Belajar Aktif dan Tidak Minder dari Dhieka

Kalau kalian belum tahu, biar aku ceritakan sedikit. Sebenarnya aku pendiam. :)

Seperti cerita-cerita yang sering kuceritkan di blog in tentang sahabatku Dhieka. Kita berjumpa di kelas 1 SMP yang sama. Dia hiperaktif sangat aktif. Tapi ketika melihatnya aku rasanya senang, membuat orang sekitarnya tertawa, membuat teman sekitaranya bercerita, membuat suasana terasa begitu menyenangkan.

Dari situ, aku ingin seperti Dhieka. Aku tidak ingin diam melulu. Tak hanya itu, Dhieka pun berani tampil dan unjuk gigi, sementara aku sudah minder melihat anak-anak gahul di SMP. Dari situ pun aku terus mendorong diriku untuk bisa berani ambil bagian dan aktif dari setiap acara.

Dari Dhieka juga aku jadi suka berfoto, berhubung aku suka mengenang, jadi terasa semakin cocoklah aku dalam berfoto. Walau sekarang mulai agak males, hanya momen-momen besar saja.

Dan begitulah Dhieka membuat diriku berubah, dari yang membosankan, menjadi gila. DAn sekarang aku bisa menggila dengan siapa saja. Dari yang aku cuek dan dingin, menjadi yang sok asyik :" pffttt

Tapi tak apa, aku tak peduli, bagiku bisa mengenal orang lain adalah kesenangan tersendiri. Apalagi pas sadar ternyata aku tahu banyak ya... Rasanya kapan aku mengenalnya?

Dan sekarang Dhieka sedang diuji kesabarnnya, terima kasih Dhieka atas pelajaran untuk tidak minder dan selalu ambil bagian.

Belajar Khusyuk dari Boy

Pernah sewaktu lagi ngaji di kantor ketika bukan giliranku aku memalingkan sedikit fokusku ke hal lain. Sebenarnya itu terblang lumrah, karena sebelum-sebelumnya teman-temanku pada melakukan hal serupa.

Tapi, tidak waktu ini, saat itu Boy menoel bahuku dan berkata. "Ngaji dulu bentar." Katanya dengan halus, aku terkejut dan jadi malu. Aku pun kembali mengalihkan fokusku ke ngaji lagi dan mulai dari hari itu aku selalu kebayang ketika mengaji terus ada pesan masuk harus fokus lagi ke bacaan dan matikan internet.

Hingga akhirnya aku melakukan yang sama di ruang Yawme, pada akhirnya ngaji di ruang Yawme menjauhkan diri dari laptop dan fokus memperhatikan bacaan dan artinya, bahkan hingga membahas ayat-ayat yang sempat dibaca.

Tidak hanya itu, jika shalat dia selalu berangkat duluan bahkan sekalipun itu saat rapat. Dia selalu memulai sunnah dan mengakhiri dengan sunnah pula. Shalatnya sangat tenang kulihat, tak sedikit ia berdoa agak lama namun tampaknya dalam.

Tak sedikit pula aku melihat tetesan air mata di doanya, terkadang ia enggan balik duluan untuk berlama-lama di rumah Allah.

Aku juga pernah kena tegur lagi ketika bercanda terkait kata-kata "Man Rabbuka?" awalnya tidak bercanda tapi tiba-tiba kenapa keluar kata-kata itu pas lagi bercanda. Lalu Boy menegurku dan bilang. "Jangan dibuat bercanda." Katanya halus.

Dia pun sering bertanya terkait dunia Islam, lebih rajin dan giat bahkan.

Yang perlu kalian tahu, dia seorang mualaf. :")

Belajar Bertanggung Jawab dari Abid dan Mas Salingga

Waktu itu sesi makan siang, setiap kali makan bareng selalu melihat Abid dan Mas Salingga makan tanpa sisa sedikit pun di piring. Akhirnya obrolan tentang makan tanpa sisa terjadi, Abid cerita gara-gara lihat temannya makanan tanpa sisa dipiring ia menjadi suka melakukannya. Kalau Mas Salingga dia memang tidak ingin membuang nasi atau semacamnya. Bahkan masakan istrinya saja selalu ia makan habis, walau sudah makan ia selalu makan buatan istrinya lagi demi menghargai dan selalu abis.

Lalu kemaren makan-makan Yawme di sebuah tempat makan, aku melihat mereka makan dengan lahap. Aku yang payah ini hanya makan sedikit, mereka sudah berkali-kali nambah. Hingga akhirnya semua kenyang namun makanan tersisa.

Dengan begitu hebat Abid dan Mas Salingga memaksakan untuk makan lagi selepas shalat untuk menghabisi makanan yang tersisa karena mubazir, karena sudah dihidangkan maka harus tanggung jawab terhadap pesanannya. Begitu mereka berpesan.

Dari obrolan pertama aku pun jadi tak berani ambil makan banyak lagi, jadi prefer nanti nambah daripada nggak habis. Lambungku sungguh kecil, dan makanku seperti keong~

Belajar Berencana dari Ustadz Ahmad Umar

Malam itu seperti yang kutulis di blog ini sebelumnya, perbincangan malam itu menjelaskan jika kita harus lebih baik dari kemarin. Bahwa kita harus menentukan ingin menjadi apa ke depannya. Bahwa kita harus tujuan yang dibagi menjadi aktivitas harian yang konkret dan istiqomah.

Insya Allah, tujuan yang baik akan membuat diri kita menjadi baik. Jika itu berhubungan dengan kerjaan, insya Allah kita menjadi semakin dihargai. Jika itu berhubungan dengan dakwah, insya Allah dimudahkan segalanya.

Mumpung awal tahun baru masehi tiba, bagaimana kalau kita mulai kehidupan dengan sebuah rencana besar?

Belajar Bertahan dari Dessy dan Hannan

Entah sudah berapa tahun dirinya melakukan penantian. Selalu terus memasang rasa optimisnya, selalu bersikap baik dan berupaya menjadi yang terbaik. Setiap tahunnya selalu ingat hari-hari yang baik.

Entah seperti apa rasanya, dia selalu bertahan dan harap-harap penantiannya berbuah manis. Walau terkadang hanya cuek yang didapat atau sikap seadanya atau bahkan tidak dianggap :(. Tapi dia selalu memberikan yang terbaik di setiap kesempatan itu ada.

Pada akhirnya, walau tidak mendapatkan sebagaimana mestinya, satu diantara mereka pun diberikan jawaban. Tidak, tidak selalu yang dinanti dan diperjuangkan didapatkan. Sungguh, skenario Allah adalah yang terbaik. Dan salah satu di antara mereka pun diberikan jawaban yang indah, penantian itu beralih, ternyata mereka menantikan pangeran itu (pria lainnya).

:")

Belajar Berprinsip dari Aa

Jika kalian pernah mendengar orang terpintar di kelasku, bahkan di angkatanku. Maka itu adalah tak lain Aa. Selain pintar dia juga berpegang teguh pada prinsip hidupnya. Jika dia berkata tidak, maka dia benar-benar tidak.

Bahkan sering kali aku yang heran dengan kepintarannya itu bertanya-tanya, "kenapa aa gak ini itu?" lalu dia jawab dengan santai, dia bilang ya karena nggak mau saja.

Terakhir ku dengar, dia tidak melanjutkan kuliahnya. Bayangkan orang sepintar dia berhenti kuliah. Tidak, tidak ada masalah dengan tugas akhirnya. Semua baik-baik saja bahkan sudah selesai. Tapi ada sebuah sistem di kampus dimana mahasiswa harus aktif dan ada poin keaktifannya. Sementara itu aa orangnya tergolong yang lebih suka di kosan dan bekerja di balik diamnya.

Sehingga ia memiliki masalah terhadap poin keaktifannya. Sementara ada standard nilai yang perlu dia penuhi. Karena sudah semester akhir, sulit sekali mendapatkan poin keaktifan yang kurang itu. Pada akhirnya banyak saran untuk beli poin keaktifan saja, itu terhitung ilegal.

Terakhir ku dengar, dia menolak. Dan tidak melanjutkan kuliahnya. Jika itu terjadi, sungguh luar biasa prinsipnya dalam menempuh jalur yang diberkahi oleh Allah.

***

Aku terkejut ketika pertama kali berkunjung ke cafe milik keluarganya aa. Ternyata kakaknya sungguh islami dan cantik tentu saja sudah mau menikah~ Tapi ternyata keluarganya memiliki nilai keislaman yang cukup tinggi, aku tak pernah membayangkan ketika melihat Aa. Maklum, sukanya melihat dari apa yang terlihat, manusia. hehe

Belajar Hijrah dari Ka Sarah

Melihat perjuangan hijrah ka Sarah tuh bikin malu sendiri. Bagaimana dia harus melawan keadaannya yang tidak baik menjadi baik. Bagiamana dia berusaha keras mencari tempat untuk belajar agama. Bagaimana dia terus menyebarkan kebaikan. Bagaimana dia mengajak orang-orang untuk ikut sama-sama belajar agama.

Bahkan, untuk belajar bahasa arab. Aku sepertinya kalah telak, dari niat dan tujuan saja rasanya aku hanyalah angin lalu. Kegigihannya belajar untuk menjadi lebih baik benar-benar luar biasa. Semoga tetap istiqomah ya kak.

Belajar Senyum dari Nurul dan Abidah

Setiap berpapasan di kantor salah satu diantara mereka, mendadak jadi harus senyum. Melihat mereka yang menyapa dengan senyum membuat terkadang bingung, kalau ndak bales dengan senyum rasanya kayak jutek. Akhirnya terpaksa senyum.

Jadinya seneng sendiri kalau ketemu orang senyum-senyum, apalagi kalau ketemu anak kecil di jalan yang lagi di gendong, suka ngeledekin terus kabur~

Kendali Atas Diri

Menumbuhkan passion. Jika kita hanya menuruti apa yang kita inginkan, dengan dalih itu passion. Bisa saja diriku bermain game tiada henti karena itu memang passionku. Tapi sejatinya kita bisa menumbuhkan sebuah passion.

Seperti sifat, kita punya sifat bawaan entah berasal dari gen atau apa yang terkadang value sifat bawaan itu tidak bagus. Untuk menghilangkan sifat bawaan itu susah. Lalu bagaimana? Waktu itu seorang pembicara mengatakan. "Tambah value lain yang baik untuk menutupi value bawaan yang buruk itu."

Pada dasarnya manusia memiliki kendali atas dirinya di ranah yang dijangkaunya. Bisa jadi passion dan sifat bawaan adalah ranah yang tidak di dalam kuasanya. Tapi, dengan menambah value, bisa menutupi passion dan sifat bawaan yang kurang baik.

Malam ini seorang berkataku, bisa saja kita melakukan apa yang menjadi passion kita. Itu sangat mudah sekali. Tapi sebenarnya kita juga bisa membuat passion dari yang tidak kita suka. Dengan memberi sugesti akan kebaikan atas passion-passion tersebut dan melakukannya berulang kali.

Seperti seorang sahabat nabi yang menjaga perbatasan perang. Beliau berkata, "Lebih baik aku di sini (perbatasan perang) dibandingkan bercanda dengan istri dan anakku." Padahal jika dilihat jelas lebih mengasyikan bercanda dengan istri dan anak bukan?

Namun, dengan memahami bahwa menjaga perbatasan perang merupakan perbuatan mulia yang memiliki ganjaran tinggi oleh Allah. Beliau menjadi menyukai hal tersebut, yang sejatinya hal itu tidak mengenakan. Apa enaknya diambang kematian?

Begitu pun penegasan Alquran terhadap perang yang sejatinya tidak ada yang menyukainya, siapa yang suka perang? Tapi karena keutamaannya, para sahabat langsung bersegera bersiaga untuk perang ketika gendang perang ditabuhkan. Mereka menjadikan perang sebagai passion karena keutamaannya.

Setelah aku berpikir, seharusnya aku tidak punya alasan lagi untuk berkata, ini udah sifat bawaan lahir susah diubah. Ini passionku bermain game. Padahal sejatinya manusialah yang harus memiliki kendali atas aktivitasnya, bukan mengalir dan menjalankan yang ada saja.

Bukankah kita harus lebih baik dari hari kemarin?

Berhubung menjelang awal tahu masehi. Mungkin memang perlu hidup dengan berencana. Karena jika direncanakan kita tahu apa endingnya, apa yang harus dilakukan, dan apa yang harus diperjuangkan, serta kita tahu apa manfaat kita terhadap kehidupan ini.

Minggu, 23 Desember 2018

Berbisik Harap

Banyak orang indah-indahkan senja
Menantinya di pelataran terbaik
Pantai, gunung, atau singgah sana
Lalu mereka berdecak kagum

Memang benar
Senja itu indah, menawan kata orang
Semburat oranye diantara awan-awan
Seolah mendatangkan ketenangan

Tapi, ada waktu yang lebih dari senja
Waktu yang sering orang-orang lewatkan
Memang warnanya tidak seindah senja
Cenderung redup, gelap

Berikan sedikit telingamu
Biar kubisikan itu apa
Karena aku yakin, kamu akan menyukainya
Ya, itu adalah Fajar

Kamu tahu? Tidak semudah senja
Menjumpai fajar adalah perjuangan hebat
Melawan lelah nan payah
Pembuktian kegigihan ingin berjumpa

Tak hanya itu
Jika kamu berbisik harap pada fajar
Tidak hanya engkau yang mengaminkan
Karena jutaan malaikat datang, mendoakanmu juga

Ya, jutaan malaikat turun ke bumi
Saat dirimu menatap fajar dengan kekhusyuan
Malaikat menontonmu dengan lembut
Dan sejatinya pagi yang gelap itu dipenuhi cahaya

Tapi sekali lagi sayang saja
Menjumpai fajar tidak semudah senja
Walau sama-sama selintas mereka datang lalu pergi
Fajar tidaklah indah dimata, tapi menenangkan hati, jauh lebih

Saat dirimu terpuruk
Fajar adalah awal mula harapan itu
Jangan ragu untuk berbisik di waktu itu
Karena kekhusyuan sebelum mentari tiba, lebih baik dari dunia dan seisinya.

***

Tulisan sebelum ini terhapus, padahal sudah ditulis dengan penuh hati dibawah bayangan bulan yang membulat besar dan angin berhembus kencang layaknya pemukiman di atas bukit lembang, dan aku merindu.

Walau obrolan itu membuat tulisanku kehapus, aku bersyukur bisa berbincang dengan orang hebat. Lalu kita membahas, hidup yang penuh peningkatan dan kegiatan yang berkesinambungan. Sebuah pencerahan dihiruk-pikuk kedelimaan.

Tidak untuk Saat Ini

Dan aku sedang tidak percaya diri.

Sabtu, 22 Desember 2018

Siklus Berubah

Tadi seperjalanan pulang 2 kali kena tegor karena tidur. Satunya hampir masuk semak-semak, satu lagi di klakson mobil dari belakang. Rasanya semakin hari keadaan ini membuat diriku kewalahan untuk pulang pergi.

Mungkin ada baiknya mengikuti saran Fitri untuk pulang lebih sore. Kalau begitu harus datang lebih pagi juga, karena berangkat kesiangan pun diriku akan tertidur sembari bawa motor, dan itu benar-benar mengerikan.

Siklus berubah.

Jumat, 21 Desember 2018

Dikerjain Developer

Malam ini terkandung ketinggalan catatan kerjaan, akhirnya memutuskan main game. Eh rupanya game yang ingin dimainkan maintance sampai jam 23.00. Sambil mengingat-ingat dan lanjut kerja sedikit, eh ternyata jam sudah 23.00. Lalu kubuka lagi gamenya, dan ternyata maintancenya ditambah jadi 24.00.

Dikerjain Developernya. pffft keraaadddd wkwkkw

Dan jika malam ini ndak main, berarti genap sudah hari ini aku benar-benar tidak main game tersebut.

Sibukkanlah Orang-Orang Zhalim

Tadi selepas adzan maghrib melipir ke sebuah masjid yang langganan mampir kalau ketika pulang kantor berpapasan waktu shalat. Pas masuk halaman masjid terdengar sang imam sedang membacakan qunut. Qunut untuk shalat maghrib.

Doa qunutnya pun tak lain untuk mendoakan umat muslim di seluruh dunia, dari Palestina hingga genoksida mengerikan di Uighur. Rasanya sedih mendengarnya, apalagi membayanginya. Padahal apa salah umat muslim yang dizhalimi itu? Hingga mereka merasa pantas melakukan semua itu.

Dan menyedihkannya, tak ada yang bisa dilakukan oleh umat muslim lainnya. Mungkin hanya bisa mendoakan dari jauh dan mengirimkan bantuan makanan dan pengobatan. Tidak ada bantuan untuk menyelesaikan secara jelas, semua dibentengi oleh negara. Jika negara diam, maka rakyat bisa apa? Apalagi keadaan umat muslim di Indonesia pun dibuat mengerikan oleh pemilik kekuasaan.

Jika mendengar semua kezhaliman dan ketidakadilan terhadap kaum muslim, aku jadi inget ketika momen 212. Sebuah shalawat yang terngiang dikupingku dan selalu kubilang, "ini keren banget maknanya." Entah kenapa rasanya sangat keren sekali.

Sayangnya waktu itu tidak sempat merekamnya, jadi izinkan diriku mengambilnya dari youtube. Semoga kita selalu bisa menyelipkan doa untuk saudara seiman kita diluar sana yang sedang dizhalimi tiada henti.





Bonus, Shalawat Badar yang nadanya bagiku sangat enak:



Garis Kematian

Beberapa hari belakangan selalu ada yang bilang. "My, jangan lupa senen depan ya."

Aku ngangguk, dan terus menjawab. "Dikumpulinnya senen depan ya? oke." Setiba aku dan orang yang mengingatkanku teringat di masa kuliah.

Semacam ngumpulin Tugas Besar... Bahkan sampai ditungguin pas h- beberapa menit mau dikirim.


Kamis, 20 Desember 2018

Mungkin Aku Tidak Tahu

Mungkin aku tidak tahu
Masih membekas lara itu
Kebohongan mengerikan
Membuatku berkeping

Kupikir kebohongan itu begitu menyakitkan
Tapi aku salah
Aku hanya mencari tuduhan
Agar aku tenang, ditidur malam berikutnya

Hujan itu turun
Aku masih teringat kebohongan itu
Bahkan hujan tak mampu menghapusnya
Aku termenung, menghitung hujan, yang kutahu itu mustahil

Malam sudah menjadi membiru
Awan-awan hitam pergi menyongsong daerah lainnya
Aku mendapatkan jawaban
Di tengah perjalanan pulang, saat pendar-pendar cahaya bergantian

Aku pikir kebohongan itu begitu lara
Tapi nyatanya harapanku lah yang melukaiku
Kebohongan itu terasa besar
Karena harapanku begitu besar

Tidak mudah aku menyadarinya
Hari-hari ku memupuk harapan itu
Rupanya hanya membawa nelangsa
Ku berkeping, hanya dengan sedikit kebohongan

Mungkin aku tidak tahu
Apa yang dipikir,
Apa yang dirasa,
Apa yang dimaksud

Tapi rasa sakit itu hanya karena aku
Menaruh tinggi harapan itu, di langit yang tak hingga
Hingga jatuh begitu curam
Dan aku menyalahkan orang lain, dan aku membenci orang lain

Saat itu, aku memilih
Lebih baik aku tidak tahu kebohongan itu
Daripada menerima sedikit bisikan
Membuatku penasaran tak kepalang

Hingga-hingga aku mengetahui kebohongan itu
Dan diriku naik pitam
Yang tentu saja sudah kujelaskan
Harapanku yang melukaiku.



***

Sore ini Ulfa mendadak ngechat dan random sekali. "My, menurut kamu, aku orangnya gimana?" aku bingung harus jawab apa, Ulfa teman kampus dari awal masuk hingga sekarang. Absen hanya beda satu digit denganku, absennya lebih dulu. Kita selalu ambil kelas yang sama dengan beberapa anak lainnya. Jadi aku tahu betul bagaimana Ulfa, dan semua baik-baik saja.

Aku pun menjelaskan ke Ulfa bahwa semua baik-baik saja. Tapi Ulfa tidak puas, aku pun memberinya begitu banyak saran, yang pada akhirnya aku malu. Apa yang kutulis dalam saran itu membuatku sadar, aku pun masih jauh dari saran itu, sungguh jauh, sungguh payah, benar-benar payah.

Sebenarnya tulisan ini tidak berhubungan dengan tulisan di atas. Aku hanya sadar, harus belajar lagi ke pengalaman yang telah terjadi, belajar lagi akan apa yang sebenarnya ada di kepalaku dan kenapa aku tidak melakukannya, dan kenapa aku terus berbuat keburukan itu, padahal aku tahu itu buruk, padahal tobat yang pantas adalah orang yang berbuat buruk karena kurangnya ilmu. Jika tahu tapi terus berbuat buruk, aku harus bertobat lebih dan lebih serius lagi.

"Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS 4:17)

Jadi ingat ayat diatas, dibahas tadi siang pas tilawah di kantor. Sekarang aku senang saat serius tilawah lesehan dan setelahnya kita membahas ayat-ayat yang sangat-sangat bagus dan menyadarkan kita.

Ayat diatas bagiku adalah sebuah penjaga, bahwa jika kita memiliki ilmunya, kita harusnya tahu, bahwa kejahatan (dengan kesadaran ilmu) itu tidak pantas untuk dimintai tobat kepada Allah.

Dalil

"Mad, ini kasur harusnya di sana bukan di sini." Kata umi.

"Itu gak wajib mi, gak ada dalilnya." Kata Ahmad sambil mengambil makan.

Setelah itu jadi bahas apa-apa yang dilakuin harus ada dalilnya, harus ada keterangan wajibnya baru dilakuin.

Seharian

Ingin satu hari mulutku di lakban, atau pergi menghilang, atau tidak memegang ponsel, atau tidak apa mengapa kenapa dimana bagaimana.

Aestetik









Selamat menikmati aestetik. Kuharap kau tidak jenuh, akan semua omong kosong ini. Oh tidak, bukan omong kosong, hanya hal yang membosankan. Sampai jumpa, di lain waktu, oh rindu.

Bonus:


Dan bila bulan tak hadir.
Bolehkah ku jadi cahayamu?

Selasa, 18 Desember 2018

Mencoba Bersyukur

Terkadang mikir, bisa nggak sih diriku ini bersyukur tanpa harus membandingkan lebih dulu?

Nggak jarang diriku baru bisa bersyukur ketika melihat hal yang tidak lebih baik dari kehidupanku. Tidak sedikit baru sadar untuk bersyukur saat aku merasa hidupku tidaklah lebih buruk dari orang lain. Dan sering sekali baru bersyukur ketika melihat diriku lebih beruntung daripada orang-orang.

Bisa tidak aku bersyukur karena memang aku mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan tanpa harus melihat sekeliling dahulu? Bisa tidak rasa syukur itu tumbuh begitu natural? Walau tidak bisa dipungkiri melihat kehidupan sekitar membuat kita merasa sangat harus bersyukur.

Bisa tidak aku berhenti mengeluh setiap ada kejadian? Dan berpikir ini sebenarnya nikmat Allah yang diberikan dengan cara lain. Bisa saja hal yang membuat kita sedih adalah nikmat sedih yang sebagai manusia perlu kita rasakan agar tahu begitu nikmatnya ketika bahagia. Bisa saja hal yang membuat kita kecewa adalah nikmat kekecewaan dimana ketika kita mendapatkan nikmat sebaliknya sangatlah luar biasa rasanya.

Bukankah semua ketetapan ini adalah kehendak Allah? Lantas kenapa aku sering sekali tidak rela dan merasa menyesal? Padahal di depan masih banyak harapan-harapan yang perlu diperjuangkan, dan masa lalu adalah buah harapan yang patut disyukuri walau hasilnya mengecewakan atau seburuk lainnya.

Jadi, kucoba untuk mensyukuri pagi ini, mendapati semua apa yang ada pagi ini. Terima kasih ya Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan pagi ini.

Selamat pagi, dan selamat menjalankan aktivitas semua. Bismillah.

Senin, 17 Desember 2018

17 Desember

Hari ini 21 tahun yang lalu, si kembar lahir dan membawa kehidupan yang amat menggembirakan bagi orang disekitarnya. Karena anak kembar itu tak umum, dan mereka memang lucu-lucu.

Hari ini, tahun ini, ibunda dari sahabatku Dhieka Prasetyo harus pamit, beliau dipanggil lebih dahulu orang Yang Maha Kuasa. Membawa kesedihan dan renungan bagi orang disekitarnya. Karena, tidak ada yang menyangka semua begitu cepat.

Kehidupan dan Kematian. Dua hal. Semoga itu bukan harapan dan keputusasaan. Tapi, harapan dan pengingat.

21

Hari ini, si kembar 21 tahun. Nggak nyangka, anaknya ummi abi sudah pada besar. Membayangkan kalau udah berkeluarga semua, kalau kumpul rame banget ya nanti. Seru.

Semoga diberikan umur panjang dan diberkahi semua, Aamiin.

Kuasa Allah dengan Segala Hikmahnya

Pagi ini, Allah memaksaku mencuci tas yang sudah setahun (dari awal beli) tidak pernah dicuci.

Jadi tasnya tuh ditaruh shampo, eh shamponya lupa ketutup dan mejret jadilah samphonya kemana-mana. Untung saja Allah masih melindungi laptop...

Alhasil pagi ini sibuk mencuci tas yang terlanjur kebanjiran shampo, mana shampo kalau dikasih air malah makin-makin menjadi. Awalnya pengen dilap aja, tapi karena terkandung mengkhawatirkan, yasudah dicuci semua.

Tidak ada niat mencuci, akhirnya mencuci. Mungkin kalau tidak ada kesalahan-kesalahan seperti ini, itu tas gak pernah dicuci, hehe.

***

Allah memaksa ummat muslim di Indonesia mengibarkan panji Rasul.

Jadi dulu tuh panji Rasul sering sekali disyiarkan. Walau sering di syiarkan, aku melihatnya masih kayak asing, benar-benar asing. Ini kok kayak lambang teroris ya? Maklum dulu penggiringan opini bendera teroris masih sangat kental, jadi rasanya begitu asing. Apalagi ditambah bendera isis yang serupa tapi beda khatnya. Hmm makin-makin dah itu opini terbangun kuat.

Tapi, tetap saja syiar terus dijalankan, ada syiar yang begitu besar telah direncakan terkait panji Rasul. Namun, apa daya, rupa-rupanya acara syiar dibatalkan karena banyak pihak terutama pihak yang berwajib, tidak setuju.

Namun, Allah memaksa syiar itu berlangsung. Walau tertunda, syiar itu berlangsung dengan inisiatif semua orang. Di tahun ini, 2 desember, semua orang berlomba ingin mengibarkan, ingin menggunakan atribut berbau panji Rasulullah. Bahkan orang-orang yang tidak punya atributnya, saat ingin berfoto pinjam bendera atau atribut berbau panji Rasulullah.

Melihat juga kuasa Allah menunjukkan jalanan tol yang dipenuhi iring-iringan mobil dengan mengibarkan panji Rasulullah. Rasanya, aneh, baru tahun lalu ini panji asing dan dianggap teroris. Namun, Allah memudahkan semua ummat untuk mengenalnya lewat kesalahan-kesalahan para penentangnya.

Sungguh begitu luas kuasa Allah.

Minggu, 16 Desember 2018

Kematian dan Kehidupan

Kematian sungguh dekat begitu dekat
Sangat dekat benar-benar dekat
Cukup dekat hingga tak terlihat
Dekat amat-amat dekat

Kehidupan sedang berlangsung
Tidak tahu sampai kapan
Mahluk-Nya tidak ada yang tahu
Kapan entah sampai kapan

***

Setelah berhari-hari mengunjungi rumah sakit, melihat tubuh tak berdaya di kasur-kasur, mata termenung, mungkin banyak hal yang mereka bayangkan semasa sehat mereka.

Setelah berhari-hari mengunjungi rumah sakit, melihat keputusasaan dan harapan silih berganti. Berbagai macam mahluk datang dan pergi. Dari berjas putih hingga nyawa terkantungi.

Setelah berhari-hari melihat kecemasan dan kekhawatiran. Melihat kepedulian, kepedulian kepada orang lain dibanding dirinya sendiri. Saat, kematian itu amat-amat terasa dekat.

Setelah berhari-hari melihat rumah sakit, tidak ada yang menyenangkan di sana. Suasana begitu mencekam, baunya tidak semerbak bunga di tanaman.

Setelah berhari-hari melihat rumah sakit, hari terakhir begitu menakutkan. Sebagai mahluk yang penuh dosa, kematian seolah di depan mata lalu bertanya-tanya? Kapan tiba saatnya diriku yang seperti ini? Seberapa siapnya diriku?

Hari terakhir begitu menegangkan. Dan kabarnya masih tetap begitu saja, tidak ada penurunan maupun peningkatan.

Setelah berhari-hari melihat rumah sakit, aku tiba di rumah nenekku. aku melihat, sebuah kehidupan. Saat anak-anak dari tk hingga smp sedang asyik berlomba dengan hafalan mereka. Ditatapi teman-teman berjuangnya, ditatapi bunda-bunda mereka yang setengah haru dan tidak bisa bohong air mata mereka mengucur indah melihat buah hatinya begitu lihai menghafal dan melantukan ayat-ayat-Nya.

Melihat anak-anak saling bercanda dan berharap-harap saat pengumuman, walau zaman sudah mulai sulit dimengerti, anak-anak sudah sibuk dengan gadget pribadi, tapi tetap saja, mereka adalah sumber kehidupan. Yang membuat malam terang benderang, bukan, bukan karena dibangunkan untuk ditemani ke kamar kecil, tapi senyuman dan tawanya bagaikan penawar duka penghilang lara.

Melihat para bunda yang menyaksikan anak-anaknya, aku jadi kepikiran, romantis ya semua itu. Jika aku diberi kesempatan, mungkin aku pun akan ikut bersama bunda untuk melihat anakku menyetor hafalannya setelah perjuangan mati-matian.

Sekarang aku tahu, kehidupan. Aku tahu bagaimana melepas penat di tengah pikiran akan kematian yang begitu dekat. Aku tahu, saat melihat anak-anak sorak sorai melantukan shalawat, saat anak-anak mengucapkan ayat-ayatnya dengan segala kemampuannya, saat aku menatap mereka dengan penuh harap. Anak-anak, harapan dalam kehidupan.

Semoga kalian-kalian menjadi anak yang sholeh/sholehah.

***

Kapanpun kematian itu datang, terpenting adalah menyiapkannya, menyambutnya dengan ramah, dan tersenyum berpisah dengan kehidupan. Semoga Allah terus meneguhkan hati kita di jalan-Nya.

***




Ini nih pada sibuk main hape :/






Malam ini ummi mendadak jadi cantik, ini mungkin karena fotografernya aja yang jago ya... Tapi malam ini benar-benar bangga sama ummi. :D






Sabtu, 15 Desember 2018

Petualangan Aufa

Kemarin, 2 jam lebih aku mendengar Aufa cerita. Cerita dirinya semasa menjadi relawan di Palu. Diawali dengan kebanggaannya karena banyak adik-adik wanita yang minta ngajak foto sama dia, hingga kisah-kisah seram dia di Palu.

Yang sebenarnya tidak kusangka adalah, Aufa cerewet juga toh. Sampai Qonita bilang. "Qonita bosen dengar cerita Aufa sepanjang jalan."

Aku tersenyum saja, dan kembali mendengar kisah Aufa selama di Palu. Satu yang kusadari adalah, Aufa hanya butuh didengarkan.

Aufa di Palu selama 3 minggu lebih. Di sana dia bertugas menjadi relawan untuk bagian recovery, terlebih rohani. Aufa bersama 10 teman pondoknya menjadi relawan di Palu. Ia tinggal di rumah salah seorang ustadz yang pergi ke makassar, rumahnya sudah setengah hancur tapi masih bisa dihuni untuk tidur.

Aufa dan teman-temannya mengajar anak TPA dan harus membuat kepengurusan remaja di masjidnya. Dari situ banyak cerita, dia disukain anak-anak kecil hingga remajanya. Katanya banyak anak kecil yang suka nyubitin pipinya dan pinjem hpnya buat foto-foto gitu.

Selain itu, dia juga cerita waktu khutbah jum'at dia sempat salah bilang. "Maka itu merupakan upaya menjadi Bapak rumah tangga." Aufa lalu mengulanginya. "Maka itu merupakan upaya menjadi Bapak kepala rumah tangga."

Katanya pas salah bilang mata bapak-bapak udah pada melotot gitu, haha. Lalu dia khutbah kelamaan sampai setengah jam sendiri dalam kondisi sakit dan belom hafalin materi, tapi itu luar biasa kok fa. Walau waktunya kelamaan haha.

Cerita di rumah menginapnya. Aufa dan keempat temannya (dibagi dua tim dari 10 orang) tidur di rumah yang kena bencana juga. Katanya sering mati lampu, pas mati lampu sering kayak ada suara-suara gitu sampai pada ketakutan. Lalu kedua kalinya terjadi sama, karena mendengar banyak maling belakangan ini, teman aufa pun membawa celurit seraya berjaga-jaga.

Waktu itu mata lampu lagi, lalu mereka semua bersiaga, saat mendengar suara berisik di depan rumah mereka pun pelan-pelan berjalan ke ruang depan, lalu ketika membuka pintu temannya yang membawa celurit langsung mengancam. "Siapa itu!?"

Ternyata, ada seorang ibu-ibu yang hendak mengambil motor yang dia titipkan di rumah tinggal Aufa dan kawan-kawan. Ibu-ibu itu panik ketakutan melihat celurit lantas meminta ampun... Ibu itu pun menjelaskan kalau dia ingin mengambil motornya.

Sementara itu beberapa orang yang belum keluar dan tidak tahu siapa yang berada di depan lantas murka. "Kalau mau ngambil motor bilang dong! Jangan gitu!" lalu pas melihat ternyata seorang ibu-ibu mereka panik minta maaf. "Eh ibu-ibu, maaf ya bu maaf, kita deg-degan soalnya."

Cerita lainnya, Aufa dan lainnya diajakin ke bukit, sempat ada beberapa video mereka main seluncuran. Seru ya, hidup sederhana menikmati keindahan alam dan tertawa apa adanya. Mereka sering diajak jalan-jalan, ke bukit, ke air terjun, ke masjid agung, dan banyak lagi. Aufa juga menunjukkan air terjun yang dia tempuh selama 30 menit jalan kaki, katanya airnya deras dan segar.

Dibalik jalan-jalan itu, Aufa dan lainnya juga jalan-jalan ke wisata perenungan. Ya, melihat masjid apung yang masih kokoh selepas tsunami. Melihat dataran yang sempat terseret ke laut, dataran yang menjadi lumpur hidup, mendengar kisah-kisah yang sempat heboh diberita, dari yang seorang wanita menjunjung tinggi auratnya, hingga orang yang bertahan hidup berhari-hari. Sungguh kekuasaan Allah Maha Besar.

Aufa pun cerita perpisahan yang menyedihkan, dimana adik-adiknya tidak ingin Aufa dan teman-temannya pulang, begitu pun Aufa yang masih betah di sana, bahkan ditawarkan tinggal disana saja sekalian nyari oleh-oleh buat orang tua disana (istri). Sempet bercandain ke umi kayak gitu, umi langsung memasang wajah seramnya. Haha.

Dan sekarang Aufa sedang meminta izin lagi untuk liburan kali ini pergi ke Palu lagi, katanya dari sekolahnya ada gelombang kedua untuk ke Palu, walau lebih banyak akhwatnya katanya. Tapi melihat antusias dan dari cerita Aufa, pasti dia akan benar-benar berusaha bisa pergi lagi. Dan aku tidak akan menolak mendengar ceritanya lagi, karena jika aku jadi dia, tidak bisa kubendung cerita begitu hebatnya untuk diriku sendiri. Jika pun tidak ada yang ingin mendengarnya, aku akan menulisnya di sini.

***

Akhirnya ketemu tante Mery, adiknya abi yang mirip banget kayak abi. Tante Mery ketawa aja lihat aku dan Aufa berantem saling ngeledekin foto ktp.

Ngobrol sedikit sama pakde Po (lebih ke dengerin ceritanya sih), kakaknya Abi. Anaknya pakde Po sudah punya anak lagi, yang berarti cucunya. Jika itu cucunya, maka aku sudah menjadi om. Nenekku sudah punya cicit.

Rabu, 12 Desember 2018

Prasangka

Jika harus bersaing, aku pasti kalah. Tidak ada hal hebat yang kumiliki untuk mengalahkan pesaingku.

Jika harus bertarung, aku pasti babak belur. Tubuh ringkih, stamina payah, nyali ciut.

Jika harus membuktikan, aku pasti tidak seberapa. Sudah kubilang, tidak hal hebat yang kumiliki.

Tapi, jika harus menyerah. Aku pasti menolak. Tidak ada alasan untuk mundur, walau maju pun harus berjuta kali kupikirkan. Tapi, tidak untuk mundur.

Allah bersama dengan prasangka hamba-Nya.

Ikhlas

Ikhlas lah seperti surat Al Ikhlas, dia tidak pernah menyebut namanya dalam isinya.

Ikhlas lah seperti surat Al Ikhlas, dia hanya menyebut Allah dengan segala keagungan-Nya.
Semoga Allah meridhoi segala kebaikan hamba-Nya.

Ketidakpentingan yang Ingin Kuceritakan #3

Uang itu baru bernilai ketika digunakan untuk apa.

***

Singa hanya akan melahirkan anak singa.

***

Benar-benar menyenangkan sekali naik kereta tuh, masih belom bosan naik kereta entah kemana pun. Apalagi bersama-sama, bercengkrama, bingung berbuat apa, akhirnya lewati setiap detik dengan bercerita.

***

Semalam pulang seperti biasa tidur sembari bawa motor, terus pas sadar kebingungan ini kok penampakan jalannya beda, ternyata saya muter-muter di bunderan...

***

Kemarin suaminya Muti, bang Bana,  heran. "Kok Hilmy bisa tahu semua orang-orang itu?" Lalu semua rebutan memberi penjelasan, dalam maksud meledek.

Aku hanya diam lantas bingung, lah iya, sejak kapan aku memperhatikan atau tahu mereka semua kelas dimana aja dulu dan kerja dimana.

Saat itu sedang membahas anak seangkatan dari 1 sampai 11 kita mencoba mengabsen orang-orang yang teringat.

***

Belakangan ini banyak cerita mengkhawatirkan, seolah kematian begitu dekat, tapi bukankah memang begitu? Kita saja tidak sadar. Eh aku maksudnya.

***

Akhirnya cutiku berguna.

***

Tiba-tiba Yono ngechat, ini awkward sih, walau terbilang dekat dari kerja, TA, hingga lomba, tapi untuk chattingan rasanya tidak pernah sebanyak ini.

Dan kali ini dia melakukannya, aku terus bertanya ada apa? ada apa? Dia nanya banyak hal tentang hal umum seperti kabar dan lainnya. Tapi, aku terus merasa aneh.

Hingga akhirnya, memang tidak ada apa-apa, cuman chat tentang kabar, kerjaan, jodoh, dan lainnya. Tidak ada maksud apa-apa.

Yono sebentar lagi menetap di Malaysia, orang ini memang hebat.

Ah, sedang kutulis cerita ini, baru ketemu maksud Yono apa. Tuhkan, aneh rasanya kalau tidak ada apa-apa. Akhirnya tahu juga, huh.

Kalian tahu lah tentang apa jika dua pria chattingan. Haha (memancing imajinaai)

***

Jadi, karena dapet uang melimpah di Ragnarok, aku akhirnya kembali bermain dengan semangat... Maafkan hamba ya Allah. Semoga tidak melalaikan lainnya... :")

***

Kemarin di rumah Muti, ada anak kecil namanya Agung. Anak kecilnya tuh gemesan, akunya jadi gemes. Awalnya susah banget diajak kerja sama, tapi menjelang maghrib, ketika dia menangis, aku berhasil menaklukannya, bahahahaha... Bermodalkan selotip, kita main bowling tapi saling serang, dari yang nangis tiba ketawa, bahkan dicampur malah... Karena gemas, kuculik saja dia ke mushola sebelah rumah Muti. Dia pun gemas, melukku sambil gregetan pas digedong.

Abis itu aku kepikiran, kalau ketemu anak yang gemesan, mudah ketawa, dan mudah diajak main tuh enak dibercandain yaaa... Tapi kurang berchallenge rasanya. Dulu adik sepupuku semuanya jutek, tapi memang sungguh bahagia sekali lihat orang jutek, orang bete, orang marah jadi tertawa tuh. Bukan kondisi, tapi paras yang lebih terlihat seperti itu.

***

Aku kepikiran, jadi guru TK aja kali ya. Tapi tapi aku gak mau guru utama, maunya guru pembantu aja, kalau diperhatikan aku tak pandai menjadi tokoh utama. Tapi aku suka jadi tokoh kedua terlihat utama. Hehe