Minggu, 16 Desember 2018

Kematian dan Kehidupan

Kematian sungguh dekat begitu dekat
Sangat dekat benar-benar dekat
Cukup dekat hingga tak terlihat
Dekat amat-amat dekat

Kehidupan sedang berlangsung
Tidak tahu sampai kapan
Mahluk-Nya tidak ada yang tahu
Kapan entah sampai kapan

***

Setelah berhari-hari mengunjungi rumah sakit, melihat tubuh tak berdaya di kasur-kasur, mata termenung, mungkin banyak hal yang mereka bayangkan semasa sehat mereka.

Setelah berhari-hari mengunjungi rumah sakit, melihat keputusasaan dan harapan silih berganti. Berbagai macam mahluk datang dan pergi. Dari berjas putih hingga nyawa terkantungi.

Setelah berhari-hari melihat kecemasan dan kekhawatiran. Melihat kepedulian, kepedulian kepada orang lain dibanding dirinya sendiri. Saat, kematian itu amat-amat terasa dekat.

Setelah berhari-hari melihat rumah sakit, tidak ada yang menyenangkan di sana. Suasana begitu mencekam, baunya tidak semerbak bunga di tanaman.

Setelah berhari-hari melihat rumah sakit, hari terakhir begitu menakutkan. Sebagai mahluk yang penuh dosa, kematian seolah di depan mata lalu bertanya-tanya? Kapan tiba saatnya diriku yang seperti ini? Seberapa siapnya diriku?

Hari terakhir begitu menegangkan. Dan kabarnya masih tetap begitu saja, tidak ada penurunan maupun peningkatan.

Setelah berhari-hari melihat rumah sakit, aku tiba di rumah nenekku. aku melihat, sebuah kehidupan. Saat anak-anak dari tk hingga smp sedang asyik berlomba dengan hafalan mereka. Ditatapi teman-teman berjuangnya, ditatapi bunda-bunda mereka yang setengah haru dan tidak bisa bohong air mata mereka mengucur indah melihat buah hatinya begitu lihai menghafal dan melantukan ayat-ayat-Nya.

Melihat anak-anak saling bercanda dan berharap-harap saat pengumuman, walau zaman sudah mulai sulit dimengerti, anak-anak sudah sibuk dengan gadget pribadi, tapi tetap saja, mereka adalah sumber kehidupan. Yang membuat malam terang benderang, bukan, bukan karena dibangunkan untuk ditemani ke kamar kecil, tapi senyuman dan tawanya bagaikan penawar duka penghilang lara.

Melihat para bunda yang menyaksikan anak-anaknya, aku jadi kepikiran, romantis ya semua itu. Jika aku diberi kesempatan, mungkin aku pun akan ikut bersama bunda untuk melihat anakku menyetor hafalannya setelah perjuangan mati-matian.

Sekarang aku tahu, kehidupan. Aku tahu bagaimana melepas penat di tengah pikiran akan kematian yang begitu dekat. Aku tahu, saat melihat anak-anak sorak sorai melantukan shalawat, saat anak-anak mengucapkan ayat-ayatnya dengan segala kemampuannya, saat aku menatap mereka dengan penuh harap. Anak-anak, harapan dalam kehidupan.

Semoga kalian-kalian menjadi anak yang sholeh/sholehah.

***

Kapanpun kematian itu datang, terpenting adalah menyiapkannya, menyambutnya dengan ramah, dan tersenyum berpisah dengan kehidupan. Semoga Allah terus meneguhkan hati kita di jalan-Nya.

***




Ini nih pada sibuk main hape :/






Malam ini ummi mendadak jadi cantik, ini mungkin karena fotografernya aja yang jago ya... Tapi malam ini benar-benar bangga sama ummi. :D






4 komentar:

  1. Kalo liat anak2 rame ngaji tuh asa pengen jadi guru ngaji

    BalasHapus
  2. Fitri: kayaknya kamu udah cocok jadi guru ngaji fit, sudah dibuktikan dengan mengajar ngaji ayyash haha

    BalasHapus
  3. aamiin. weh ini tbtb udah nambah ada fotonya

    BalasHapus
  4. hehe, kebetulan tadi lagi ngurusin fotonya, jadi sekalian upload

    BalasHapus

komentar bagi yang perlu