Minggu, 30 Desember 2018

Jalan-Jalan Ke Studio Animasi




Sejujurnya aku tidak pernah tahu ada studio animasi bernama the Little Giantz, awal tahu ketika beberapa content creator dari tim ustadz Felix Shiauw memasang snapgrama atau ngevlog di youtube. Aku kira itu sedang berada di Amerika atau mana, rupanya di Indonesia, tepatnya di Cilandak.

Pantas saja tidak begitu terdengar namanya, mereka tidak bermain di pasar lokal, client mereka dari luar negeri semua, terutama Amerika. Dan ini terdengar lazim, beberapa seniman Indonesia memang lebih banyak dihargai oleh luar negeri dibanding di negerinya sendiri.

Perusahaan animasi ini pun akhirnya terdengar secara masif dalam suatu waktu setelah mengeluarkan animasi anak bernuansa Islami yang lucu, berkualitas, dan mendobrak pasar animasi Indonesia. Bernamakan Nussa, dua anak kecil lucu itu mengajarkan anak-anak Indonesia bertingkah atau beradab seperti Rasul.

Pertama kumelihat Nussa di berbagai social media, aku benar-benar iri. Ini seperti mimpi yang diwujudkan oleh orang lain. Dahulu, ketika pertama kali aku dan teman-teman mencoba animasi, aku punya mimpi untuk membuat sama halnya dengan upin-ipin atau boboi. Tapi, berhubung aku tidak bisa animasi dan teman-temanku yang bisa pada sibuk, urung sudah. Dan melihat Nussa adalah perwujudan nyata akan angan-anganku dahulu.

Dulu, pertama kali ku berinisiatif untuk banting stir dari lomba game ke animasi karena melihat Agung yang ikut pelatihan animasi di compfest. Saat itu aku berpikir, lomba aplikasi sudah banyak peminat dan yang bisa, begitupun lomba game, tapi kalau animasi, ah buatnya saja tidak terbayang, dan mengingat Agung bisa membuat animasi, lalu Yono bisa membuat model 3D yang luar biasa, dan Yazid bisa membuat suara yang baik, membuat animasi seolah ada di depan mata.

Ya, sekali lagi, kutekankan, aku tidak bisa dalam membuat animasi, bahkan lomba game pun sebenarnya aku tidak bisa apa-apa. Aku adalah orang horizontal yang kerjaannya melengkapi yang kurang, seperti editing video promosi, atau mungkin desain poster, desain proposal, sedikit desain tampilan, presentasi, atau menulis-nulis sesuatu.

Di animasi, aku pun bereksperimen bagaimana menulis sebuah script. Pertama kali buat animasi, kami buat sesuai komposisi berempat itu. Kami membuat sebuah cerita tentang penemuan dari dosen kami, tapi ternyata payah sekali hasilnya. wkwk. Mungkin dosennya pun langsung minta dihapus kali ya kalau lihat.

Tapi, ketika hari H pengumpulan animasi, rupanya lombanya dibatalkan. Ini pertama kalinya aku mendapati hal seperti ini. Mungkin karena nggak ada peminatnya atau apa kali ya, ya pas itu kayak pasrah yaudahlah, pembelajaran.

Kedua kalinya, ambisi kami tinggi, kali ini diajang bergengsi, Gemastik. Ah, masa ini kelam sebenarnya. Kami mencapai final dengan dua bulan ku merelakan kuliahku, tugas akhirku. Serunya ketika render sih, karena komputer yang dimiliki kampus tidak memadai sementara render 3D satu framenya aja bisa menitan, dan satu detik aja minimal ada 24 frame, kalian bisa bayangkan animasi untuk 180 detik, berapa frame dibutuhkan?

Itu pun kualitas rendah yang masih ada noisenya. Tapi, kita tidak menyerah, kita memakai satu lab yang berjumlah kurang lebih 20 pc untuk render, setiap malam kita render hingga pagi, paginya kita buru-buru baliki semua kondisi pc seperti semula sebelum ada praktikum. Terkadang kita ke lab-lab lain render dengan Teamviewer dari jauh. Hampir setiap lab kita kunjungi, dari minta izin, rendering, pemantauan, dan pengambilan data. Sungguh perjalanan yang panjang.

Tapi, Alhamdulillah kami sampai final. Saat itu kami optimis luar biasa, bahkan aku sudah membayangkan nama kita di panggil pas juara. Ah, tapi namanya manusia, bisa apa jika Allah tidak mengkehendaki?

Nyatanya ketika presentasi final, saat itu aku yang presentasi, kami gagal total. Dari semuanya sudah oke, hanya satu permasalahnnya, ya, tema. Mungkin aku pernah bahas di tulisan sebelumnya. Dan semua itu menjadi ingatan terbesarku untuk tidak selalu melihat yang jauh, perhatikan yang dekat, yang paling sederhana, agar tidak terlewat dan menimbulkan rasa sesal.

Pelajar itu seperti memberi gambaran bahwa manusia hanya bisa berharap dan Allah yang memutuskannya, hanya bisa berusaha dan Allah yang memutuskannya, tapi jangan sekali-kali kamu merasa hebat, karena Allah-lah yang memutuskan semuanya.

Berikutnya, aku menambah orang lebih banyak, ada orang-orang hebat lainnya seperti Asya yang jago di ilustrasi dan ditugaskan sebagai pembuat storyboard animasi, lalu orang hebat seperti Bang Bilal yang jago di ilustrasi juga dan ditugaskan sebagai character design, lalu ada Rahmat yang jago 3D dan ditugaskan environment 3D, dan terakhir ada Yusuf yang jago motion grafis yang ditempatkan pada video effect.

Perjalanan ini adalah tahap terakhir diriku dan timku membuat video, Alhamdulillah kami mendapat pencapaian dikancah umum, saingan kami para studio-studio animasi lainnya. Walau paling buncit, tapi kami meresakan manisnya pelajaran kehidupan itu.

Selanjutnya kami mau buat beberapa lagi, tapi semua sudah terkadung sibuk masing-masing.

Balik ke awal, melihat Nussa secara dekat, dikantornya, aku merasakan ambisi itu hadir lagi, walau berat sekali untuk memulainya sendiri, karena aku sekali lagi tidak bisa membuat animasi.

Saat egoku meninggi yang merasakan seandainya aku fokus di animasi dan bukan desain tampilan, mungkin aku bisa berkontribusi lewat sana. Tapi, semua teredam lewat obrolan hebat di kantor Nussa. Aku melihat, bukan kita harus menjadi orang lain, dengan diri kita, dengna kemampuan yang dilebihkan oleh Allah lah yang seharusnya kita manfaatkan untuk dakwah, jika orang jago dianimasi, maka jadikanlah animasi itu membawa orang-orang yang melihatnya ke jalan Allah, begitupun jika itu desain tampilan, seharusnya aku berpikir bagaimana desainku membimbing penggunannya menuju ke jalan Allah.

Obrolan singkat itu juga memberiku pelajaran pentingnya mental pemilik dan berwibawa. Aku merasakan betapa hebatnya obrolan itu dari cara mereka menyampaikan, mereka bersikap, dan mereka saling mengapresiasi.

Setelah dari sana, aku merasa beruntung, akhirnya aku bisa tahu perusahaan animasi, bahkan animasi hebat, sempat kami berkeliling melihat-lihat walau cuman sekejap karena terpotong Ashar dan segera pulang. Padahal masih banyak yang ingin aku tanyakan tentang proses pembuatan animasinya.

Aku berterima kasih untuk ka Jay yang memberikan kesempatan untuk main ke kantor Nussa bersama teman-teman lainnya, ini terhitung undangan terselubung hihi karena tidak semua orang kantor diajak oleh ka Jay.

Sebelum pulang, itu belakang kantornya. Besaaar.
Sebelum pulang aku minta difotoin sama ka Ima, ini aku merasa senang sekali bisa difotoin dengan fotografer sekelas ka Ima. Ka Ima jago banget dalam foto-foto, di instagramnya Cimeima itu feednya bagus-bagus, dari foto, caption, hingga hikmahnya.

Terus pas lagi foto ka Ima bilang, "Ini Hilmy gak kehabisan gaya ya, ada aja gayanya." Aku ketawa, saat itu aku minta foto 3 kali, karena biasanya aku minta foto selalu 3 kali agar banyak variasi hehe. Ka Ima gak tahu aja aku pernah jadi model brosur SMK-ku dengan tampang tablo wkwk. But, Thanks to ka Ima. :D Aku sampe mikir, kalau nikahan, pokoknya ka Ima harus jadi fotografernya kwokwo...



Perlahan sipitnya semakin terlihat,
atau pipiku yang semakin mengembang?



































Bonus untuk kenang-kenangan:

Kusendiri tidak mengerti mengapa ini terjadi wkwkwk

***

Kemarin sempat meramaikan grup animasi dulu, ternyata kita dapat bocoran tema lomba untuk tahun ini. Seolah semua terhubung, akankah terrealisasi? Mari kita lihat, ikhtiar, dan berdoa. Semoga Allah mudahkan jalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu