Senin, 30 September 2013

Pembelajaran Tentang Waktu

  Ketika kamu memiliki banyak waktu untuk memperbaiki. Maka perbaikilah. Jika kamu punya banyak waktu untuk melakukannya. Maka melakukannya. Tergesa-gesa hanya membuatmu menujuh ujung asa yang akan segera berakhir.

  Mungkin, itu yang saya pelajari ketika saya terlalu bersemangat pada saat praktek pencarian informasi. Saya memiliki begitu banyak waktu, kurang lebih satu jam kurang lagi. Dan saya memilih untuk mengakhirinya.

  Lalu apa yang saya pikrikan? Saya tidak menyesal, saya hanya harus lebih bijak dalam menggunakan waktu yang mampu dimanfaatkan itu. Jika saya punya banyak waktu untuk mendapati hal tertinggi, maka sebenarnya saya harus meluangkan seluruh waktu itu untuk melakukannya.

  Karena, tercepat belum tentu terbaik. Walau terbaik belum tentu pula yang tercepat. Sekali lagi, waktu hal yang begitu amat tidak bisa didefinisikan oleh otak saya. Waktu itu tak bisa ditarik atau didorong. Waktu itu terasa lama seketika dan terasa cepat saat saya tidak memikirkannya.

  Waktu kembali mengajari saya, kapan saya harus melihatnya dan melakukan hal terbaik.

Kenapa Mau Sulit?

  Suatu hari ketika mentoring pertama agama dimulai. Saya merasa aneh oleh salah seorang yang terlihat kebingungan dengan dirinya sendiri serta dosennya. Lalu ia bertanya kepada sang kakak kelas.

  "Kak, masa aku ngelihat temanku sibuk sekali dengan tugas-tugasnya, kenapa aku santai-santai aja kak?"

  Kakak kelas itu menyahutinya. "Memang kenapa?"

  "Bukannya gimana kak, aku takut aja nanti nilai aku berkurang. Habis aku gak pernah dapet tugas, sementara teman-temanku tugasnya banyak banget sampai gak tidur malah. Apa gak apa-apa?"

  Kakak kelas itu masih menyahutinya. "Masing-masing dosen memang memiliki cara yang berbeda. Jadi gak semua penilaian..."

  Anak itu memotong. "Tapi kak, takutnya nilaiku lebih kecil dari pada teman-temanku."

  Kakak kelas itu terkekeh. "Ya, berarti dosen itu menilainya mungkin bisa jadi dari uts atau uas."

  "Tapi, kak..." Untuk kesekian kalinya. "Apa gak apa-apa kak? Habis aku ngerasa beda aja."

  Kakak kelas itu mengangguk dengan ramah.

  Seketika terbesit di kepala saya suatu hal. Kenapa orang itu ingin sekali hidupnya dipersulit dengan tugas persetan itu? Kenapa? Jika saya menjadinya, maka saya akan terdiam dalam kebahagian. Atau sebaliknya? Entah.

Minggu, 29 September 2013

Saya Heran Dengan Dunia Ini

  Ketika bertanya baik-baik, ia membalasnya dengan sindiran. Akhir zaman? Heran.

Sabtu, 28 September 2013

Kamis, 26 September 2013

Merasa Aneh

  Belakangan ini gue entah kenapa merasa kehilangan bentuk mana yang depan dan mana yang belakang. Bukan, bukan wujud gue yang hilang. Tapi membedakan tanpa melihat. Selazimnya orang memakai pakaian tanpa menoleh ke pakaian itu.

  Orang itu bahkan bisa mengenakan pakaian itu dengan baik. Sementara gue? Seperti postingan sebelumnya. Gue bahkan pakai kemeja saja sampai terbalik. Dan beberapa detik sebelum posting ini gue pakai celana pun terbalik.

  Gue enggak ngerti arti dari semua kebalikan itu. Anehnya lagi, sebelum malam ini tiba paginya gue terasa kayak menemukan empat kali pagi. Dimulai ketika gue tidur pukul sebelas. Setelah itu gue terbangun pukul satu lewat. Dan kalian tahu apa? Ya, gue ngerasa itu sudah benar-benar pagi.

  Parahnya lagi, gue benar-benar merasa pada mimpi-mimpi yang sudah lenyap dalam ingatan ini. Gue tidur lagi, setengah tiga. Gue bangun lagi. Masih hal yang sama, gue merasa mimpi itu begitu nyata dan gue ngerasa pagi sudah tiba. Namun, ternyata terkaan gue itu salah.

  Pukul setengah lima, gue kembali mendapati hal yang sama. Gue pikir, gue terlalu kelelahan. Gue tidur lagi, karena masih terlalu dini bagi gue. Sampai akhirnya jam lima lewat gue memaksa bangun dan bergegas ke kampus.

  Namun, gue merasa hal yang sama. Mimpi yang terasa begitu nyata, bahkan bisa jadi itu memang nyata? Habis, apa bedanya? Entahlah. Jika itu bukan mimpi dan gue merasa telah empat kali bangun di waktu pagi pada waktu sesungguhnya. Oh tidak, gue sudah lewatin berapa mata kuliah ini.

  Keanehan itu enggak sampai situ. Gue merasa aneh sama diri gue? Kenapa? Kok gue kagum banget sama itu orang. Itu siapa? Entahlah, bahkan gue sendiri heran. Keanehan pada masa ini bahkan lebih aneh. Gue jadi merasa seperti pemburu keberadaannya.

  Setiap tempat selalu melirik berharap mendapatkan kehadirannya. Siapa? Angin-angin berhembus. Dan hingga kini, gue belum melihat dia. Angin.

Rabu, 25 September 2013

Rabu Tak Bersalah Tak Berdusta

  Pada rabu yang tak bersalah tak berdusta. Gue sudah membuat pagi gue terkejut tidak jelas. Gue bangun dalam keadaan panik. Gue kira telat, ternyata gue bangun cukup pagi. Saat itu gue baru ngeh, bahwa gue harus coffe morning.

  Ya, mata kuliah pertama gue hari rabu tak bersalah tak berdusta ini adalah English. Dimana gue harus sudah sedia pada jam enam untuk berlatih kemampuan bahasa inggris gue yang terbilang pas-pasan. Atau di bawah pas-pasan.

  Pernah, gue telat. Bukan saja telat coffe morning tapi benar-benar telat pada pelajaran inti. Gue panik saat itu tapi, beruntung semua baik-baik saja seperti sedia kala. Karena, kehadiran bima kesatria. Terima kasih bima. :)

  Kembali kehari rabu tak bersalah tak berdusta. Hari rabu ini, seperti topik yang dibahas. Bahasa inggris. Gue benar-benar akan mabok bahasa inggris. Pagi bahasa inggris, siang esap (porgram bahasa inggris), sore pun esap, dan malam kursus inggris dari kampus.

  Mungkin gue akan menyimpulkan hari rabu adalah hari inggris se-diri gue. Ya, itu emang gak penting. Terpenting adalah ketika kursus gue bertemu sama anak super caper. According to me, doi sih gak jago-jago amat bahasa inggris. Sotoy iya.

  Mending kalau sotoy-nya pelan-pelan. Udah sotoy teriak-teriak lagi. Udah gitu nyanyiin Indonesia Pusaka pas kursus. Siapa yang gak jengkel coba? Okelah dia mau ikutan padus, tapi. Oke, satu yang bisa gue ambil hikmahnya. Orang yang 'terlalu' percaya diri sama kekurangan yang ditonjolkan itu adalah sebuah kesalahan besar.

  Pertama akan mengganggu orang. Kedua, sangat bikin kesel dan pengin ketawa ngakak. Sekali lagi, gue bakal bersama dia selama dua minggu ke depan. Selama kursus berlangsung. Selama aku dan kamu tak pernah bersatu. :(

  Gue telah mabok inggris. Sampai-sampai sebelum berangkat gue bisa-bisanya pakai kemeja kebalik. Setelah kursus serupa, tapi kali ini kaos. Gue pakai kaos kebalik. Untung gue gak pakai otak gue kebalik. Mungkin bisa jadi gue kayak doi.

  Tapi, doi hebat. Kenapa? Karena dia masih mau berusaha walau sebenarnya tidak pada tempatnya. Karena bagaimana sebaik-baiknya orang adalah bisa menempatkan dirinya ditempat seharusnya ia berada. Setuju? Oke, entah pendapat kalian apa. Terpenting, bahasa inggris gue harus melebih bahasa inggrisnya Abraham Clinton.

  Namun, walau bagaimana pun gue cinta Bahasa Indonesia. Kenapa? Karena, satu-satunya bahasa yang fasih adalah itu bahasa. Dari bahasa daerah tak ada satu pun yang bisa dikemukakan oleh mulut membleh ini. Jadi, ya, pasrah. Atau mungkin, someday, gue buat bahasa sendiri. Bahasa sapi. Moo moo mooooooooo~

  Karena sudah gak jelas. Malam ini terpaksa lembur harus mengerjakan fisdas. Selamat malam para pujangga. Jaga hati dan pikiran. Kata dan mimpi. Serta semua apa yang kamu harapkan. :)

Jumat, 20 September 2013

Berkeping Oleh Angka

  Gue kira semua telah berakhir. Ya, gue kira masa-masa di mana angka-angka lebih menakutkan dibanding setan. Di mana angka-angka selalu memberi rasa mual setiap kali gue berkutit denganya. Gue kira semua itu telah berakhir. Ternyata, anggapan gue itu salah.

  Bukan hanya salah, tapi benar-benar salah! Bagaimana tidak? Baru sebulan gue mengikuti kuliah TPB secara intensif, rasanya gue sudah ingin gantung diri. Siapa? Kalian bertanya siapa yang membuatnya? Gue akan terkekeh mendengar pertanyaan itu.

  Tentu saja itu, ya itu. Angka-angka yang berkutit dengan huruf-huruf yang terkadang menjadi sebuah sudut, derajat, garis, dan entahlah. Kuharap semua itu enyah. Aku terus berharap selepas masa SMK. Ternyata, mimpi ini lebih dari kata buruk.

  Parahnya lagi. Sangat parah, pelajaran angka-angka itu melebih kapasitas otak ini. Menurut gue begitu. Walau sebenarnya ada kesempatan untuk gue menguasainya. Tapi, ini parah. Pelajaran ini mungkin banyak dipahami sebagian orang di kelas gue. Karena apa? Karena mereka sebagian besar SMA.

  Sementara gue? Bukan, bukan masalah karena gue SMK. Sementara gue emang benar-benar gak bisa memahami dengan angka-angka itu. Gue juga gak bisa memahami perkataan dosen yang begitu tinggi. Vickinisme pun lewat.

  Tapi, sejatinya gue gak akan pernah menyalahkan dosen gue. Dia sudah berusaha sebaik mungkin. Hanya saja, setiap masuk kelasnya. Seolah-olah semua anak tersihir. Sihirnya begitu mengerikan, yak, baru sepuluh menit pelajarannya seolah-olah satu kelas diminta untuk tidur dengan khidmat.

  Bahkan, anak yang pinter sekali pun matanya selalu sayu-sayu. Sampai akhirnya semua pada heran. Kenapa itu terjadi? Hipotesis yang gue ambil, dosen gue menerapkan cara pelajar yang pasif. Tanpa interaksi, yang membuat para muridnya mencerna katanya tanpa melakukan apapun.

  Apa hasilnya? Kantuk pun terjadi. Tak mengerti pun menjadi hal yang takzim. Oke, walau begitu gue tak menyerah. Selintas gue mau berkata berputus asa. Teman sebelah gue berkata sebuah kata-kata yang sebenarnya gak gue pahami. Alias tak terdengar.

  Tapi, seolah-olah gue dibangunkan dari mimpi buruk. Gue memacu diri gue dan hal hasil, tiba-tiba gue sedikit mengerti. Dan sebenarnya ini masalah kemauan. Bisa atau tidak, ditentukan dari langkah itu. Mau atau tidak? Semua bisa menjadi lebih baik. Jika kalian atau gue mau!

Jumat, 06 September 2013

Resmi Sibuk

  Fiuh, akhirnya setelah berminggu-minggu terkekang tak bisa update blog usang ini. Sekarang di kostan gue sudah ada internetnya. Walau lumayan juga sih ngehabisin uang makan sebulan. Parahnya, sampai sekarang gue belum di kasih duit bulanan. Sementara uang tinggal selembar merah dan masih ada beberapa hari untuk diterjang.

  Pertama kita abaikan penderitaan gue itu. Sekarang, kalian harus tahu! Ya, gue resmi jadi mahasiswa ketika sedang senat yang membosankan terjadi. Serta nama tempat perkuliahaan gue resmi dirubah. Mau tahu dimana gue kuliah? Kepo bingit sih. Haha.

  Tiga hari menegangkan sudah terlewati. Atau mungkin tiga hari membosankan tapi kaya dengan manfaat. Selama ospek, gue menemukan sebuah universitas yang memiliki ospek anti mainstream. Walau flat. Gak ada bullying atau apapun. Semuanya pakai intelejen.

  Dari bikin name tag sama shield aja segala harus survei ke lapangan, mencari data. Mencoba berimajinasi dan menghitungnya sesuai ukuran. Walau pada akhirnya buatnya main tembak. Asal jadi dan nyontek sama kelompok lain. Ya, gitulah.

  Gue mendapati temen kelompok yang gak kalah asyiknya. Walau semenjak masuk perkuliahaan normal sudah jarang ngumpul lagi. Tapi, beberapa kesempatan sempat berjumpa walau hanya sejenak. Bicara teman, selama gue ospek gue menemukan seseorang yang... ah sudahlah.

  Seperti judul, gue benar-benar sibuk. Akhirnya gue punya kegiatan, seperti kuliah, ngerjain tugas, latihan basket, sama cari tahu tentang si doi. Walau gak tahu doi itu siapa? Gue juga punya sohib sekelas yang anaknya asyik dan kocak.

  Sohib gue berasa dari Jogja. Bapak ibunya dosen. Bukan sembarang dosen, dosen perguruan tinggi negeri ditempatnya. Entah kenapa anaknya bisa nyasar ke Bandung. Gue pun sama dia akhirnya kemana-mana bareng, duduk di kelas pun bareng.

  Selain konyol, dia juga seorang wotta yang orang bilang agak hina dan layak jomblo. Bukan kata gue loh. Tapi, dia enggak jomblo. Dia lagi pacaran sama masa lalunya. Emang, terdengar menyedihkan. Itulah dia. Sohib gue entah kenapa suka sama polkadot. Jadi bisa panggi dia polkadot48.

  Dan sepertinya jauh ke depan gue bakalan pacaran sama namanya Fisika, Kalkulus, dan English. Tiga mata kuliah itu emang biadab. Gak mau tahu kondisi para mahasiswanya. Tapi, apa boleh buat. Pokoknya doakan jangan sampai ada yang gak lulus. Aamiin.

  Sekarang gue harus caw nih, yak, dengan kesibukan untuk latihan basket. Oh ya, selama latihan basket gue benar-benar kagum sama anak-anaknya. Jago semua. Gue sih gak yakin jadi inti. Setidaknya itu hobi gue. Berusaha gak salahkan? Apalagi sebentar lagi ada liga mahasiswa. Terpenting usaha dulu deh.