Suatu hari ketika mentoring pertama agama dimulai. Saya merasa aneh oleh salah seorang yang terlihat kebingungan dengan dirinya sendiri serta dosennya. Lalu ia bertanya kepada sang kakak kelas.
"Kak, masa aku ngelihat temanku sibuk sekali dengan tugas-tugasnya, kenapa aku santai-santai aja kak?"
Kakak kelas itu menyahutinya. "Memang kenapa?"
"Bukannya gimana kak, aku takut aja nanti nilai aku berkurang. Habis aku gak pernah dapet tugas, sementara teman-temanku tugasnya banyak banget sampai gak tidur malah. Apa gak apa-apa?"
Kakak kelas itu masih menyahutinya. "Masing-masing dosen memang memiliki cara yang berbeda. Jadi gak semua penilaian..."
Anak itu memotong. "Tapi kak, takutnya nilaiku lebih kecil dari pada teman-temanku."
Kakak kelas itu terkekeh. "Ya, berarti dosen itu menilainya mungkin bisa jadi dari uts atau uas."
"Tapi, kak..." Untuk kesekian kalinya. "Apa gak apa-apa kak? Habis aku ngerasa beda aja."
Kakak kelas itu mengangguk dengan ramah.
Seketika terbesit di kepala saya suatu hal. Kenapa orang itu ingin sekali hidupnya dipersulit dengan tugas persetan itu? Kenapa? Jika saya menjadinya, maka saya akan terdiam dalam kebahagian. Atau sebaliknya? Entah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu