Senin, 21 Juli 2014

Ladang Labu dan Para Prajurit Kecoa

  Roket itu meluncur deras, warna putih susu serta kaki merahnya menembus awan-awan lembut membubung tinggi lalu menungkik tajam dengan kecepatan diatas rata-rata. Hitungan detik, roket itu sudah berhasil membumi hanguskan tempat ia melandas, dan pada radius 10 sentimeter jauhnya, ikut merasakan hal yang sama, hangus.

  Roket itu terlihat hancur berantakan setelah meledakan diri sepersekian detik sebelumnya. Api terlihat dimana-mana. Terdapat tiga Labu yang berhasil dibumi hanguskan. Tak tersisa secara utuh, ada dua labu di antara ketiga rumah toko yang sukses ikut terluka parah.

  Reruntuhan mengakibatkan debu mengepul dimana-mana, banyak rumput kocar-kacir ketakutan. Sesekali melihat lalu berusaha melindungi diri. Sekelompok semut pun beriringan ikut berlarian. Tak lupa, beberapa cacing kembali mengais tanah demi tanah, hingga satu lubang terdapati dan menyusup ke dalamnya lalu hilang dari permukaan.

  Seekor kecoa tertawa gembira, ia mengibaskan sayap coklatnya lalu terbang ke sana kemari, kembali meluncurkan roket dari markasnya, tangannya memberi tanda. Satu roket dengan kecepatannya menembus udara yang mulai tak berangin. Asap roket terlihat membekas di langit-langit.

  Lalu labu-labu kembali terhancurkan, runtuh tak terkira. Senyum tipis tergurat di wajah sang kecoa, dengan mata mencongkak ke dalam dan seluruh tubuh yang cokelat serta cokelat muda di berbagai sisinya. Sang kecoa yang terbang itu menoleh sedikit ke markasnya lalu meminta roket itu kembali di luncurkan.

  Para semut terus berlari, menghindari roket itu. Melewati rumput-rumput yang ikut berlarian, menelusuri ladang labu itu, lalu harus terlompat oleh guncangan maha dahsyat akibat roket tak berbelas kasihan itu.

  Namun, ada seekor semut berhenti berlari. Menyipitkan matanya, menatap tajam ke arah kecoa terbang. Tubuhnya diselimuti warna cokelat dan kurus menyisakan rangkanya, sang semut berjalan tak peduli ke arah di mana kecoa itu terbang.

  Kecoa itu tak melihatnya, sampai akhirnya iya menoleh ke bawahnya dan terlihat semut kurus itu. Kecoa itu tertawa terbahak-bahak. "Apa yang mau kau lakukan? Kau tak bisa terbang, kau tak punya senjata. Kau hanya seekor semut kurus tak berdaya. Pergi atau aku..." Sang kecoa mengambil sebuah senjata api berupa shotgun dengan peluru yang diisi penuh dan tentu saja, "mematikanmu." ancam sang Kecoa yang sayapnya masih berkibas lalu seringainya semakin melebar, ia sangat merasa menang.

  Semut itu menatap dirinya sendiri dengan pesimis. Alis sang semut menurun, kelopak matanya tersayup, wajahnya mengerut, bibirnya cemberut, dan tubuhnya seolah melemas. Ia benar-benar baru menyadarinya, ia tak bisa mengalahkan sang kecoa. Lalu ia mendongak. "Baik, kau menang, sekarang kau bisa bunuh aku."

  "Eh?" sang kecoa kebingungan, ia tak pernah berpikir bahwa sang semut tak akan melawannya. Malah sang semut memintanya untuk membunuhnya. "Sebaiknya kau pergi, aku tidak ingin mengotori tanganku. Pecundang!"

  Sang semut menghembuskan napas panjangnya. "Ya, seharusnya seperti itu. Tapi, aku tak pernah punya tujuan untuk pergi. Hidupku hanyalah untuk mencari makanan dan makan. Hidupku hanya untuk bertahan. Aku tak punya tujuan. Jadi, aku pikir, jika aku mati, tak masalah, aku akan mencoba bertahan saja. Mungkin bertahan itu tujuanku."

  "Aku tak akan membunuhmu, sebaiknya kau pergi!" Pinta sang kecoa memaksa dengan nada lebih keras sedikit serak.

  "Apa salah satu roketmu ada yang mengenai kami?"

  Sang kecoa menatap ke markasnya, lalu berbalik ke arah semut. Ia menggeleng. "Tidak, kami tidak ingin membunuh kalian."

  "Lalu untuk apa kalian menyerang?"

  Sang kecoa tertawa lebar. "Kami hanya bersenang-senang, kami hanya ingin melihat kalian semua sengsara, sangat sengsara dan memohon kepada kami. Kalian harus patuh terhadap kami, karena kamilah yang hebat di sini. Haha." Sang kecoa semakin menjadi, tenggelam dalam tawanya.

  "Jadi itu tujuan hidupmu?"

  "Eh?" Sang kecoa menoleh ke bawah dan membuka matanya lagi.

  "Kalau begitu bunuh saja kami, kami akan sangat sengsara dengan itu. Dan kau sangat menikmatinya, bukan?"

  Sang kecoa jengkel, ia benar-benar membumi hanguskan segalanya. Semua sudah rata dengan tanah, roket-roketnya meluncur bergantian. Tak peduli apa yang ia tuju, seluruh tempat benar-benar mendapati hujan roket. Semua labu beruntuhan, rumput, cacing, dan semut berguguran. Tak ada yang tersisa, benar-benar tak ada.

  Seluruh prajurit kecoa berkeringat, mereka terlihat seperti mandi. Napas mereka tersengal-sengal setelah silih berganti saling berteriak mengatakan. "Fire!" lalu roket meluncur deras ke udara. Kemudian mengambil lagi roket satunya dan terus seperti itu sampai sejam kemudian.

  Sang kecoa yang terbang itu pun sudah seperti kehabisan suara. Ia pun berhasil membunuh semut yang berusaha mengganggunya. Sang kecoa pun tersenyum. Ia melihat seluruh hasil serangannya, ia tak melihat satu pun yang hidup. Sang kecoa terdiam, tapi matanya membesar, senyumannya menipis dan hilang seiring waktu.

  Sang kecoa pun melemahkan kibasan sayapnya, turun ke permukaan tanah. Dan menyentuh tanah dengan kesedihan. "Sekarang apa?" tanya kecoa kepada dirinya sendiri. "Aku sungguh menikmatinya, tapi kini kami sendirian." sesal sang kecoa melirik ke arah markasnya yang berada di ranting pohon cemara yang tertutup dengan daun-daun pohon cemara tersebut.

  Sang kecoa mengelus tanah dengan tangannya. Lalu ia menarik shotgun dari punggungnya dan membunuh dirinya sendiri. Ia berpikir, kenikmatannya telah habis. Para prajurit kecoa lainnya terkejut dan mereka pun bertindak sama, membunuh dirinya sendiri.

  Setelah beberapa ledakan di ranting hingga membuat ranting itu terputus, terkulai di udara, dan perlahan terjatuh dengan mendayu, para jasad kecoa berterbangan lalu mereka saling bertubrukan di permukaan tanah. Dan setelah semua itu, tak ada lagi yang hidup.

  Semua mati, benar-benar mati.
  

Petualang

"Orang hebat tak berawal berdiri diatas kesenangan, ialah sang petualangan kesenangan itu sendiri."

*

  Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan sebuah pengalaman. Bukan sebuah pengalaman biasa, sesuatu yang luar biasa dan membuatku sedikit terbuka. Bagaimana tidak, nyantanya mereka lebih hebat dan berani dibandingku. Siapa mereka? Biarkan aku bercerita sedikit.

  Waktu itu, aku diundang oleh kakak kelas serta komunitasnya. Aku diundang sebagai narasumber untuk kelas menulis. Nyatanya aku tak pernah melakukan itu, aku termasuk orang yang sedikit pemalu. Ya, memang aku terdengar payah, aku tak seberani beberapa temanku.

  Aku balik ke Bandung, aku menikmatinya. Keesokannya, aku tiba di sebuah panti asuhan. Tentu saja untuk kelas menulis itu. Aku sudah menyiapkan beberapa materi dan diriku, tapi tentu saja ini pertama kalinya aku melakukan itu.

  Sebuah petualangan baru memang, tapi pada akhirnya aku kecewa. Saat aku tiba, aku semakin merasa hancur, betapa gugupnya dan payahnya diriku saat itu. Aku mendapati beberapa anak-anak panti yang terlihat begitu bahagia, mereka masih pada kecil dan lucu-lucu, kebetulan semuanya laki-laki.

  Aku tak terbayang bahwa harus berbicara di depan anak-anak. Sejatinya aku tak pandai bercakap-cakap di depan orang banyak, apalagi di depan anak-anak. Saat itulah aku merasa, ini pengalaman yang paling berharga.

  Jelas, kenapa? Aku yang hancur itu berdiri di depan mereka dan membawakan materi yang bagiku, ini agak sulit dicerna untuk anak-anak. Ya, aku membawakannya, aku gugup, aku berbicara sendiri, aku rasanya ingin melarikan diri pas berdiri di depan sana. Paling menyedihkannya, saat aku tak bisa berinteraksi dan membuat anak-anak itu terlihat tertarik.

  Terkadang, di sela-sela jam sekolah dulu. Aku sering memerhatikan beberapa guru yang mengajarnya enak dan yang tidak. Terkadang aku sedikit kasihan melihat guru yang mengajarnya kurang enak. Ya, kasihannya adalah di titik dimana anak-anak kelas tidak memerhatikannya--diabaikan.

  Terkadang aku lebih memilih berpura-pura memerhatikan walau pada akhirnya aku jenuh dan berpaling dari perhatiannya. Dan saat aku berdiri di sana, di otakku bukan tentang materi-materi itu. Aku terpikir dengan guru tersebut. Apakah aku seperti dia? Apakah anak-anak akan meninggalkanku saat tak ada lagi yang memaksanya berdiri di depan sana.

  Bukan tak suka dengan anak-anak, tapi menyampaikan sebuah materi yang terbilang cukup asing bagi anak-anak sangatlah sulit. Kalian harus ekspresif, pandai berdialog, bicara lantang, dan banyak lagi. Tapi, aku tak bisa. Bayangkan, bicara untuk presentasi saja aku terbilang payah, apalagi untuk hal seekspresif itu.

  Ya, pada akhirnya aku mendapati anak-anak yang bosan, lirik kesana-kemari, hanya segelintir yang masih mencoba menghargaiku berdiri di depan dan berbicara tak jelas. Aku bersyukur itu terjadi begitu saja, walau aku merasa kecewa. Sangat kecewa. Tapi, ini pengalaman paling berharga pada bulan Ramadhan ini.

  Ada satu hal yang membuatku semakin kecewa namun bangga. Aku mendapati tulisan-tulisan mereka. Dan, walau mereka hidup tak sebagaimana orang yang memiliki orang tua. Tulisan mereka terbilang sudah cukup berisi. Bahkan ada yang menuliskan sejarah dan puisi singkat nan bermakna.

  Namun, menariknya adalah, mereka lebih pandai berbicara dibandingku. Mereka lebih berani, mereka selalu menanggpi aku dan para teman lebih tegas dan lantang. Dan aku merasa begitu kecewa karena aku terlihat begitu payah dibanding mereka.

  Dan begitu bahagia, karena negara ini masih memiliki bibit yang hebat walau tak hidup dengan sempurna selayaknya seorang anak dengan orang tua. Mereka pandai mengaji, bahkan tahu surat yang dibacakan salah seorang dari kakak kelasku. Mereka pun lebih ekspresif, lebih tertarik, dan seharusnya aku bisa memanfaatkan dengan memberikan motivasi menulis untuk mereka.

  Tapi, sekali lagi, ini seperti petualangan baru. Di mana aku masih menjalani level 1, pengenalan dan percobaan pertama, memang sulit. Tapi, ada waktu untuk berlatih, dan semoga jika diberi kesempatan berikutnya aku tak mengecewakan.

  Satu hal lagi dari mereka, mereka selalu terlihat bahagia. Entah karena mereka masih kanak-kanak, atau mereka memang mempunyai hal untuk selalu berbahagia, mungkin teman dan keakraban mereka sehari-hari membuat mereka menutup lubang sedih di hati.

Minggu, 13 Juli 2014

Mengenalnya, Lalu Kamu Bisa Memilih

"Mengenalnya, lantas kamu bisa memutuskan. Untuk berbaik padanya atau membencinya."


*

  Setelah beberapa minggu puasa posting karena sedang menjalankan puasa. Ya, sebenarnya nggak ada hubungannya. Seharusnya menulis beberapa postingan yang belum kelar, tapi entah kenapa keburu malas. Aku pun memutuskan menulis ini.

  Aku memang pecinta film. Banyak film yang sudah kutonton, tapi aku bukan penikmat semata, terkadang aku menyukai film bukan dari tokohnya yang ganteng atau cantik. Tapi, terlebih dengan ceritanya yang menarik dan membuat kita berpikir.

  Akhir-akhir ini aku menyukai sekali serial Sherlock Holmes yang diperankan oleh Benedict. Aku berikan banyak tepuk tangan untuk serial yang memukau dan elegan itu. Selain ceritanya yang indah dan membuatku tersenyum-senyum sendiri. Kualitas gambar dan efeknya pun terlihat elegan walau sederhana.

  Apalagi ketika konflik dengan Jim Moriarty. Aku benar-benar jatuh cinta dengan serial itu. sungguh jatuh cinta. Tapi, sayangnya serialnya baru hingga season tiga. Dan sebentar lagi aku benar-benar menghabisi episode pada season terakhir itu. Entah kapan season empatnya tiba, aku berharap secepatnya.

  Saking jatuh cintanya dengan Sherlock, aku berniat mengoleksi novelnya. Walau sungguh berat, mengingat aku menjadi pengangguran selama liburan payah ini. Liburan yang membuat jadwal tidurku benar-benar berantakan.

  Sebenarnya aku tak ingin membahas itu. Aku memang pecinta film, tapi aku terlalu sedikit menonton film berkategori animasi. Semenjak salah temanku meminta untuk didownloadkan film Brave, yang pada akhirnya dia sudah punya sendiri. Aku mulai menjajal beberapa film animasi yang sempat buming. Seperti Frozen.

   Frozen

  Film Frozen nyatanya memang keren, ada musikalnya dan plot yang tak basi untuk cerita dongeng semacamnya. Di sana memberi semacam amanat kepada kita, bahwa hati yang beku dapat dicairkan dengan cinta sejati.

  Seperti ini maksudnya, terkadang kita menemui teman atau musuh kita dengan hati yang beku, dalam artian membenci kita atau mungkin bersikap dingin pada kita. Namun, yang kita lakukan bukanlah membalasnya. Tapi, mencintainya. Dengan rasa cinta dan kasih sayang, hati yang beku itu seolah meleleh. Dan menebarkan kebahagiaan yang tak pernah terbayang sebelumnya.

  Satu lagi yang diajarkan di sana. Seperti banyak film yang beredar, bahwa jangan pernah melihat seseorang pada wujudnya. Dan cinta sejati bukanlah cinta pada pandangan pertama, walau mungkin pada pandangan pertama lalu mengenalnya lebih jauh bisa berartikan cinta sejati.

  Maka kenalilah dahulu dia, baru mungkin dia yang memperjuangkanmu adalah cinta sejatimu. Dan cinta sejati dapat mencairkan hati yang beku. Oh, sungguh indah buka kekuatan cinta itu? Ya, itu yang diceritakan dalam film Frozen sejauh aku memahaminya.

   Brave

  Karena sempat dongkol karena temanku yang minta downloadkan film tersebut ternyata sudah punya, akhirnya aku menontonnya sendiri. Cerita ini menjelaskan tentang seorang anak perempuan yang ingin merubah takdirnya.  Namanya, Merida, ia seorang anak perempuan yang juga merupakan seorang ratu dari salah satu klan kerajaan besar.

  Namun, ia di pinta ibunya untuk menikahi salah seorang anak bungsu dari klan lain. Namun, Merida menolak. Ia benci dengan takdirnya untuk menikah, ia akhirnya pergi ke penyihir dan meminta merubah takdirnya. Pada akhirnya, ramuan yang ia dapat malah merubah ibunya menjadi seekor beruang.

  Di sana barulah tercipta kebersamaan, kerendahan hati, dan kasih sayang. Ternyata itulah yang dapat membuat ibunya kembali menjadi sosok manusia. Permadani yang ia robek, yang bergambarkan satu keluarga utuh Merida pun terjahit sudah, dan ibunya yang masih menjadi sosok beruang sempat bertarung melawan beruang lain yang ternyata juga terkena ramuan, karena anaknya ingin merubah takdirnya. Tapi, setelah permadani itu terjahit. Ibunya kembali menjadi manusia.

  Yang ditawarkan di cerita ini adalah rasa bersalah. Seseorang harus mengakui kesalahannya, dan itu bukan berarti menjatuhkan harga dirinya. Itu mengajarkan kita untuk melakukan perbaikan dan berbuat baik. Dan pada akhirnya terciptalah kasih sayang keluarga seutuhnya. Dengan saling memaafkan dan menjaga utuh kebersamaan.

  The Lego Movie

  Ini merupakan salah satu film yang lucu dan sangat menarik. Sesuai ratingnya yang tinggi, film ini menyajikan cerita yang sebenarnya memiliki makna tersirat. Beranimasikan sebuah lego, cerita ini membangun kota yang penuh dengan peraturan dan memiliki buku panduan setiap langkahnya.

  Diramalkan menjadi seorang ahli pembangun, Emmet, memimpin pasukan untuk memberontak pemimpin jahat yang ingin menebarkan lem di dunia tersebut. Namun, nyatanya ramalan itu hanyalah buatan. Emmet tak benar-benar menjadi seorang ahli pembangun.

  Tapi, apa? Nyatanya dicerita itu menjelaskan setiap orang memiliki keahlian dalam membangun. Dengan apa? Tentu saja dengan imajinasi dan kreatifitas kita. Pada cerita tersebut, sang presiden bisnis enggan membiarkan rakyatnya melakukan itu. Agar ia menjadi penguasa, benar-benar penguasa.

  Tentu saja dengan percaya diri, cerita ini menunjukan bahwa kepercayaan diri kita terhadap diri kita dapat mengeluarkan kemampuan terbaik kita. Dengan teman, kita akan menjadi lebih hebat. Karena saling melengkapi.

  Dan sempat dibeberapa bagian, terlihat seorang anak dengan ayahnya dalam wujud bukan animasi. Ayahnya yang enggan bermain dengan anaknya terhadap lego yang ia punya itu akhirnya luluh. Meski sempat memarahi anaknya karena telah menghancurkan legonya, tapi setelah melihat beberapa lego yang tersusun menjadi sesuatu yang unik. Akhirnya ayahnya membiarkan anaknya bermain, bahkan ia pun ikut bermain dengan ayahnya.

  Pada intinya, jangan sesekali kita membatasi diri kita terhadap sesuatu. Atau menganggap kita tak bisa. Kita butuh kebebasan untuk berkarya. Untuk menunjukkan kemampuan kita. Dan dengan percaya diri, kita bisa mengeluarkan segalanya yang terbaik. Ya, kurang lebih seperti itu yang aku dapatkan. Dan sekarang aku jadi semakin percaya diri. :)

  Oh ya, satu lagi, di kisah ini, juga menceritakan bahwa tak selamanya ide itu yang heba dan bagus. Tapi, perlu keunikan. Waktu Emmet membuat sofa berlantai dan tak ada musuh yang mempedulikannya, itu sebuah kepintaran serta keunikan menurutku. Jadi, kita bisa masuk atau menyerang musuh tak hanya dengan melawannya terang-terangan, kita bisa menjelma menjadi dirinya dan menerkamnya dari dalam. Ya, kenali musuhmu dan kamu bisa mengalahkannya.

  UP

  Film ini pasti sudah tak asing bagi kita semua. Termasuk aku. Tapi, nyatanya baru kemarin aku nontonnya secara penuh. Sebelum-sebelumnya aku tak terlalu menaruh minat pada film tersebut entah kenapa. Tapi, setelah ditonton. Aku ternyata melewati film yang menarik.

  Berceritakan tentang kakek tua dengan rumah terbangnya serta anak alam yang terjebak sungguh mengesankan. Bagaimana kakek tua itu bersihkukuh untuk mencapai impiannya bersama almahrum istrinya. Ke Paradise Fall.

  Melewati banyak rintangan, tentu saja dengan idolanya yang berburu seekor burung yang ditemui oleh kakek tua bersama anak alam itu. Pada mulanya sang kakek tak peduli. Bahkan seekora anjing yang memanggil tuannya pun ia tak peduli.

  Ia akhirnya meninggalkan semua demi impiannya bersama sang Almarhum. Ketika tiba di impiannya, ia merasakan sesuatu yang aneh, ia merasa, mimpinya sudah tercapai dan sepertinya ada mimpi atau petualangan yang baru. Ia pun pergi menyelamatkan burung itu dan anak alam dari sang idolanya.

  Yang kudapat dari cerita ini adalah bagaimana mimpi itu pasti akan terwujud, tentu saja dengan usaha kita. Lalu, rasa kasih sayang. Secuek apapun pria tua itu, pada akhirnya ia menolong anak alam itu dan burung itu. Yang pada akhirnya ia hidup bersama anak alam itu. Dan tak pelak, rasa kasih sayangnya--pria tua--pada istrinya yang begitu dalam. Itu menjadi awal petualannya yang menyerukan.

  Dan tentu saja, setiap yang ada di sekeliling kita nyatanyalah penting. Seperti yang diajarkan oleh anjing yang pada awalnya ingin menangkap burung itu dari kakek tua dan anak alam. Pada akhirnya ia lebih memilih kakek tua dan anak alam melawan idola serta majikannya. Bahkan ia membuat malu anjing terhebat yang dimiliki majikannya.

  How To Train Your Dragon
  
  Sudah empat tahun kurang lebih semenjak film ini keluar dan aku baru tahu ketika temanku mengejek salah seorang temanku juga yang mirip dengan toothless atau night fury yang ada di film tersebut. Ketika film ini keluar, namun pada sekuel keduanya. Aku akhirnya menaruh minat untuk nonton yang pertama.

  Ternyata, aku sudah melewati empat tahun dengan penyesalan, oke ini memang berlebihan, nyatanya film ini memang seperti cerita dongeng. Antara viking dengan naga pengacau. Tapi, film ini cukup mengajarkan kita berbagai hal.

  Yaitu, nyatanya kita bisa menaiki seekor naga. Haha. Oke, itu ngelantur. Ya, di sini menceritakan seorang anak bernama Hiccup yang mampu menaklukan naga dengan cara lain. Bukan melawan naga dengan persenjataan tajam. Tapi, dengan pengenalan.

  Sebagaimana ia berhasil menangkap Nighft Fury yang ia panggil menjadi Toothless. Seharusnya dengan membunuhnya ia bisa menjadi orang hebat di kotanya. Tapi, ia lebih memilih membebaskannya. Karena ia tak ingin membunuh naga. Itu sungguh hal menarik yang disuguhkan. Seorang yang ingin membunuh naga untuk menjadi viking malah enggan membunuh naga hebat yang ia tangkap.

  Tapi, Toothless nyatanya mengalami kecacatan. Sayap diekornya hilang sebelah. Hiccup dengan bijaksana mendekati Night Fury dan mempelajarinya, akhirnya ia bikin sayap buatan dan ia berhasil membuat Night Fury terbang serta menungganginya.

  Dengan mengenali naga tersebut, Hiccup mendapati sesuatu. Ya, naga itu tidaklah buruk. Ia sungguh mengasyikan, mereka bisa saling berkomunikasi, dan saling membantu. Dengan demikian Hiccup tahu apa yang naga takutkan dan menjinakkan naga. Pada akhirnya melakukan itu ketika ia seharusnya membunuh naga.

  Walau sempat terjadi kehebohan, karena ayahnya seorang viking sejati, dan melihat anaknya tidak membunuh naga. Ayahnya pun mendesak Hiccup dan memilih menangkap Night Fury untuk menghantarkan ke sarangnya yang ternyata di huni oleh naga yang sangat besar.

  Cerita ini menampilkan ending bahagia, walau Hiccup harus kehilangan kakinya. Akhirnya kota tersebut tak lagi menjadi anti naga, mereka--para viking--bahkan bisa menunggangi para naga dan hidup bersama naga. Tentu saja, setelah Hiccup dan Night Fury berhasil mengalahkan naga besar itu.

  Walau cerita ini sepertinya mudah ditebak, tapi menurutku cerita ini sungguh mengasyikkan. Maka sebelum kamu membenci sesuatu, kenalilah terlebih dahulu. Lantas kamu bebas memilih, membencinya atau berbaik padanya.

  Turbo
  
  Film ini berawal dari seekor siput yang lelet dan bercita-cita ingin menjadi yang tercepat. Ia memiliki idola yang berkata, "Tak ada mimpi yang begitu besar dan tak ada juga pemimpi yang kecil." Jika kita maknakan, setiap mimpi bisa kita dapatkan, dan tak ada yang terkecuali untuk setiap pemimpi.

  Ya, cerita ini juga mengajarkan tentang keberanian seorang penjual taco untuk mengikut sertakan Turbo--seekor siput yang mendapati kemampuan cepatnya. Dengan hadirnya siput di arena balapan yang diikut sertakan para mobil. Seluruh orang terkejut.

  Sang siput pun akhirnya memenangi balapan itu. Tapi, bukan dengan kemampuan cepatnya. Setelah terjadi beberapa benturan, sang siput kehilangan kekuatan cepatnya itu. Dan ia memenanginya dengan menggelinding, seperti yang diajarkan temannya. Dan siput itu berhasil mengalahkan idolanya.

  Tentu saja cerita ini menjelaskan bahwa setiap kita bisa menggapai mimpi kita, tentu, balik lagi dengan percaya diri dan tak pernah menyerah. Walau seluruh dunia orang menyoraki kita, seluruh orang menganggap kita gila. Hanya ada satu menjawabnya, raihlah mimpi itu dan tunjukkanlah pada dunia.

  Cerita itu pun berakhir bahagia. Dimana seorang penjual taco lainnya yang kesal oleh perbuatan temannya itu karena mengambil uangnya itu akhirnya menyambut baik temannya itu. Dan di situ juga menjelaskan, kita butuh risiko dalam setiap mimpi kita. Selanjutnya adalah seberapa yakin kita? Seberapa besar kita bisa mengambil risiko untuk mimpi kita?

--

  Mungkin, banyak hal yang belum terbahas di masing cerita. Dan memang cerita animasi tersebut memiliki kisah yang kurang lebih bermakna sama. Mimpi, cinta, usaha, percaya diri, dan lainnya. Ceritanya pun sebenarnya ada beberapa yang klasik, tapi dengan berbagai tambahan terlihat begitu menarik.

  Dan ternyata walau kisahnya terlihat klasik, banyak makna yang bisa kita dapatkan. Tentu saja, setiap film pasti bertujuan itu. Menebarkan amanat-amanatnya. Dan itu sungguh memotivasi kita bukan? Ya, semoga saja seperti itu.

  Sekarang aku baru saja mendapatkan Wreck-It Ralph. Sepertinya itu sangat seru, aku sudah tertarik ketika melihat trailer. Walau pada awalnya aku enggan mendownloadnya karena, covernya yang kurang meyakinkan. Oke, kembali ke cerita atas, jangan lihat sesuatu dari covernya. Oke, aku sangat menyesal sekarang.

  Ya, seperti inilah liburanku. Selain mengisi waktu pagi dan siangku untuk tidur. Paling hanya nonton film dan sepak bola. Dan hidupku, benar-benar kacau. Aku butuh waktu tidur yang normal. Dan aku butuh lebih banyak film lagi sepertinya.

  Dan minggu depan aku diundang menjadi pengisi acara, dan itu yang pertama kali. Oh gosh, betapa gugupnya aku sekarang. Materi belum aku siapkan. Tapi, masa iya tak ada percaya diri yang disebarkan film itu yang tak menyantol di diriku?

  Tentu saja kita harus berusaha, untuk sebuah hasilnya. Tentu saja kita harus mengenalnya, apapun itu, pekerjaan, benda, atau pun manusia. Maka baru kita bisa memutuskan. Berbaik padanya, atau membencinya.