Kamis, 11 April 2019

Seperti Sedang Berada Di Sebuah Titik

Seperti sedang berada di sebuah titik.
Jika ditarik ke belakang, rasanya begitu mengerikan dan amat-amat tidak ingin terulang.
Jika ditarik ke depan, tersisa hanya keyakinan. Entah akan ada apa, cuman bisa yakin saja.
Jika ditarik ke samping. Kuingin menghela napas panjang-panjang dan menghembuskannya lebih panjang. Lalu rasanya kayak menyerahkan semua aja deh, nggak mau pusing mikirin gitu.

Seperti sedang berada di sebuah titik.
Jika menyendiri rasanya khidmat dalam renungan.
Jika berdiri di tengah keramaian rasanya sesak. Aku tak sanggup, jadi biarkan aku terdiam saja ya.
Jika melihat keramaian ku jadi ingin menjauh atau menatap semuanya dalam pandangan kosong.

Seperti sedang berada di sebuah titik.
Senang jika hanya melihat-lihat.
Walau terkadang sangat bersemangat saat terlibat.
Tapi, sebenarnya ku hanya ingin terdiam dan melihat lamat-lamat. Kembali dengan renungan yang khidmat.

Seperti sedang berada di sebuah titik.
Jika rebahan dan menatap langit-langit yang lapang, ku harap itu adalah hatiku. Ku harap Allah memberi lapangnya langit itu.
Jika terpejam ku langsung terlelap, rasanya ku benar-benar dalam batas lelah. Sungguh nikmat tidur-tidur itu.
Jika berjalan ku ingin tersenyum, menatap sekitar dengan lamunan. Dunia ini sebenarnya baik-baik saja.

Di sebuah titik yang jika ku jelaskan mungkin itu lelah.
Sebuah titik yang meminta ku untuk terdiam sejenak, lihat apa yang telah dan mungkin akan terjadi.
Lihat apa yang bisa atau tidak dilakukan.
Kuharap ku masih bisa berkata, "Sebuah pencarian tidak mengenal siang atau malam. Tapi, ku sedang berada di sebuah titik itu."

***

Mas Salingga. "Tahu nggak kenapa cewek gendong bayi nggak capek? Tapi kalau cowok baru sebentar aja capek?"

"Apa mas?"

"Kalau cowok gendong bayi pake tangan, kalau cewek pake hati." Sahutnya, kita bersorak wuuu...

*

"Setiap sebulan sekali kita ke kutab alfatih (sekolah). Kata istri jangan nangis kalau ke sekolah itu." Kata Mas Salingga. "Dulu, niatnya ketika anak kita keterima sekolah di kutab, terus kita setiap sebulan sekali pergi bareng gitu deh ke sekolahnya." Mas Salingga terdiam sejenak. "Tapi ya gimana, ternyata anaknya ngga keterima--di kutab alfatih. Jadi ya yang belajar orang tuanya aja." Mas Salingga terkekeh.

Aku hanya terdiam, tak mampu berkata apa-apa.

*

"Bro, gue pusing." Kata Kak Amri, saat itu memang sedang terik sekali matahari, aku pun sebenarnya tidak sanggup jalan ke masjid tapi karena nggak dapat tebengan akhirnya dipaksakan jalan.

"Karena panas?"

"Nggak bro, beneran pusing ini model bisnisnya." katanya yang mungkin sedikit membuatku terkejut, dia orang yang sangat periang dan aku suka kalau dia ngomong, aku pasti ketawa kalau dia ngomong. Tapi, mendengar itu, aku kayak bingung sendiri.

"Jadi mau ganti model bisnis lagi?"

"Menurut lu gimana?"

Aku terdiam, tidak bisa memberi saran. Selain karena nggak tahu, siang itu terik sekali. Aku harap beliau diberi jalang keluar ya...

*

"Gue dikirimin rundown acara pernikahannya." Kata Kak Ardi yang minggu akhirnya in Syaa Allah akan menikah setelah penantian bertahun-tahun dan menahan bullyan juga bertahun-tahun.

Aku yang mendengar itu langsung antusias. "Wih, coba-coba lihat."

Aku pun diberi lihat rundown acaranya. Terus aku tanya. "Tegang nggak?"

"Sebelum dikasih rundownnya biasa aja, tapi sekarang jadi tegang malah."

Kita tertawa. Semoga dimudahkan ya sampai hari H dan sampai surga kelak, aamiin.

*

Ada yang merasa mampu tapi ternyata tidak mampu.
Ada yang merasa tidak mampu tapi ternyata sangat mampu.

Dan aku malu, ternyata aku di bagian bait pertama.

*

Masa lalu membentuk kita sekarang, masa sekarang membentuk kita di masa yang akan datang.

*

Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi ke Bandung sebelum bertemu momentum yang tepat. Terlalu banyak kisah yang berlalu di setiap jalan-jalan kota itu. Terlalu banyak waktu yang di nanti-nanti yang kini sudah tidak berarti. Terlalu perasa sih sebenarnya akunya.

Kemarin ke Bandung, lumayan sedikit rehat dari rutinitas. Berjumpa teman-teman yang ternyata wisuda, berjumpa anak-anak kelas dan angkatan. Bertemu anak lab, nongkrong di kantin, dan ternyata masih banyak orang yang kukenal dan mengenalku. Walau sebenarnya pas ketemu aku jadi kikuk gitu karena nggak deket.

Malamnya main boardgame yang ternyata seru banget. Eh pas main boardgame aku ngelihat keluarga kecil yang isinya ayah, ibu, sama satu anak laki-lakinya. Mereka bermain boardgame gitu bertiga. Ah, entah kenapa aku ingin bilang itu manis sekali. Ada tawa-tawa diantara permainannya. Lucu aja gitu.

Makan di pinggir jalanan Bandung itu entah kenapa sesuatu sekali ya, walau jalanannya itu tidak persis yang selama ini di alami saat di Bandung.

Ke nikahannya Arry, ku terkejut sebenarnya, setelah gagal nikah karena tunangannya belum siap kalau nggak salah, tiba-tiba Ari menyebar undangan pernikahannya. Terkejutnya lagi ternyata kenalannya di instagram. Sebenarnya ku penasaran kronologinya dan sampai bisa seyakin gitu untuk memilih pasangan hidupnya, tapi karena itu hari pernikahannya, jadi aku tidak bisa menodong untuk dirinya bercerita.

Pulang dari Bandung sendirian. Rasanya sudah terbiasa kemana-mana bareng orang, terus pas sendiri lagi jadi keinget pas berangkat atau pulang dari kampus. Sendirian, memandang jalan-jalan Jakarta-Bandung atau sebaliknya. Tapi kali ini aku ketiduran hingga menjelang mau sampai tujuan hahahaha. Kebo.

***

Nemu lagu enak untuk mengawali hari. Terima kasih sudah repot-repot membaca semua ini, teman.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu