Selasa, 10 Juni 2014

Kilas Balik Semester Dua part satu

  Ketika tahun mulai berganti. Tak ada salahnya bukan berdoa, berharap, untuk tahun lebih baik? Ya, aku selalu berharap begitu. Namun, ternyata paradokslah yang ada. Jika ditilik, jika dirasakan, jika kembali diingat. Tahun ini adalah tahun terberat yang pernah aku alami.

  Setelah liburan di mulai, aku mendapati kakekku sakit parah. Saat itu liburanku adalah liburan terbaikku. Sepulang dari luar negeri, kakekku beberapa minggu kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit. Kakek terpaksa dirawat inap. Dan kebetulan saat itu aku libur, sehingga aku yang mengurus kakekku. Sepanjang hari. Sepanjang liburku.

  Kenapa aku bilang liburan terbaikku? Karena di saat itulah, momen-momen aku bisa bersama kakek dua puluh empat jam. Bisa melihatnya terbaring lemah di atas ranjangnya. Tak banyak berkata, bahkan tersenyum saja ia kesulitan.

  Liburanku usai, kakek sudah boleh pulang. Tapi, itu bukan akhir cerita. Aku kembali masuk kuliah. Di awali dengan pelajaran-pelajaran yang tak ada bedanya dengan semester satu. Kalkulus dan fisika, ia masih membayangi hari-hariku.

  Di semester dua ini, aku akhirnya diikut sertakan dalam Olimpiade Telkom. Ya, aku ikut serta dalam basket. Aku mendapati tim B membawan nama jurusanku. Informatika. Pertandingan pertama adalah mimpi buruk. Aku tak ikut serta, tapi timku kalah pada pertandingan pertama.

  Lalu pada pertandingan kedua, aku ikut serta, tim kami berhasil memenangkan pertandingan secara telak. Ya, itu memang lawannya saja memang tampak mudah. Bukan kami yang jago. Lalu pertandingan ketiga. Ini adalah pertandingan tersial.

  Pada pertandingan ketiga, tim kami nyaris menang. Saat itu aku hanya menjadi penghuni bangku cadangan. Dua menit menjelang berakhir, timku unggul tujuh poin. Tapi, persetan dengan waktu. Di menit terakhir, saat timku unggul satu poin. Dua tembakan free throw berhasil membalikan kedudukan. Dan timku kalah di detik terakhir. Timku pun gagal lanjut ke babak knock out.

  Tapi, tim A berhasil lolos. Dan lawannya siapa? Ya, lawannya tim yang berhasil mengalahkanku. Beruntung tim A berhasil membalaskan dendam. Tim A terus melaju, hingga final tiba. Dan mendapati runner up, juaranya adalah tim pertama yang berhasil mengalahkan timku.

  Di Semester dua ini juga banyak hal yang terjadi, salah satunya aku mengikuti organisasi Al Fath. Aku mendapati divisi Syiar Media. Aku berkelut dalam sana, organisasiku bertambah, temanku pun juga bertambah.
Al Fath TES 2014

  Aku jadi sering rapat di pagi hari, jam 5 pagi bahkan aku rapatnya. Ya, setengah enam deh mentok-mentoknya. Tapi, itu benar-benar luar biasa. Aku jadi dipaksa untuk bangun sepagi itu. Di sana aku terus menjalani tugas-tugasku menjadi seorang penanggung jawab sebuah program kerja ESTAFET. (Sms Tausiyah Al Fath TES).

  Setelah itu, ada makrab dari UKM Masyarakat Jurnalistik. Di sana, aku dapat banyak teman lagi. Dari yang tidak kenal menjadi kenal. Makrab yang diadakan di lembang itu sukses membuat malamku tertawa-tawa oleh penampilan-penampilan masing-masing grup.
Makrab Masyarakat Jurnalistik 2014

  Setelah makrab Masyarakat Jurnalistik berakhir, jauh hari ke depan, makrab PhotoST pun segera tiba. Di sana juga akan ada pelantikan. Tempatnya nggak jauh dari tempat  makrab Masyarakat Jurnalistik. Di lembang pula, tapi kini dengan villa yang berbeda.

  Awalnya kami masih senang-senang, tapi ketika tengah malam tiba. Kami dibangunkan dan digiring dengan mata tertutup ke ruang tengah. Lantas post to post untuk melewati rangakaian acara itu. Bahkan ada momen aku berdebat dengan salah satu senior, ada pula aku dan grupku harus meminum kopi dengan garam serta bawang. Rasanya aku ingin muntah saat itu.

  Tapi, akhirnya sukses dengan penerbangan lampion yang indah serta pemakaian selayer. Ketika penerbangan lampion nyaris saja membakar satu pohon. Saat itu kami terbahak-bahak, sampai satu senior naik ke atas melempar air dengan gayung, tapi airnya hanya jatuh kebawah tak mengenai area yang terbakar itu.

  Setelah acara makrab dari PhotoST. Aku mendapati pengalaman jualan setiap minggunya sebanyak dua kali. Aku mendapati diriku mengikuti kepanitiaan Perfection yang diadakan sama UKM Masyarakat Jurnalistik sendiri.

  Acara itu pun diadakan saat menjelang UAS. Tapi, kita bahas dulu sebelum UTS. Ada momen di mana aku benar-benar kesal. Ya, aku mendapati praktikum hari sabtu jam setengah tujuh. Dan rasanya itu menjengkelkan. Pernah suatu hari aku mendapati aku ketiduran hingga pukul delapan. Dan apa? Modulku jadi nol!

  Persetan dengan ketiduran. Aku kesal saat itu, ya tapi gimana lagi. Akhirnya aku hanya bisa pasrah dengan modul nol itu. Setelah kejadian buruk itu, banyak rentetan hal buruk lagi. Harddiskku hilang, bola basketku hilang, sendalku hilang, cintaku hilang, lho, dan kakekku benar-benar menghilang. Meninggalkanku dari dunia fana ini.

  Tahun yang sungguh berat. Aku terpaksa bolos kuliah untuk pulang ke Jakarta dan mendapati kakek terbujur kaku di atas kain kafan yang sudah tertutup rapat. Aku bahkan tak bisa melihat wajahnya. Keesokan harinya, aku ikut menguburi kakekku di kotanya, Pemalang.

  Kesedihan terlintas hinggap di seluruh keluargaku. Begitu pun aku. Tapi, apa daya, tak ada yang bisa aku lakukan. Setelah aku kembali ke kosan. Bayangan kakek terus menghantuiku. Suasana hening di kosan benar-benar mengingkatkan aku dengan beliau. Pertama kali ia ke sini, pertama kali ia begitu bahagia meninggalkan cucunya di kota ini. Aku pun teringat saat ia membawakan barang-barang kebutuhanku seorang diri. Di bawah hujan, ia terus merangsek ke kosanku tanpa peduli betapa beratnya perjalanan itu dengan barang segitu banyaknya.

  Tumpah sudah kesedianku saat itu, rasanya aku ingin terpuruk. Tapi, aku akan menyia-nyiakan usaha kakekku untuk menguliahkan aku di kota itu. Setelah kejadian kesedihan itu, ada lagi kesedihan yang menyita waktku.

  Sebelum kakek meninggal, kakek bilang ingin membelikan laptop padaku. Aku pikir itu bercanda, ternyata ketika kakek sudah meninggal. Ia menitipkan uang untuk laptop baruku. Tapi, betapa pedihnya kehidupan. Aku beli laptop yang aku inginkan dan ternyata. Aku mendapati kesialan saat itu.

  Setelah semua itu. UTS pun tiba. Aku belajar h-1 dengan susah payah dengan segala kemampuan yang ada. Aku selalu terjebak dengan kata sulit. Aku mendapati kesulitan saat mengerjakannya. Dan itu benar-benar menyebalkan.

Senin, 09 Juni 2014

Kilas Balik Semester Satu part dua

  UTS tiba, benar-benar mimpi buruk yang menjadi nyata. Saat itu aku tak benar-benar memahami pelajaran yang ada. Terbentuklah kami satu kelas belajar bersama di sebuah ruangan. Atau bisa disebut kantin, perpustakaan dan banyak lagi tempat yang dijelajahi untuk belajar bersama.

  Meski sudah belajar bersama berhari-hari. Tetap saja ketika ujian, kami mendapati kesulitan. Lebih tepatnya aku. Aku mengerjakannya dengan patah hati. Soal persetan apa ini? Akhirnya nilai keluar, aku pun menuai kecewa. Tapi, dari situ aku menemukan sesorang yang unik. benar-benar unik.

  Orang itu memliki sifat introvert. Tertutup banget, tapi dia genius. Bahkan walau di SMA dia sudah membuat game yang nggak kalah keren dengan game yang beredar sekarang. Anak kelas sering memanggilnya Master atau AA.

  Dia sangat sempurna di Informatika. Semua pelajaran ia kuasai dengan mudah. Ia tak pernah belajar, tapi ia mengerti. Itulah orang genius. Sempat aku berbicara banyak dengannya. Saat itu ia bilang kerjaannya ketika lengang hanya tidur dan menonton anime.

  Tapi, persetan dengan anime dan tidur. Dia tetap saja genius. Memahami berbagai materi dengan sekali berpikir. Cara ia berpikir itu yang unik. Sampai-sampai aku nggak bisa berpikir, seperti apa cara pikirnya. Pokoknya dia orang unik yang sekarang sering ngebanyol dengan aksi tak lazimnya walau tetap so cool.

  Setelah mendapati hasil UTS yang tak memuaskan. Kita beralih ke Dies Natalis Informatika. Ya, ulang tahun fakultas sekaligus jurusanku. Di sana terdapat lomba-lomba seperti futsal, basket, badminton.

  Ada pula yang intelektual, tapi aku lupa. Kita mulai saja saat opening. Ya, wanita berjilbab itu sempat beberapa detik mengambil alih pikiran dan pandanganku. Saat itu aku datang terlambat karena harus mengikuti course bahasa inggris dari kampus.

  Pembukaannya cukup meriah. Sampai akhirnya pertandingan demi pertandingan terjadi. Kita bahas dari futsal terlebih dahulu. Sebagai tim yang menurutku seadanya, dengan pemain yang bisa benar futsal hanya segelintir. Kami sukses membuat kerepotan. Walau pada pertandingan pertama kami kalah. Kalah dnegan lawan yang sempat kami kalahkan saat sparing.

  Saat itu kami skip sekelas oleh pelajaran kalkulus yang diajar bapak yang tak kalah uniknya. Bapak ini, suka memaksa kita untuk mengerti dan terkadang ngebanyol dibalik sifat ketegasan yang selalu beliau tunjukkan. Ia pun memiliki kata-kata khas. Seperti, "Paham ya? Paham? Kalian harus paham!?" sampai-sampai kamu rindu akan beliau karena ucapannya itu.

  Lanjut ke futsal, kami kalah pada pertandingan pertama. Seolah kami merasa sudah pupus. Kami lanjut lawan kakak kelas, herannya kami justru menang. Lalu berikutnya lawan kakak kelas lagi. Kami menang lagi. Apa-apaan ini? Saat lawan angkatan yang sama. Kami hanya menuai seri. Karena hujan sih sebenarnya. Dan beberapa pemain yang blunder.

  Kami pun sukses menjadi runner up dan lolos ke babak knock out. Tapi, cerita itu tak semenarik sebelumnya. Kami kalah telak dengan angkatan atas yang memang memiliki kiper yang jago. SAat itu kejuaraan futsal bagi kami telah usai.
Tim Futsal iFive beserta Garis Keras Pendukungnya

  Lanjut ke basket. Sebenarnya ada harapan di sana, aku dan kedua temanku bisa basket. Ya, cukup memadailah. Kami melakoni pertandingan pertama. Sukses, sungguh sukses. Kami mengalah dua pemain yang bisa dan satu tak bisa angkatan ekstensi. Dan kalian tahu? Salah satunya ketua basket Informatika. Dan dua orang yang bisa basket itu setim sama aku pada kejuaraan olimpiade, itu masa semester dua. Nanti kita lanjutkan.

  Lanjut ke pertandingan kedua, sukses pula kami menang. Menang tanpa lawan, alias WO. Setelah menang, pertandingan ketiga, aku menghadapi temanku sendiri yang tak lain adalah tim inti basket kampus ini. Kami kalah, kalah satu point. Oke, itu menyesakkan. Kejuaraan basket pun usai bagi kami.
Tim Basket iFive Beserta suporter unyunya

  Selanjutnya kejuaraan badminton. Di sini, aku mendapati seorang yang diluar dugaanku. Keturunan papua, pria yang unik. Tapi, lama tinggal di Bandung. Salah satu pemain dari kelas kami. Siapa yang menyangka dia memang atlet bulu tangkis sungguhan? Ya, dia sering mewakili fakultas dalam kejuaraan badminton di kampus ini. Dan apa? Ia sempat runner up bahkan keluar menjadi juaranya.

  Tapi, sayang tidak untuk di kelas kami. Karena memakai sistem group, kelas kami kalah pada saat ganda wanitanya. Oke, bukan masalah. Tapi, benar-benar pertandingan kedua badminton menjadi akhir kejuaraan kelas kami di Dies Natalis Informatika.

  Closing tiba, kami makan-makan. Dan aku mendapati hal baru lagi, bukan, bukan wanita berhijab itu. Dia memang membuatku selalu tersenyum. Tapi, kini aku mendapati satu band indie asal kampus ini yang menarik perhatianku. Musiknya yang entah apa genrenya, aku kurang fasih dengan musik. Tapi, aku bisa merasakan musik yang enak. Dan musiknya sungguh enak.

  Salah satu pemain gitarnya dengan unik memainkan layaknya biola. Entah bagaimana mendeskripsikannya, pokoknya seperti itulah. Salah satu pemain gitarnya pula mirip teman kami, ya, si anak introvert nan genius itu. Kamu menyoraki dan menertawainya. Dia hanya tersenyum dan menyanggahnya saja.

  Setelah Dies Natalis lewat, kami ingin mengadakan makrab. Namun, gagalnya. Akhirnya kami sempat jalan bersama-sama, walau nggak sekelas. Tapi cukup mengasyikan. Oh ya ada momen yang menjengkelkan pula.

  Momen itu saat aku sudah susah payah bersama ketiga temanku begadang untuk mengerjakan tugas di gazebo atau saunk di depan gedung kuliah dengan kedinginan, ternyata dikumpulin dua minggu berikutnya. Ya, kami hanya bisa tersenyum-senyum.

  Ada momen juga di mana adanya flowers day. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia, seseorang mengetuk pintu dan menyebut namaku. Aku terdiam, pertama di kelasku ada dua nama yang bernama Hilmy. Kedua, ada apa?

  Lantas kakak kelas yang mengetuk pintu ruang kelas itu menjulurkan sebuah bunga dan memanggil namaku. Aku yang kebetulan lagi begajulan di depan kelas langsung menghampiri dan bilang makasih. Semua berteriak 'cie' kearahku.

  Ada pula yang bilang. "Ah, paling lo ngirim ke diri lo sendiri my, biar nggak kelihatan jomblo kan?" ya banyak yang suudzon, tapi itu bercandaan kok. Haha. Atau mungkin memang iya alam bawah sadar yang mengirim boneka itu? Nah loh.


   Ada tulisannya di atas bunga itu. Yang isinya kurang lebih kayak begini. "Allah paling tahu apa yang akan Hilmy lakukan." ya kurang lebih begitu. Aku sih tersenyum-senyum saja. Hehe.

  Selang beberapa lama sebelum UAS. Akhirnya aku kenal dengan wanita berjilbab itu. Satu-satunya hal yang aku ucapkan pertama kali adalah melihat tugas besar miliknya. Lalu sok-sok mengerti gitu. Dan malam itu terasa singkat, karena tugas terus memaksaku untuk mengerjakannya.

  Tapi, sebelumnya kami sudah saling chat dalam konteks tugas saja kok. Perkembangan itu memang hebat ya. Awalnya tersenyum melihatnya, kini sedikitlah, tersenyum melihat chatnya. Hehe. Oke bagian ini skip ya.

  UAS nyaris tiba, aku sempat pulang ke rumah saat minggu tenang, lalu kembali saat menjelang ujian. Berbagai responsi kulakoni, berbagai kelompok belajar aku ikuti. Tapi, apa? Tak ada bedanya, aku mulai terpuruk di ujian.

  Pada akhirnya indeks keluar. Sangat tak memuaskan di Fisika. Jangan tanya apa, pokoknya itu tak pernah memuaskan. Tapi, aku bersyukur di Bahasa Indonesia. Saat UTS aku mendapati nilai jelek, beruntung ada cara pengajuan karya, akhirnya UTS-ku jadi seratus. Yeah.

  IP semester pertama pun keluar. Liburan pun di mulai. Oh ya, paling menyebalkan adalah saat UAS ketika tahun baru. Biasanya yang liburan kini malah UAS. Ok, tak apa. Terpenting selanjutnya adalah liburan tiga minggu.

  Semester satu pun berakhir. Aku mulai mengenal anak-anak satu kelas. Mengenal organisasi. Dan saat itu aku mulai mengenal kepanitiaan. Oh ya, aku juga ikut rekruitasi seperti ukm PhotoST yang panjang. Lalu aku juga mendapati hobi baru. Ya, lari atau jogging hobi baruku saat itu.
Telkom Runners
Open Mind PhotoST

  Sekarang, setiap tak ada kerjaan, kerjaanku hanya lari mengelilingi danau galau. Alih-alih bertemu sesosok yang... Entahlah. Aku tak pernah membayangkannya, aku berlari dan saat itu pula menjadi hobi baruku.

  Terakhir, di semester satu, saat di Bandung, pokoknya saat kuliah. Tata bahasa pun mulai sopan. Kalau ngomong sekarang jadi aku kamu, bukan gue elo. Ya, terkadang juga pake bahasa daerah situ. Seperti urang maneh. Pokoknya banyak hal di semester satu!


Kilas Balik Semester Satu part satu

  Genap sudah dua semester dijalani. Genap sudah satu tingkat terlewati. Malam ini, selepas meninggalkan Bandung mulai ada rasa sedih yang tertanam. Seolah-olah kami sesuatu yang tak bisa terlepaskan. Seperti ada cinta di antara kita.

  Malam ini pula setiba di rumah, aku langsung ingin menulis tentang ini, tentang satu tingkat ini. Semenjak  turun dari bus, aku sudah ngebayangin apa saja yang telah terjadi, yang telah kudapati. Dan banyak hal yang kulihat dan kunikmati atau kubenci. Jadi aku pikir, kilas balik tak ada salahnya. Bagaimana jika kita mulai dengan semester satu?

  Pertama kali ke Bandung dengan kondisi keluarga lengkap, bahkan adik kembar yang nyantri pun ikut. Ke kosan baru. Betapa bahagianya kakek saat itu. Bersahaja berbicara dengan ibu kos dan tetek bengek lainnya.

  Aku sudah memikirkan untuk main dan main saat itu. Meski pertama baru ke daerah itu. Bukan berarti aku belum punya temen. Sebelum semua itu, aku sudah kontakan berbagai orang yang kebetulan satu jurusan denganku.

  Setelah semua keluarga pergi, aku memulainya. Berkenalan dengan salah satu counter ponsel dekat situ, sekalian tanya-tanya, sekaian pula beli pulsa. Setelah itu aku akhirnya ke sebuah tempat yang di sebut Tmart.

  Tmart seperti mini market yang berartikan Telkom mart. Tempatnya tidak jauh dari asrama putri. Di sana banyak sekali orang, benar-benar banyak. Terutama mahasiswa baru seperti aku saat itu. Setelah di sana, aku bertemu banyak orang. Kami mulai ngobrol, sampai akhirnya ada sesosok wanita yang mereka bilang cakep dan sempet godain. Saat itu aku sih diam saja. Bener loh.

  Setelah itu, satu angkatan, satu jurusan, kami mengadakan futsal bersama untuk putranya. Saat itu aku sudah mulai berisik. alih-alih mau merubah imej jaim jadi lebih friendly, tapi terlihatnya mengerikan. Setelah futsal, akhirnya acara yang ditunggu mulai. Gathering unofficial segera di mulai.

  Berletakkan di Danau Galau, pertama kami ngumpul, tapi buat forum-forum sendiri. Sampai akhirnya temanku menunjuk aku sebagai moderator atau mc acara. Akhirnya acara dimulai, dengan pedenya aku membuka acara sebagai moderator.

  Sesinya nggak jauh dari perkenalan. Aku dengan sok asiknya.aku bercanda-canda kepada setiap orang. Iseng mengomentari pernyataan dari masing-masing peserta. Acara itu pun terbilang sukses. Sampai akhirnya aku mulai dikenal beberapa orang, dan aku pun jadi mengenal beberapa orang pula.

Gathering Unofficial


  Setelah acara itu, beberapa rentetan acara dari kampus di mulai. Seperti tes bahasa inggris, dan tes psikotes. Pada saat tes psikotes, aku mendapati seorang wanita di depanku yang terasa resah dengan jilbabnya.

  Jangan tanya orangnya seperti apa? Orang itu sukses membuatku tersenyum-senyum. Lalu tes itu berakhir, aku pun tak tahu namanya. Beberapa sehari kemudian, acara ospek dimulai. Ospek yang bernamakan PDKT itu dimulai.

  Tiga hari aku mendapati teman-teman baru lagi di kelompokku. Mendapati seminar-seminar yang membuatku tertidur di ruang serba guna. Dan terbangun saat mendengar theme song PDKT yang power full membangkitkan semangatku. Mungkin terdengar lebay, tapi theme songnya memang keren.

  Aku suskses merubah pandanganku, saat itu aku mendapati seorang pria dengan wajah yang judes. Melihat orang lain dengan sinis terus. Tapi, ketika aku mengenalinya. Ternyata orang itu asyik. Ternyata juga, memang mata dia kayak begitu. Dia keturunan tiongkok biasa dipanggil Akew. Selama ospek kami pun saling bercanda.

  Saat seminar berlangsung. Aku juga sering mendapati wanita berjilbab itu. Ya, aku tersenyum sendiri saja saat itu. Bahkan sempat bilang ke Akew. Ya, memang dia membuat kami tersenyum-senyum. Hehe.

  PDKT yang melelahkan pun usai. Aku memasuki kelas baru. Saat itu aku baru kenal dua orang dari sekian banyaknya orang di kelas itu. Kami selalu duduk di belakang, memandangi dosen dengan jenuh. Lambat hari, mulai kenal beberapa orang lagi.
iFive

  Bahkan, kami sering makan bersama, dan memulai beberapa kelompok yang sering pergi bebarengan. Setelah kenal beberapa orang untuk kesekian kalinya, aku memulai hobiku lagi. Basket. Tentu saja, di sana ada lapangan indoor yang kudambakan.

  Pertama-tama aku niat sekali datang basket, tapi makin kesini ternyata waktu begitu sempit dan aku tidak sempat untuk latihan, aku hanya main di sore hari bersama warga yang main di lapangan indoor itu.

  Tak hanya basket, aku juga masih menulis, menulis di asrama temanku. Aku pernah cerita tentang asrama 312. Di sana rame sekali. Kekeluargaannya pun hebat. Walau tak terjadi hingga sekarang. Maksudku kamar itu sudah menjadi kenangan, karena kami semua sudah tinggal masing-masing.

  Aku pada akhirnya meneruskan hobiku, ya, aku ikut organisasi. Namanya, Masyarkat Jurnalistik. Ini organisasi yang tak jauh beda dengan pers, jurnalistik, dan semacamnya. Aku masuk ke sana, berjumpa dengan beberapa orang baru lagi dan mengenalnya.

  Semakin ke hari, aku semakin dekat dnegan orang di sana. Aku sering main ke sekretariatannya. Bahkan aku sempat disebut salah satu kuncen sekre. Karena aku sering tidur di sekre dan bermain seharian di sana. Walau sekarang mulai jarang karena jarak dari kosan sudah menjauh.
Masyarakat Jurnalistik


  Setelah sukses mendapati keluarga baru yang bernama Masyarakat Jurnalistik. Di mulailah hari-hari mengerikan. Ya, UTS. Mungkin postingan berikutnya akan melanjutkan cerita tentang kilas balik semester satu ini. :)

Sabtu, 07 Juni 2014

Ketika Tahu Teman Sudah Menikah

"Sesuatu yang begitu dahsyat, hawa nafsu."

*

  Pagi-pagi setelah bermimpi yang tak jelas, dengan iseng aku buka tab dan langsung menyosor ke sosial media. Dapat kabar dari temen, bahwa temen semasa SMK sudah nikah. Dan aku tak pernah kebayang sebelumnya kalau ia bakal nikah dini.

  Terlepas dari pikiran aneh-aneh. Aku ikut senang dan terkejut pastinya. Senang karena semakin banyak teman yang sudah berkeluarga. Terkejut karena, lho, dia udah nikah toh. Nikahnya sendiri sama pacarnya sendiri. Bukan pacar orang lain. Ya kali.

  Dapat kabar itu pas cek linimasa di sosial media dan bilang tentang hamil. Aku kira itu bercanda, ternyata pas ditanya. Itu beneran. Setelah ditanya-ditanya, ternyata aku diundang ke acara pernikahannya. Kurang beruntungnya undangannya nggak sampai ke aku.

  Sebenarnya ini bukan pengalaman pertama punya teman yang sudah menikah. Bahkan waktu aku duduk di bangku SMK kelas dua, temanku yang mengundurkan diri setahun sebelumnya mengundangku ke acara pernikahannya.

  Hebatnya, bukan satu orang, tapi dua orang. Semakin lama-semakin lama, pas sudah lulus, beberapa temanku juga ada yang nyusul menikah. Biasanya memang teman-teman wanita yang menikah lebih dulu dan kurang beruntungnya aku satu pun berhalangan hadir di acara tersebut.

  Bicara tentang pernikahan, itu sebuah dambaan semua orang. Karena berbagai alasan, nikah itu menjadi salah satu bentuk pencapaian. Setelah penantian lama memandangi doi tapi nggak deket-deket. Akhirnya kesampaian nikah dengannya itu seperti jackpot.

  Tapi, tidak semua beruntung dengan pernikahannya. Adakalanya mereka bermasalah. Tapi setidaknya bermasalah dalam pernikahan. Ternyata ada yang lebih buruk lagi, bermasalah di luar pernikahan. Mungkin agak ambigu, kita sebut saja kecolongan.

  Tidak sedikit juga mendapati teman yang kecolongan. Pastinya yang wanita. Terkadang aku sempat terkejut mendapati orang itu-orang itu ternyata begitu. Bahkan ketika pas aku masih duduk di bangku sekolah tingkat terakhir, ada salah satu temen jauh yang ternyata sudah mengandung lima bulan. Dan dia masih tetap sekolah.

  Di sini terbukti, moral anak muda sekarang sudah semakin kacau. Bukan berarti moralku sudah sepenuhnya benar. Secara keseluruhan, kecolongan sepertinya sebuah hal yang tak mengherankan lagi. Seolah-olah itu sebuah tabiat yang dibenarkan.

  Bahkan ada yang bilang, 'Tandai' dulu, baru nikahin. Pikiran seperti itulah yang mulai merusak. Dan para wanita termakan oleh rayuannya. Tidak selamanya para lelaki itu mau bertanggung jawab. Lebih menyedihkan sudah di 'tandai' lalu pergi begitu saja.

  Namun, itu bukan cerita baru. Itu cerita lama. Bahkan orang-orang sudah mulai bosan mendengarnya. Paling hanya mengeluhkan wanitanya atau prianya. Parahnya, mereka hanya membodo amatkan, mereka tak pernah peduli untuk membenahinya.

  Bahkan, waktu itu aku bangun dari tidur. Cek linimasa, terus ada adik kelas yang baru lulus di statusnya bilang. "Sepulang kerja, temenin si ini ke rumah sakit buat cek USG dulu ah." Dengan bodohnya ia menandai temannya itu.

  Aku sedikit penasaran, aku buka komentar-komentarnya. Tertulis kurang lebih seperti ini. "Ah, gue pusing banget, tae!" dari seorang yang ditandai temannya itu.

  Lama-lama semakin kebawah komentarnya semakin membuktikan bahwa itu aib yang diumbar-umbar. Mungkin jika aku jadi orang yang merasa dirugikan, temanku itu sudah aku bacok mungkin. Bagaimana tidak, itu aib, benar-benar aib, siapa yang tidak malu--kecuali dia sudah menikah--diumbar di sosial media yang dilihat jutaan orang.

  Setelah beberapa lama baca komentarnya aku semakin kepo, aku buka wanita itu. Ternyata dia memang adik kelasku pas SMK. Aku lihat statusnya, ya, sepertinya dia lagi ketakutan ketahuan sama orang tuanya. Terus tertulis juga ia sepertinya menyesal.

  Mungkin aku sudah sering melihatnya, sudah beberapa orang teman disekolahku yang pernah menyesal seperti itu. Karena kebablasan masa depan dibuatnya menjadi sekelingking lagi. Hidupnya seolah dipercepat. Di waktu yang tak tepat.

  Inilah kenyataannya. Pertama aku pikir hanya hidup di kota yang pergaulannya luar biasa. Tapi, setelah pindah ke tempat yang bisa dibilang desa. Ternyata tak ada bedanya. Sama-sama mengerikan jika tak benar-benar mengerti arti sebuah kehormatan.