Setelah liburan di mulai, aku mendapati kakekku sakit parah. Saat itu liburanku adalah liburan terbaikku. Sepulang dari luar negeri, kakekku beberapa minggu kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit. Kakek terpaksa dirawat inap. Dan kebetulan saat itu aku libur, sehingga aku yang mengurus kakekku. Sepanjang hari. Sepanjang liburku.
Kenapa aku bilang liburan terbaikku? Karena di saat itulah, momen-momen aku bisa bersama kakek dua puluh empat jam. Bisa melihatnya terbaring lemah di atas ranjangnya. Tak banyak berkata, bahkan tersenyum saja ia kesulitan.
Liburanku usai, kakek sudah boleh pulang. Tapi, itu bukan akhir cerita. Aku kembali masuk kuliah. Di awali dengan pelajaran-pelajaran yang tak ada bedanya dengan semester satu. Kalkulus dan fisika, ia masih membayangi hari-hariku.
Di semester dua ini, aku akhirnya diikut sertakan dalam Olimpiade Telkom. Ya, aku ikut serta dalam basket. Aku mendapati tim B membawan nama jurusanku. Informatika. Pertandingan pertama adalah mimpi buruk. Aku tak ikut serta, tapi timku kalah pada pertandingan pertama.
Lalu pada pertandingan kedua, aku ikut serta, tim kami berhasil memenangkan pertandingan secara telak. Ya, itu memang lawannya saja memang tampak mudah. Bukan kami yang jago. Lalu pertandingan ketiga. Ini adalah pertandingan tersial.
Pada pertandingan ketiga, tim kami nyaris menang. Saat itu aku hanya menjadi penghuni bangku cadangan. Dua menit menjelang berakhir, timku unggul tujuh poin. Tapi, persetan dengan waktu. Di menit terakhir, saat timku unggul satu poin. Dua tembakan free throw berhasil membalikan kedudukan. Dan timku kalah di detik terakhir. Timku pun gagal lanjut ke babak knock out.
Tapi, tim A berhasil lolos. Dan lawannya siapa? Ya, lawannya tim yang berhasil mengalahkanku. Beruntung tim A berhasil membalaskan dendam. Tim A terus melaju, hingga final tiba. Dan mendapati runner up, juaranya adalah tim pertama yang berhasil mengalahkan timku.
Di Semester dua ini juga banyak hal yang terjadi, salah satunya aku mengikuti organisasi Al Fath. Aku mendapati divisi Syiar Media. Aku berkelut dalam sana, organisasiku bertambah, temanku pun juga bertambah.
Al Fath TES 2014 |
Aku jadi sering rapat di pagi hari, jam 5 pagi bahkan aku rapatnya. Ya, setengah enam deh mentok-mentoknya. Tapi, itu benar-benar luar biasa. Aku jadi dipaksa untuk bangun sepagi itu. Di sana aku terus menjalani tugas-tugasku menjadi seorang penanggung jawab sebuah program kerja ESTAFET. (Sms Tausiyah Al Fath TES).
Setelah itu, ada makrab dari UKM Masyarakat Jurnalistik. Di sana, aku dapat banyak teman lagi. Dari yang tidak kenal menjadi kenal. Makrab yang diadakan di lembang itu sukses membuat malamku tertawa-tawa oleh penampilan-penampilan masing-masing grup.
Makrab Masyarakat Jurnalistik 2014 |
Setelah makrab Masyarakat Jurnalistik berakhir, jauh hari ke depan, makrab PhotoST pun segera tiba. Di sana juga akan ada pelantikan. Tempatnya nggak jauh dari tempat makrab Masyarakat Jurnalistik. Di lembang pula, tapi kini dengan villa yang berbeda.
Awalnya kami masih senang-senang, tapi ketika tengah malam tiba. Kami dibangunkan dan digiring dengan mata tertutup ke ruang tengah. Lantas post to post untuk melewati rangakaian acara itu. Bahkan ada momen aku berdebat dengan salah satu senior, ada pula aku dan grupku harus meminum kopi dengan garam serta bawang. Rasanya aku ingin muntah saat itu.
Tapi, akhirnya sukses dengan penerbangan lampion yang indah serta pemakaian selayer. Ketika penerbangan lampion nyaris saja membakar satu pohon. Saat itu kami terbahak-bahak, sampai satu senior naik ke atas melempar air dengan gayung, tapi airnya hanya jatuh kebawah tak mengenai area yang terbakar itu.
Setelah acara makrab dari PhotoST. Aku mendapati pengalaman jualan setiap minggunya sebanyak dua kali. Aku mendapati diriku mengikuti kepanitiaan Perfection yang diadakan sama UKM Masyarakat Jurnalistik sendiri.
Acara itu pun diadakan saat menjelang UAS. Tapi, kita bahas dulu sebelum UTS. Ada momen di mana aku benar-benar kesal. Ya, aku mendapati praktikum hari sabtu jam setengah tujuh. Dan rasanya itu menjengkelkan. Pernah suatu hari aku mendapati aku ketiduran hingga pukul delapan. Dan apa? Modulku jadi nol!
Persetan dengan ketiduran. Aku kesal saat itu, ya tapi gimana lagi. Akhirnya aku hanya bisa pasrah dengan modul nol itu. Setelah kejadian buruk itu, banyak rentetan hal buruk lagi. Harddiskku hilang, bola basketku hilang, sendalku hilang, cintaku hilang, lho, dan kakekku benar-benar menghilang. Meninggalkanku dari dunia fana ini.
Tahun yang sungguh berat. Aku terpaksa bolos kuliah untuk pulang ke Jakarta dan mendapati kakek terbujur kaku di atas kain kafan yang sudah tertutup rapat. Aku bahkan tak bisa melihat wajahnya. Keesokan harinya, aku ikut menguburi kakekku di kotanya, Pemalang.
Kesedihan terlintas hinggap di seluruh keluargaku. Begitu pun aku. Tapi, apa daya, tak ada yang bisa aku lakukan. Setelah aku kembali ke kosan. Bayangan kakek terus menghantuiku. Suasana hening di kosan benar-benar mengingkatkan aku dengan beliau. Pertama kali ia ke sini, pertama kali ia begitu bahagia meninggalkan cucunya di kota ini. Aku pun teringat saat ia membawakan barang-barang kebutuhanku seorang diri. Di bawah hujan, ia terus merangsek ke kosanku tanpa peduli betapa beratnya perjalanan itu dengan barang segitu banyaknya.
Tumpah sudah kesedianku saat itu, rasanya aku ingin terpuruk. Tapi, aku akan menyia-nyiakan usaha kakekku untuk menguliahkan aku di kota itu. Setelah kejadian kesedihan itu, ada lagi kesedihan yang menyita waktku.
Sebelum kakek meninggal, kakek bilang ingin membelikan laptop padaku. Aku pikir itu bercanda, ternyata ketika kakek sudah meninggal. Ia menitipkan uang untuk laptop baruku. Tapi, betapa pedihnya kehidupan. Aku beli laptop yang aku inginkan dan ternyata. Aku mendapati kesialan saat itu.
Setelah semua itu. UTS pun tiba. Aku belajar h-1 dengan susah payah dengan segala kemampuan yang ada. Aku selalu terjebak dengan kata sulit. Aku mendapati kesulitan saat mengerjakannya. Dan itu benar-benar menyebalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu