Senin, 09 Juni 2014

Kilas Balik Semester Satu part dua

  UTS tiba, benar-benar mimpi buruk yang menjadi nyata. Saat itu aku tak benar-benar memahami pelajaran yang ada. Terbentuklah kami satu kelas belajar bersama di sebuah ruangan. Atau bisa disebut kantin, perpustakaan dan banyak lagi tempat yang dijelajahi untuk belajar bersama.

  Meski sudah belajar bersama berhari-hari. Tetap saja ketika ujian, kami mendapati kesulitan. Lebih tepatnya aku. Aku mengerjakannya dengan patah hati. Soal persetan apa ini? Akhirnya nilai keluar, aku pun menuai kecewa. Tapi, dari situ aku menemukan sesorang yang unik. benar-benar unik.

  Orang itu memliki sifat introvert. Tertutup banget, tapi dia genius. Bahkan walau di SMA dia sudah membuat game yang nggak kalah keren dengan game yang beredar sekarang. Anak kelas sering memanggilnya Master atau AA.

  Dia sangat sempurna di Informatika. Semua pelajaran ia kuasai dengan mudah. Ia tak pernah belajar, tapi ia mengerti. Itulah orang genius. Sempat aku berbicara banyak dengannya. Saat itu ia bilang kerjaannya ketika lengang hanya tidur dan menonton anime.

  Tapi, persetan dengan anime dan tidur. Dia tetap saja genius. Memahami berbagai materi dengan sekali berpikir. Cara ia berpikir itu yang unik. Sampai-sampai aku nggak bisa berpikir, seperti apa cara pikirnya. Pokoknya dia orang unik yang sekarang sering ngebanyol dengan aksi tak lazimnya walau tetap so cool.

  Setelah mendapati hasil UTS yang tak memuaskan. Kita beralih ke Dies Natalis Informatika. Ya, ulang tahun fakultas sekaligus jurusanku. Di sana terdapat lomba-lomba seperti futsal, basket, badminton.

  Ada pula yang intelektual, tapi aku lupa. Kita mulai saja saat opening. Ya, wanita berjilbab itu sempat beberapa detik mengambil alih pikiran dan pandanganku. Saat itu aku datang terlambat karena harus mengikuti course bahasa inggris dari kampus.

  Pembukaannya cukup meriah. Sampai akhirnya pertandingan demi pertandingan terjadi. Kita bahas dari futsal terlebih dahulu. Sebagai tim yang menurutku seadanya, dengan pemain yang bisa benar futsal hanya segelintir. Kami sukses membuat kerepotan. Walau pada pertandingan pertama kami kalah. Kalah dnegan lawan yang sempat kami kalahkan saat sparing.

  Saat itu kami skip sekelas oleh pelajaran kalkulus yang diajar bapak yang tak kalah uniknya. Bapak ini, suka memaksa kita untuk mengerti dan terkadang ngebanyol dibalik sifat ketegasan yang selalu beliau tunjukkan. Ia pun memiliki kata-kata khas. Seperti, "Paham ya? Paham? Kalian harus paham!?" sampai-sampai kamu rindu akan beliau karena ucapannya itu.

  Lanjut ke futsal, kami kalah pada pertandingan pertama. Seolah kami merasa sudah pupus. Kami lanjut lawan kakak kelas, herannya kami justru menang. Lalu berikutnya lawan kakak kelas lagi. Kami menang lagi. Apa-apaan ini? Saat lawan angkatan yang sama. Kami hanya menuai seri. Karena hujan sih sebenarnya. Dan beberapa pemain yang blunder.

  Kami pun sukses menjadi runner up dan lolos ke babak knock out. Tapi, cerita itu tak semenarik sebelumnya. Kami kalah telak dengan angkatan atas yang memang memiliki kiper yang jago. SAat itu kejuaraan futsal bagi kami telah usai.
Tim Futsal iFive beserta Garis Keras Pendukungnya

  Lanjut ke basket. Sebenarnya ada harapan di sana, aku dan kedua temanku bisa basket. Ya, cukup memadailah. Kami melakoni pertandingan pertama. Sukses, sungguh sukses. Kami mengalah dua pemain yang bisa dan satu tak bisa angkatan ekstensi. Dan kalian tahu? Salah satunya ketua basket Informatika. Dan dua orang yang bisa basket itu setim sama aku pada kejuaraan olimpiade, itu masa semester dua. Nanti kita lanjutkan.

  Lanjut ke pertandingan kedua, sukses pula kami menang. Menang tanpa lawan, alias WO. Setelah menang, pertandingan ketiga, aku menghadapi temanku sendiri yang tak lain adalah tim inti basket kampus ini. Kami kalah, kalah satu point. Oke, itu menyesakkan. Kejuaraan basket pun usai bagi kami.
Tim Basket iFive Beserta suporter unyunya

  Selanjutnya kejuaraan badminton. Di sini, aku mendapati seorang yang diluar dugaanku. Keturunan papua, pria yang unik. Tapi, lama tinggal di Bandung. Salah satu pemain dari kelas kami. Siapa yang menyangka dia memang atlet bulu tangkis sungguhan? Ya, dia sering mewakili fakultas dalam kejuaraan badminton di kampus ini. Dan apa? Ia sempat runner up bahkan keluar menjadi juaranya.

  Tapi, sayang tidak untuk di kelas kami. Karena memakai sistem group, kelas kami kalah pada saat ganda wanitanya. Oke, bukan masalah. Tapi, benar-benar pertandingan kedua badminton menjadi akhir kejuaraan kelas kami di Dies Natalis Informatika.

  Closing tiba, kami makan-makan. Dan aku mendapati hal baru lagi, bukan, bukan wanita berhijab itu. Dia memang membuatku selalu tersenyum. Tapi, kini aku mendapati satu band indie asal kampus ini yang menarik perhatianku. Musiknya yang entah apa genrenya, aku kurang fasih dengan musik. Tapi, aku bisa merasakan musik yang enak. Dan musiknya sungguh enak.

  Salah satu pemain gitarnya dengan unik memainkan layaknya biola. Entah bagaimana mendeskripsikannya, pokoknya seperti itulah. Salah satu pemain gitarnya pula mirip teman kami, ya, si anak introvert nan genius itu. Kamu menyoraki dan menertawainya. Dia hanya tersenyum dan menyanggahnya saja.

  Setelah Dies Natalis lewat, kami ingin mengadakan makrab. Namun, gagalnya. Akhirnya kami sempat jalan bersama-sama, walau nggak sekelas. Tapi cukup mengasyikan. Oh ya ada momen yang menjengkelkan pula.

  Momen itu saat aku sudah susah payah bersama ketiga temanku begadang untuk mengerjakan tugas di gazebo atau saunk di depan gedung kuliah dengan kedinginan, ternyata dikumpulin dua minggu berikutnya. Ya, kami hanya bisa tersenyum-senyum.

  Ada momen juga di mana adanya flowers day. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia, seseorang mengetuk pintu dan menyebut namaku. Aku terdiam, pertama di kelasku ada dua nama yang bernama Hilmy. Kedua, ada apa?

  Lantas kakak kelas yang mengetuk pintu ruang kelas itu menjulurkan sebuah bunga dan memanggil namaku. Aku yang kebetulan lagi begajulan di depan kelas langsung menghampiri dan bilang makasih. Semua berteriak 'cie' kearahku.

  Ada pula yang bilang. "Ah, paling lo ngirim ke diri lo sendiri my, biar nggak kelihatan jomblo kan?" ya banyak yang suudzon, tapi itu bercandaan kok. Haha. Atau mungkin memang iya alam bawah sadar yang mengirim boneka itu? Nah loh.


   Ada tulisannya di atas bunga itu. Yang isinya kurang lebih kayak begini. "Allah paling tahu apa yang akan Hilmy lakukan." ya kurang lebih begitu. Aku sih tersenyum-senyum saja. Hehe.

  Selang beberapa lama sebelum UAS. Akhirnya aku kenal dengan wanita berjilbab itu. Satu-satunya hal yang aku ucapkan pertama kali adalah melihat tugas besar miliknya. Lalu sok-sok mengerti gitu. Dan malam itu terasa singkat, karena tugas terus memaksaku untuk mengerjakannya.

  Tapi, sebelumnya kami sudah saling chat dalam konteks tugas saja kok. Perkembangan itu memang hebat ya. Awalnya tersenyum melihatnya, kini sedikitlah, tersenyum melihat chatnya. Hehe. Oke bagian ini skip ya.

  UAS nyaris tiba, aku sempat pulang ke rumah saat minggu tenang, lalu kembali saat menjelang ujian. Berbagai responsi kulakoni, berbagai kelompok belajar aku ikuti. Tapi, apa? Tak ada bedanya, aku mulai terpuruk di ujian.

  Pada akhirnya indeks keluar. Sangat tak memuaskan di Fisika. Jangan tanya apa, pokoknya itu tak pernah memuaskan. Tapi, aku bersyukur di Bahasa Indonesia. Saat UTS aku mendapati nilai jelek, beruntung ada cara pengajuan karya, akhirnya UTS-ku jadi seratus. Yeah.

  IP semester pertama pun keluar. Liburan pun di mulai. Oh ya, paling menyebalkan adalah saat UAS ketika tahun baru. Biasanya yang liburan kini malah UAS. Ok, tak apa. Terpenting selanjutnya adalah liburan tiga minggu.

  Semester satu pun berakhir. Aku mulai mengenal anak-anak satu kelas. Mengenal organisasi. Dan saat itu aku mulai mengenal kepanitiaan. Oh ya, aku juga ikut rekruitasi seperti ukm PhotoST yang panjang. Lalu aku juga mendapati hobi baru. Ya, lari atau jogging hobi baruku saat itu.
Telkom Runners
Open Mind PhotoST

  Sekarang, setiap tak ada kerjaan, kerjaanku hanya lari mengelilingi danau galau. Alih-alih bertemu sesosok yang... Entahlah. Aku tak pernah membayangkannya, aku berlari dan saat itu pula menjadi hobi baruku.

  Terakhir, di semester satu, saat di Bandung, pokoknya saat kuliah. Tata bahasa pun mulai sopan. Kalau ngomong sekarang jadi aku kamu, bukan gue elo. Ya, terkadang juga pake bahasa daerah situ. Seperti urang maneh. Pokoknya banyak hal di semester satu!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu