"Saya sebagai Introvert adalah penjaga perasaan abang yang Extrovert. Jangan sampai buruknya perasaan saya atau emosi yang tidak stabil mempengaruhi abang yang tipe mengambil semangat dari lingkungan. Sebagai Introvert yang menikah dengan Extrovert saya merasa terpacu untuk terus bahagia. Sebab kini saya adalah dunia kecilnya :) semangatnya, pencipta bahagia dalam hatinya." - Alizetia
*
Belakangan ini pikiranku sedikit terganggu perihal Extrovert, Introvert, dan Ambivert. Mungkin aku belum pernah tes kepribadian secara resmi, tapi dugaan kuatku aku adalah orang yang condong ke Extrovert.
Aku benar-benar kepikiran setelah membaca tulisan Mbak Alizetia. Btw, itu tulisannya manis lho, suaminya benar-benar membutuhkan Mbak Alizetia sebagai sumber energinya, oleh karena itu Mbak Alizetia harus mengumpulkan energinya sendiri dan memancarkan energi baiknya untuk suaminya.
Perihal energi itu aku mulai merasa... ini pun terjadi olehku. Aku pria extrovert yang sangat senang sekali bisa berjumpa dengan cukup orang. Tidak terlalu banyak dan juga tidak sendirian. Tentu saja bagiku ada kadar yang benar-benar bisa membuatku berenergi atau membuatku aku kelebihan energi hingga tak mampu berbuat apa-apa, atau sendirian yang membuat aku benar-benar merasa enggan untuk berbuat apa-apa.
Aku memang mudah sekali terpengaruh hal sekitar--lingkungan. Contoh sederhana, setiap kali ada agenda pergi ramai-ramai, aku sangat senang sekali, terlebih jika semua orang ikut dengan bersemangat, tapi jika satu orang saja tidak jadi ikut, aku seperti takut, rasanya kayak udah lah gak usah jadi aja, habis ada yang gak ikut jadinya gak seru. Apalagi kalau yang nggak ikut itu yang ngajakin atau orang yang kupikir cukup penting. Atau mungkin contohnya kalau ada yang memandang sinis agenda perginya itu, aku jadi merasa, ada yang salahkah? Apa aku membuat kesalahan sehingga ada yang sinis?
Selain karena semua itu menjadi energi untukku sendiri, perihal orang perasa itu membuat semuanya semakin rumit. Jadi banyak prasangka dan tidak enakan, hingga akhirnya jika ada satu orang saja yang memandang sinis sesuatu itu, aku langsung lemes dan males, bahkan rasanya ingin tak ikut campur, apa lagi mengganggu orang itu.
Begitu pun jika dalam sebuah tim. Ah betapa menyenangkan sekali belakangan ini semua orang terlihat gembira, terlebih salah satu orang di tim kami akan menikah dua minggu lagi. Banyak hal yang bisa dibicarakan, semua memiliki senyuman yang kurang lebih sama.
Aku pun sangat bersemangat, saking semangatnya aku mengoceh terus bahkan aku sampai tidak pakai headset dalam bekerja karena terus-terusan ada saja yang bisa diobrolkan. Tapi, aku bisa menduganya, ini akan menjadi bom waktu sendiri.
Aku ingat sebuah kata-kata, "semakin banyak bicara, semakin banyak kesalahan yang tercipta" kurang lebih intinya begitu. Terkadang pun aku ngomongnya sangat susah dikondisikan, apalagi sedang semangat-semangatnya begini.
Tapi, beberapa waktu yang lalu, ada satu orang yang jika aku lihat kok masang wajahnya tuh cemberut mulu ya, aku ingin nanya tapi takut ikut campur, tapi pas rapat atau apapun aku benar-benar merasa terganggu, aku takut berbuat apa-apa akhirnya membuat masalah semakin panjang.
Sehingga aku lebih memilih tidak terlalu berisik, aku bercanda ke orang yang dekatku dan tidak ingin mengganggu orang itu. Sampai akhirnya orang itu heran, ketika kerjaan yang harus melibatkannya tapi aku tidak datang kepadanya, aku benar-benar bingung. Energi yang dipancarkan dari wajah yang cemberut itu benar-benar mengusik pikiranku, dan aku berusaha keras untuk bodo amatan, tapi malah aku seperti menghindari orang itu, padahal belum tentu kita berdua punya masalah.
Ah, prasangka orang perasa.
Dari perkara-perkara itu, aku akhirnya paham bagaimana extrovert itu bekerja. Aku benar-benar membutuhkan orang-orang di sekitar--lingkungan, dan semoga orang-orang disekitarku berbahagia semua, biar aku pun semangat hehe.
Satu hal terpenting, tim itu berjuang bersama, aku harus lebih pandai membuat kita semua sama-sama sedang berjuang untuk mencapai sesuatu. Aku sangat senang jika berhasil mendapat pencapaian dan merayakannya, rasanya seperti memang benar-benar telah bergerak tim ini, benar-benar ada rasa hal yang telah tercapai.
*
Sebagian besar orang-orang di timku sepertinya introvert dan pendiam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu