Sudah setahun.
Tidak terasa ya sudah setahun berlalu, rasanya baru kemarin aku pergi meninggalkan begitu banyak masalah yang belum berakhir dan mungkin ku merasa tak akan pernah bisa berakhir.
Aku pikir, saat itu, hanya ada rasa sakit yang membekas, atau mungkin kenangan-kenangan buruk yang terngiang di kepala. Tapi, waktu rupanya berbicara, semua mungkin sudah bahagia pada waktunya, pada tempatnya, pada alasannya. Walau masih tersisa kenangan-kenangan buruk itu, lalu membuatku bertanya, kenapa yang terngiang atau teringat itu kenangan-kenangan buruknya? Kenapa tidak kenangan menyenangkannya?
Manusia tergoda setan, lebih suka keburukan.
Aku senang, semua baik-baik saja pada akhirnya.
Sudah setahun, dari anak lab di Jakarta sangat komplit, hingga sekarang, entahlah, semua punya urusan masing-masing, kebutuhan masing-masing, mimpi masing-masing, hingga akhirnya beberapa meninggalkan Jakarta ini.
Sudah setahun, aku benar-benar tidak tahu harus berbicara kepada siapa, tidak tahu harus bercerita aku sedang bahagia, atau sedang sedih, atau mungkin sedang bingung. Dimana pada akhirnya aku tuangkan semua disini, dari merasa aku seperti tidak bisa berhenti menulis, sampai malu sendiri karena tulisannya terlalu gamblang, kurang improvisasi, kurang kunikmati.
Sudah setahun pula, aku kembali aktif lagi di blog ini, bahkan lebih sangat aktif tepatnya. Mengeluhkan segala masalah, segala hal, atau sedikit berbisik beberapa cerita, yang mungkin tidak begitu penting, tidak begitu tepat untuk diceritakan.
Sudah setahun, akhirnya aku kembali tinggal dengan kedua orang tuaku. Kali ini menjadi anak tunggal lagi. Mulai belajar menjalin komunikasi dengan keluarga, mulai banyak cerita, sampai ummi heran. "Ternyata Hilmy nggak pendiem ya." Dan aku tersenyum-senyum sambil bicara dalam hati. "Nggak tahu aja gimana kelakuan anaknya di luar rumah."
Bicara setahun, aku jadi ingat dulu pernah ditolak sebuah perusahaan besar karena belum punya pengalaman kerja setahun. Terus jadi kepikiran, mau coba apply lagi? Haha, entahlah.
Sudah setahun, membuatku bertanya-tanya, seperti apa ya Hilmy versi 3? Hilmy yang beda dari zaman SMA dan Kuliah. Pikirku, aku harus lebih banyak pakai otak sekarang, harus lebih banyak mikir dan merenung, terus jadi batu. Eh, maksudnya jadi bijak gitu, tapi ya biarkan saja semua berjalan dengan sendirinya.
Sudah setahun, aku menikmatinya, mungkin, aku memaknainya lebih baik sekarang, walau banyak hal yang tidak menutup membuatku sedih dan berkutat pada kata menyerah. Tapi, kata Mas Salingga tadi. "Masa lalu itu..."
Ah, sial, aku lupa lanjutannya apa.
Haha. Intinya, tadi Mas Salingga komentar soal, penilaian terhadap masa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu