Rabu, 21 Agustus 2013

312

  Sudah seminggu sudah gue menetap di Bandung yang fana ini. Semenjak rabu minggu lalu hingga sekarang. Gue masih belum berjumpa sama yang namanya hujan. Belum berjumpa sama yang namanya ketenangan.

  Sejauh ini gue merasa hidup gue benar-benar berantakan. Badan suka kurang bugar, kelaperan dimana-mana, masuk angin tak pernah tertinggal, dan maag juga selalu menghampiri. Ini memang menyedihkan.

  Gue yakin, semakin kurss gue nanti. Sapu lidi bakal gue kalahin kurusnya. Gue bakal jadi pemegang rekor orang terkurus sedunia. Entahlah. Uang juga menipis. Terlalu banyak keperluan yang tak diduga. Contohnya kaya beli rambut palsu. Eh, tapi engga deng, itu bualan belaka. Halah.

  Sekarang gue punya tempat tinggal dua, kalau gak kamar kost gue, ya asrama gedung E kamar 312 ini. 312 ini menjadi tempat tongkrongan anak IF yang antah berantah keberadaannya. Tapi, cukup gue akui. Baru seminggu berlalu tapi disini udah solid banget--anak-anaknya.

  Namanya makanan di kamar ini pasti jadi milik bersama. Kamarnya walau selalu berantakan tapi selalu ramai. Gue akhirnya gak kesepian lagi. Tapi, ketika mereka semua bermain game dengan laptop keren-kerennya.

  Gue angkat tangan. Pada akhirnya gue nulis blog ini. Ya, mereka sedang asyik game tak terlalu baru. Laptop mereka rata-rata mereknya. As*s yang harganya menengah dan speknya luar biasa buat gaming. Sementara laptop gue? Oh hell.

  Bayangkan saja, laptop gue lahir lima tahun--kurang lebih--yang lalu. Dengan spek biasa-biasa saja, dan merk yang lebih biasa lagi. Sebenarnya lumayan. Dizaman itu. Zaman bahela yang dimana Bahasa Indonesia saja belum ketemu.

  Waktu Ir.Soekarno proklamasi pun sudah tercipta. Oke, ini berlebihan. Tapi, gue sedikit miris dikamar ini kalau melihat mereka dengan laptopnya sedang berasyik ria. Laptop gue paling banter bisa game solitare, itu juga sekali pindah kartu butuh waktu setengah. Jam.

  312 juga ngajarin gue gimana caranya masak nasi. Demi, gue bukan pembuat nasi yang baik. Terakhir buat nasi jadi kacang. Garing. Semenjak itu gue taubat membuat nasi, lalu beralih membuat air panas saja. Karena, ketika gue buat. Airnya menjadi nikmat. Sebenarnya itu lazim ke semua orang sih.

  Selain itu, disini gue juga diajarin menjadi pemalas. Dimana tugas belum pada ngerjain. Begitu menyedihkan ya, memang begitu. Pada dasarnya juga sih gue males ngerjain tugas. Dan test demi test akan gue lampaui. Kemarin, baru test fisika dan matematika sudah terlewati.

  Bicara test itu, demi apapun. Siapa yang ciptain fisika dan matematika sebagai pelajaran sih? Susah banget. Gue paling ngisi lima belas dari enam puluh soal. Gimana? Hebat bukan? Gue yakin gue gak bakal jadi mahasiswa baik. Tapi, baik banget. :p

  Gue bahkan belum sama sekali ngerjain tugas, tugas biodata tepatnya. Tugas ini memang tugas modus. Minta biodata maba-miba. Oke, minta biodata ke miba itu benar-benar modus, banget. Beruntung gue belum. Jadi gue belum bisa dibilang modus.

  Rencananya, malam ini gue mau nongkrong di T-mart. Ngapain? Cari miba-miba untuk dimintai biodata. Eits, bukan modus, cuman ngoleksi kenangan. Loh? Gak kok, itu bercanda. Sedapatnya, mau maba atau miba. Terpenting tugas selesai.

  Satu lagi yang gue dapati di kota pinggira Bandung ini--desa. Bisa bahasa daerah adalah orang yang gaul. Gue hanya tercengang ketika mereka memakai bahasa daerah. Semoga dosa mereka dimaafkan oleh Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu