Selasa, 13 Agustus 2013

Merantau Kesekian Kali

  Tiga tahun itu singkat, tapi untuk dilupakan butuh berabad-abad.

  --

  Bak jarum jam, terus melaju ke depan tanpa sedikit pun mencoba melangkah kebelakang.

  --

  Jangan mencoba membaca kembali keatas, karena kamu akan memperlambat langkahmu.

  --

  Cukup, sekarang adalah waktunya, menghilangkan jejak bak ninja.

  --

  Tiga tahun taklah lama. Sekarang gue harus berpindah dari tempat yang gue huni selama mengenal dunia SMA/SMK. Rasanya gak sedih, gak juga senang. Tapi, luar biasa seneng. Iya, gue males banget gak punya temen setiap harinya. Jauh dari mana-mana. Termasuk dari hatinya... Aaaa...
  
  Sekarang gue ngetik dalam kondisi memperhatinkan. Lu bayangkan, setitik debu masuk ke mata bisa buat lu merasa buta sementara. Perih. Itu baru setitik debu. Gue lagi ngebayangin sama orang yang pernah bilang. "Ada wajahmu, dibola mataku."

  Perihnya semana coba? Semana!? Gilak, sakit banget itu pasti. Gara-gara mata gue kena debu dan keperihan. Gue besok harus pergi dari tempat tinggal ini. Gue akan melanjutkan kehidupan gue yang baru. Yak, gue akan pergi ke Bandung.

  Asek, jadi anak Bandung gue.

  Tulisan di atas tadi bukan gue yang ngetik. Itu, tangan gue yang begitu noraknya. Dari dulu memang sih gue jarang ke Bandung. Walau sebenarnya di rumah orang tua gue sekarang juga di Bandung. Tepatnya, Jl. Bandung 1.

  Lupakan intermezzo itu, kembali ke permasalahan. Setelah empat belas tahun lebih gue di Jakarta. Tiga tahun lebih gue di Bekas-Bogor sepuluh ribu-sepuluh ribu, yok angkut yok. Sekarang gue harus mengadu nasib dan mencari ilmu di kota yang dari tadi kita perbincangkan--Bandung.

  Yak, waktunya telah tiba. Gak bakal ada pendamping lagi dari orang tua. Tersisa hanyalah nasihatnya, ilmu-ilmunya, dan Agama yang telah dititiskan kedalam rohani ini. Bahkan, gue akan jauh dari teman-teman dan sahabat gue yang nggak selalu ada buat gue dahulu. Tapi, selalu di hati gue.

  Beberapa akhir ini gue sempat nonton film persahabatan. Rasanya saat mau pisah kayak begini dan sulit ketemunya lagi. Gue bakal kangen berat sama mereka. Mereka yang sering ngajarin gue hal baru entah itu positif atau positif. Semoga aja negtifnya gak gue ambil ilmunya.

  Well, empat tahun gue akan berguruh di Bandung. Itu juga kalau gue langsung lulus. Semoga pulang gak jadi ahli debus. Semoga menjadi ahli nembus. Nembus mimpi-mimpi gue yang antah berantah tapi gue yakin adanya. Karena, mimpi itu gue sudah bersiap untuk mencari ilmu sebanyak mungkin.

  Gue baru saja selesai persiapkan barang. Berasa kayak mau pindahan. Tapi, apa boleh buat. Gue orangnya begitu males, jadi penginnya semua tersedia. Repot kalau harus beli-beli lagi. Walau sebenarnya banyak barang yang belum gue beli.

  Tepat tiga tahun lalu, sebelum gue mengarungi dunia pendidikan tingkat atas. Gue mulai mengarungi dunia perblog-an. Gak sangka sudah tiga tahun gue cerita ditempat seperti ini. Rasanya sedih, karena sepi pengunjung.

  Akan tetapi banyak yang gue dapati. Dikala hati sedang berantakan, ketika gue menitikan kata disini. Rasanya sedikit tenang. Walau suka antah berantah nulisnya. Oke, ini posting terakhir sebagai anak Bekasi-Bogor sepuluh ribu yo...

  --

  Segenap rasa kupersembahkan. Untuk embun dipagi hari. Debu disiang hari. Senja disore hari. Dirimu sepenuh hati.

  --

  Abaikan mimpimu. Bila tak ada aku. Goreskan hatimu. Bila kita tak berjumpa lagi.

  --

  Karena, kamu harus tahu. Aku akan kembali. Walau pergi kejauh dilain hari. Tapi, itu pasti. Aku kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu