Rabu, 12 Desember 2018

Ketidakpentingan yang Ingin Kuceritakan #3

Uang itu baru bernilai ketika digunakan untuk apa.

***

Singa hanya akan melahirkan anak singa.

***

Benar-benar menyenangkan sekali naik kereta tuh, masih belom bosan naik kereta entah kemana pun. Apalagi bersama-sama, bercengkrama, bingung berbuat apa, akhirnya lewati setiap detik dengan bercerita.

***

Semalam pulang seperti biasa tidur sembari bawa motor, terus pas sadar kebingungan ini kok penampakan jalannya beda, ternyata saya muter-muter di bunderan...

***

Kemarin suaminya Muti, bang Bana,  heran. "Kok Hilmy bisa tahu semua orang-orang itu?" Lalu semua rebutan memberi penjelasan, dalam maksud meledek.

Aku hanya diam lantas bingung, lah iya, sejak kapan aku memperhatikan atau tahu mereka semua kelas dimana aja dulu dan kerja dimana.

Saat itu sedang membahas anak seangkatan dari 1 sampai 11 kita mencoba mengabsen orang-orang yang teringat.

***

Belakangan ini banyak cerita mengkhawatirkan, seolah kematian begitu dekat, tapi bukankah memang begitu? Kita saja tidak sadar. Eh aku maksudnya.

***

Akhirnya cutiku berguna.

***

Tiba-tiba Yono ngechat, ini awkward sih, walau terbilang dekat dari kerja, TA, hingga lomba, tapi untuk chattingan rasanya tidak pernah sebanyak ini.

Dan kali ini dia melakukannya, aku terus bertanya ada apa? ada apa? Dia nanya banyak hal tentang hal umum seperti kabar dan lainnya. Tapi, aku terus merasa aneh.

Hingga akhirnya, memang tidak ada apa-apa, cuman chat tentang kabar, kerjaan, jodoh, dan lainnya. Tidak ada maksud apa-apa.

Yono sebentar lagi menetap di Malaysia, orang ini memang hebat.

Ah, sedang kutulis cerita ini, baru ketemu maksud Yono apa. Tuhkan, aneh rasanya kalau tidak ada apa-apa. Akhirnya tahu juga, huh.

Kalian tahu lah tentang apa jika dua pria chattingan. Haha (memancing imajinaai)

***

Jadi, karena dapet uang melimpah di Ragnarok, aku akhirnya kembali bermain dengan semangat... Maafkan hamba ya Allah. Semoga tidak melalaikan lainnya... :")

***

Kemarin di rumah Muti, ada anak kecil namanya Agung. Anak kecilnya tuh gemesan, akunya jadi gemes. Awalnya susah banget diajak kerja sama, tapi menjelang maghrib, ketika dia menangis, aku berhasil menaklukannya, bahahahaha... Bermodalkan selotip, kita main bowling tapi saling serang, dari yang nangis tiba ketawa, bahkan dicampur malah... Karena gemas, kuculik saja dia ke mushola sebelah rumah Muti. Dia pun gemas, melukku sambil gregetan pas digedong.

Abis itu aku kepikiran, kalau ketemu anak yang gemesan, mudah ketawa, dan mudah diajak main tuh enak dibercandain yaaa... Tapi kurang berchallenge rasanya. Dulu adik sepupuku semuanya jutek, tapi memang sungguh bahagia sekali lihat orang jutek, orang bete, orang marah jadi tertawa tuh. Bukan kondisi, tapi paras yang lebih terlihat seperti itu.

***

Aku kepikiran, jadi guru TK aja kali ya. Tapi tapi aku gak mau guru utama, maunya guru pembantu aja, kalau diperhatikan aku tak pandai menjadi tokoh utama. Tapi aku suka jadi tokoh kedua terlihat utama. Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu