Jumat, 18 Januari 2019

Bias

Saat itu ada Flower Days di kampus, acara yang dibuat oleh himpunan jurusan lain. Banyak orang pengirim bunga yang bersiaga di tengah gedung perkuliahan dengan membawa berbagai macam bunga dan sedikit tulisan di setiap bunganya.

Aku melihat para pengirim bunga beraksi, berjalan menelusuri lorong kelas, lalu bertanya pada sebuah kelas, mencari sebuah nama, memberi bunga, lalu suara "Cie" terdengar keras. Adapun terlihat orang-orang berjalan membawa bunga yang mengindikasikan dia telah mendapatkan bunga.

Ah senang bukan jika ada orang yang mencintaimu? Mengagumimu? Dan memberikan perhatian untukmu? Tentu saja.

Rupanya, sore itu, pelajaran terakhir kelasku--Bahasa Indonesia--belum juga didatangi oleh dosennya. Lalu suara ketukan pintu kelas terdengar. Semua yang lagi beraktivitas terhenti, menoleh ke arah pintu. Seseorang membukanya, terlihat seorang pengirim bunga berkata.

"Ada yang namanya Hilmy?"

Eh?

Aku yang kebetulan lagi keliaran di meja terdepan dekat pintu lantas berjalan menghampiri. Lalu beberapa orang men-ciekan diriku. Aku mengambil bunga dan berterima kasih. Aku lupa tulisannya, yang kuingat seseorang mengagumi orang bernama Hilmy dengan segala aktivitas baiknya dan berharap Allah selalu menjaganya.

Semua terdengar hebat bukan? Ah, aku pun tidak bisa menahan senangnya. Entah siapa yang mengirim bunga itu, aku teramat senang. Tapi, ada suatu masalah.

Apa itu?

Di kelasku, ada dua orang yang bernama Hilmy. Karena kebetulan saja aku tadi di deket pintu, jadi aku yang mengambil. Bagaimana kalau Hilmy yang dimaksud disini adalah temenku? Hehe, semua jadi bias. Kalau aku mengakuinya serta merta, bukankah itu terlalu percaya diri? Kalau aku tidak mengakuinya serta merta, bila itu memang untukku, bukankah pesannya tak tersampaikan?

Untuk pengirim bunga, lain kali kalau ingin menyampaikan sesuatu, yang lebih lengkap ya ... yang lebih jelas ya ... siapa tahu yang diharapkan untuk paham jadi tidak yakin kalau itu untuknya? Atau sebaliknya, yang sebenarnya itu bukan untuknya, jadi terlalu percaya dari. Karena, terlalu bias.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu