Minggu, 13 Januari 2019

Turun Temurun

Waktu itu aku mendengar kata Zaki ke ka Wahyu. "Iya kak, aku belajar masak sama nurul. Keluar dari rutinitas menatap layar laptop mulu." Saat itu aku lupa sedang bahas apa.

Tapi kata-kata keluar dari rutinitas terngiang-ngiang di kepalaku. Aku pun ingin melepas rutinitasku. Begitu saja aku jadi kepikiran ngajak abiku main badminton weekend ini. Ah, tapi bukan abi rasanya kalau tidak punya alasan untuk tidak jadi.

Karena abi sibuk, akhirnya aku main sore itu sama umiku. Sabtu itu seharian rasanya sama umiku. Pagi sama umi, siang ketiduran padahal harusnya jemput umi, pas sampe rumah berdua doang sama umi, terus sore main badminton sama umi, tadinya abis maghrib mau pergi ke kota wisata bareng umi, tapi abi tidak mengizinkan.

Akhirnya aku main berdua dengan umi, kusudah bela-belain pinjem raket anak kantor padahal, tapi abi malah sibuk. Namun, aku terkejut ketika main sama umi. Lho? Umi ternyata bisa main. Aku kira bakal main sendirian dan umi cuman ambilin kok-nya saja. Tapi tidak, umi cukup pandai dalam membalikan pukulanku.

Kukira Susi Susanti saja yang jago main badminton, ternyata Evi Susanti (nama umiku) juga.

Niatnya aku mau ngerjain umi untuk mukul secara silang biar lari kanan kiri hehe, tapi yang ada sebaliknya, bukan, bukan karena umiku benar-benar jago, tapi karena berhasil mukul dengan keras ke arahku saja sudah syukur.

Tapi, sempat kita mendapati alur yang panjang tapi santai, ya untuk seorang umi, ini lumayan bangetlah, bahkan aku tidak menyangka umi sejago ini. Karena ku heran, ku pun bertanya pada umi tentang kemampuannya ini.

Ternyata sejak kecil, kakekku sering ngajak umiku main badminton, bahkan katanya dulu umi jagonya main voli. Wah aku baru sadar, mungkin kemampuan olahvragaku nurun dari umi ya...

Aku juga baru sadar ternyata abi jago gambar. Berarti turunan kemampuan gambarku dari abi ya... Kalau bahas turunan-turunan atau mirip-miripan anak kepada umi abi tuh rasanya lucu. Umi selalu ngeklaim yang baik-baik, lalu abi kebagian yang jeleknya, lalu abi selalu bete dan bilang. "Iya, yang baik mah umi semua, abi mah sisa-sisanya aja."

Lalu kami anak-anaknya tertawa. Tapi, seru sih mencari tahu siapa yang mirip gitu. Dari wajah aku paling mirip umiku, sementara paling mirip abiku si Ahmad.Makanya kadang kerasa banget kedekatan umi denganku, abi dengan Ahmad, walau mungkin itu perasaanku saja sih. Sisanya campuran haha. Terkadang aku jadi mikir, kira-kira kalau berkesempatan punya anak, Hilmy junior bagiaman ya? Lebih mirip ke aku atau tidak ya? Kalau mirip, apanya ya yang mirip? Kemampuannya atau fisiknya? Apakah hidungnya sebesar hidungku...? Haha.

Aku juga pernah dengar atau sedikit menyaksikan Ka Jay (salah satu orang kantor) dengan istrinya suka klaim-klaim anaknya lebih mirip dengan siapa. Kalau aku sendiri melihat, memang wajah anaknya condong ke Ka Jay, dan Ka Jay pun selalu bilang begitu dengan senangnya.

Tapi, aku sempat baca capton instagram istrinya Ka Jay, katanya walau paras anaknya mirip ayahnya, tapi jika diperhatikan seksama, bentuk wajahnya itu seperti ibunya. Aku mesem-mesem bacanya, entah kenapa ngeklaim gitu-gitu rasanya lucu.

Lain hal, gara-gara tahu umi bisa main badminton karena waktu kecil kakekku ngajarinnya, aku jadi paham pentingnya anak diberikan banyak aktivitas. Selain mencari tahu bakat dan kesukaannya, hal-hal yang dikerjain sang anak akan membekas hingga besar, dan anak bisa menuai apa yang pernah ia lakukan, walau tidak jago, tapi setidaknya sudah memiliki pemahaman dasar sehingga tidak kaku.

Itu pun yang aku rasakan, karena kecil main semua olah raga, setidaknya ada pemahaman dasar di banyak olahraga, jadinya bisa ikut ini itu ini itu, tapi ya begitu, ndak jago... Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu