Jumat, 11 Januari 2019

Hilmy yang Berisik

Waktu itu Ikhsan bertanya suatu hal tentang menulis, aku jawab begini. "Gue tuh ya, bukan lagi menyempatkan nulis blog, tapi hal apapun yang tejadi di setiap detiknya udah gue set dalam format tulisan blog." sebenarnya nggak gitu sih, tapi intinya kurang lebih begitu.

Jujur saja, semakin hari, kepala nih kayak apa-apa tuh bisa ditulis dalam blog, kalau dulu tuh kepikirannya hal-hal penting, menarik, dan lucu. Kalau sekarang kayak, ada kejadian, dan aku mikir gimana menulisnya dalam sebuah blog. Bagaimana pembukaannya, walau akhirnya di depan layar tulisannya agak payah ya...

Bahkan aku bilang ke Ikhsan. "Sampai-sampai, pas gue nggak bisa buka tutup kaleng aja, gue tulis di blog." seraya aku menunjukkan jumlah tweet twitterku yang mencapai 85 ribu tweet. "Lihat, betapa berisiknya gue." Kataku. Ikhsan ketawa-tawa aja dia.

Terus, aku tadi iseng baca blog teman kantor yang udah lama sekali dia tulis. Aku baca tentang menyempatkan diri dalam menulis blog. Dia merasa sedih karena setahun cuman bisa nulis 3. Ok, kehidupannya mungkin sungguh asyik, aku tidak tahu pasti.

Tapi, jika aku berkaca ke diriku sendiri, tahun kemarin aku nulis 300 lebih judul postingna. Ini namanya bukan menyempatkan diri lagi, tapi penyakitan. Aku tak tahu tujuan menulis semua itu apa. Mungkin lebih tepatnya karena aku kesepian, tidak ada yang ingin mendengarkan ceritaku, aku terlalu cerewet, aku bisa gila jika tidak mengeluarkan pikiran di kepalaku, ya pokoknya banyak kepayahanku itu yang menjadi alasan aku menggila di tahun kemarin. Jadi bukan menyempatkan diri lagi, tapi penyakitan...

Rasanya, aku harus perlahan move on dari menulis blog doang dengan tulisan fiksi lainnya. Kapan ya aku bosen untuk curhat dan curhat? Ah, kamu tuh pria loh, My! Oke-oke, kita coba pelan-pelan yaaa... Bismillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu