Senin, 17 November 2014

Pada Akhirnya Waktu Merekamnya

  Inilah salah satu bagian terindah dalam hidup. Sebuah kenangan. Ya, kenangan suatu anugerah terindah. Saat kau mengingatnya dan meresapi yang telah terjadi itu. Kenangan seolah memaksa otak mencerna semua yang terekam, menghidupkan kembali cerita lama walau hanya sebuah bayang-bayang.

  Tapi, seperti itulah kenangan bekerja. Dengan mengingatnya, ada rasa sedih, gembira, kesal, dan bahkan membuatmu senyum tak kepayang. Begitulah kenangan dibuat. Dan di era yang sudah luar biasa ini, kenangan tak hanya bisa direkam diotak. Banyak peralatan canggih untuk merekam kenangan tersebut.

  Entah foto, tulisan, atau bahkan video yang menggemaskan. Kenangan bisa kita nikmati lebih dari sekadar bayangan dipikiran. Terlihat begitu nyata, dan suatu saat mungkin ada peralatan yang membuat kenangan itu terasa begitu sangat nyata. Seolah kita kembali ke sana, benar-benar kembali.

  Entah dengan image processing yang begitu dahsyat atau apa. Tentu saja itu bukan hal yang mustahil. Ya, suatu saat kenangan kian menjadi nyata. Dan disaat itu pula, kenangan mungkin bisa jadi biasa atau mengesankan. Aku tak peduli.

  Kini kenangan terasa hadir, saat beberapa kata terucap dan sejuta sel diotak mencerna. Oh betapa manisnya dahulu kala, walau kata-kata manja lebih sering terucap dan rengekan kecil yang menggoda seolah bertanda, aku begitu bahagia.

  Kenangan. Oh betapa senangnya memiliki kenangan. Semuanya terasa berharga. Saat kita tersadar, bahwa itu momen terbaik yang pernah ada. Momen tersulit yang pernah dilalui. Sebuah senyuman tipis dari bibir ini telah membuktikan, waktu berjalan begitu cepat. Dan semua berjalan seperti apa yang diupayakan.

  Kenangan itu sungguh menarik. Dan waktulah yang sebenarnya merekam dengan bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu