Aku percaya, dan aku memahami bahwa awal tahun ini sungguh berat. Aku sudah berupaya, segala waktuku sudah kuluangkan. Segala doaku, dan juga semua keringat ini sudah kuupayakan. Tapi, nyatanya kehidupan terkadang membawa ke sisi yang lain.
Upaya demi upaya sudah kulakukan. Berbagai cara, aku merasa yakin saat itu sampai akhirnya aku terhempas. Semakin banyak upayaku, semakin banyak hempasan yang menerpaku. Aku merasa terpuruk, apalagi orang-orang di luar sana sudah jauh berjalan. Bahkan, aku selangkah pun tak terasa.
Bagai menerpa badai salju di kutub utara. Tak ada celah, aku rasa kedinginan dan sangat payah. Aku merasa ingin menyerah, walau aku tahu rasa lelah itu belum seberapa. Tapi, saat melihat orang sudah beranjak amatlah jauh. Aku tidah tahu, pikiranku kalut. Aku merasa tak ingin melihat dunia luar. Tidak, itu sungguh menyaktikan.
Berbagai cara kulakukan, berbagai cara juga badai menerpaku. Semakin unik, semakin unik juga. Seolah kehidupan berkata. Upayamu adalah badaimu. Kamu melakuakan upaya seperti itu, badai akan menerpamu layaknya upayamu.
Oh, tidak, aku tidak tahu melakukan apa. Aku masih berusaha terus tersenyum, walau aku merasa hampa. Aku tidak tahu apa yang terjadi di depan. Apa kah aku harus masih berupaya? Sementara cerita ini begitu mengerikan, bisa saja membuatku trauma mendalam. Beruntung banyak orang bijak berkata, kegagalan adalah pelajaran paling berharga. Aku harap aku masih bisa memahami kata-kata itu, walau rasa sesak terus menyesakkan dada.
Terima kasih yang telah berjuang bersama, terkadang asa kita berbuah pahit, kadang juga manis. Segala hal dilakukan hanya satu tujuan, kita bisa mempelajari namanya proses yang berhaga. Baiklah, aku berusaha menghibur diriku. Dan semoga orang-orang diluar sana yang sudah jauh melangkah atau sedang melawan badai. Kudoakan semua terbaik untuk kalian. Menyedihkan memang, karena pemenang hanya seorang. Walau terdapat berbagai macam waktu untuk menjadi pemenang. Dan berbagai macam kesempatan. Tapi, badai dan badai itu tetap datang.