Waktu-waktu yang terus berjalan, menghantarkanku pada ketakutan. Perjuangan orang-orang seolah dianugrahi oleh malaikat-malaikat yang mampu menghantarkannya diambang kegemilangan.
Sementara aku? Tertunduk pada ketakutan, kebimbangan, dan kesedihan.
Saat tahu potensi diri kukira itu awal yang baik, tapi perlahan ku tergerus oleh perbandingan. Banyak orang yang mampu membuat lebih hebat dibanding potensiku. Lagi-lagi aku tertunduk pada ketakutan, kebimbangan, dan kesedihan.
Rentetan waktu masih berjalan, ku coba mendekati diri pada orang-orang yang kupikir bisa menghantarkanku pada sesuatu yang tak bisa kuraih, tapi ku ternyata salah, semua perjuangan itu bicara tentang diri sendiri.
Lelah yang berujung menyerah, perlahan kutarik diri dari gemerlap kehidupan. Menyingsing waktu-waktu yang semakin kelam, dan rasanya aku tidak lagi menjadi seseorang, melainkan sepuing khayalan orang-orang yang tidak dipedulikan.