Kamis, 29 Agustus 2019
Hebat
Bagaimana jika kita kalah bukan karena mereka semua hebat? Tapi kitalah yang belum lebih hebat? Kitalah yang belum bisa mengalahkan diri kita yang levelnya segitu-segitu saja. Kitalah yang harus mengalahkan diri kita saat ini. Untuk jadi lebih baik.
Kamis, 22 Agustus 2019
Lokalisasi
Jadi sebenarnya ada yang dianggap berubah namun sejatinya tidak berubah. Tapi terkadang lokalisasi waktu, perasaan, dan banyak hal membuat seolah semua berubah.
Seperti, waktu selalu sama ialah 24 jam. Tapi dengan perasaan yang jenuh, seolah waktu sangat lambat dan lebih dari 24 jam. Begitu pun ketika perasaan sedang bahagia seolah waktu bergulir lebih cepat.
Walau ada pemahaman sains soal bergulir waktu lebih cepat dan lebih lama karena adanya pengalaman baru atau tidak. Tapi, sekali lagi, ini seperti lokalisasi. Hanya terjadi pada dirimu sendiri.
Terkadang berpikir, dunia seperti hancur berantakan. Padahal dunia tidak jauh bedanya dengan hari-hari kemarin. Itu hanya terjadi pada diri sendiri, lokalisasi pikiran dan keadaan.
Hari ini pun ku keluhkan, kenapa waktuku kok sedikit sekali ya? Rasanya 24 jam tidak cukup, rasanya aku cuman bisa mengerjakan sedikit sekali dalam sehari. Padahal jika aku luangkan waktu seperti membaca 10 menit aja itu rasanya tidak sempat. Padahal jika dipikir apalah 10 menit dalam 24 jam.
Perputaran waktuku tentu saja harusnya sama dengan orang lain. Tapi tidak dengan lokalisasi waktuku, rasanya sangat cepat sampai bingung harus mengerjakan yang mana dahulu. Sampai rasanya khawatir akan apa-apa yang tidak tersampaikan.
Akhirnya aku bertanya ke Mas Salingga. Jawabannya. "Entah kenapa gue merasa, yang bisa mempercepat dan memperlambat waktu itu ada dua."
Aku penasaran. Walau sudah sempat menduga-duga. "Apa Mas?"
"Baca Alquran dan shalat dhuha. Menurut gue, hanya dua itu yang bisa mempercepat dan memperlambat waktu."
Aku setuju, merasakan sebuah ketenangan jika sehari itu ibadahnya rajin. Kayak semua teratasi dengan baik. Tapi, walau tahu begitu kenapa ya tetap masih malas-malasan? Malah cari pembelaan akan waktu yang terhimpit ini untuk sebuah liburan?
Lokalisasi setan yang menggoda kah?
Seperti, waktu selalu sama ialah 24 jam. Tapi dengan perasaan yang jenuh, seolah waktu sangat lambat dan lebih dari 24 jam. Begitu pun ketika perasaan sedang bahagia seolah waktu bergulir lebih cepat.
Walau ada pemahaman sains soal bergulir waktu lebih cepat dan lebih lama karena adanya pengalaman baru atau tidak. Tapi, sekali lagi, ini seperti lokalisasi. Hanya terjadi pada dirimu sendiri.
Terkadang berpikir, dunia seperti hancur berantakan. Padahal dunia tidak jauh bedanya dengan hari-hari kemarin. Itu hanya terjadi pada diri sendiri, lokalisasi pikiran dan keadaan.
Hari ini pun ku keluhkan, kenapa waktuku kok sedikit sekali ya? Rasanya 24 jam tidak cukup, rasanya aku cuman bisa mengerjakan sedikit sekali dalam sehari. Padahal jika aku luangkan waktu seperti membaca 10 menit aja itu rasanya tidak sempat. Padahal jika dipikir apalah 10 menit dalam 24 jam.
Perputaran waktuku tentu saja harusnya sama dengan orang lain. Tapi tidak dengan lokalisasi waktuku, rasanya sangat cepat sampai bingung harus mengerjakan yang mana dahulu. Sampai rasanya khawatir akan apa-apa yang tidak tersampaikan.
Akhirnya aku bertanya ke Mas Salingga. Jawabannya. "Entah kenapa gue merasa, yang bisa mempercepat dan memperlambat waktu itu ada dua."
Aku penasaran. Walau sudah sempat menduga-duga. "Apa Mas?"
"Baca Alquran dan shalat dhuha. Menurut gue, hanya dua itu yang bisa mempercepat dan memperlambat waktu."
Aku setuju, merasakan sebuah ketenangan jika sehari itu ibadahnya rajin. Kayak semua teratasi dengan baik. Tapi, walau tahu begitu kenapa ya tetap masih malas-malasan? Malah cari pembelaan akan waktu yang terhimpit ini untuk sebuah liburan?
Lokalisasi setan yang menggoda kah?
Rabu, 14 Agustus 2019
Selasa, 13 Agustus 2019
Memandang
Kenapa kita lebih terpikir akan hal terburuk? Kenapa tidak terbaik? Kenapa kita terpikir akan penderitaan di depan sana dibanding kebahagiaan? Apakah kita harus bergerak lari dari ketakutan atau bergerak menuju kebahagiaan?
Seberapa pikiran kamu hari ini? Apa yang mendominasi di sana? Hal-hal buruk? Hal buruk yang pernah dilalui atau yang terbayang akan di lalui? Apakah tidak lelah dengan semua buruk itu? Bukankah dunia jadi sangat menakutkan?
Apa yang membuat anak-anak bahagia? Bukankah karena mereka melihat kesenangan dalam kehidupan? Melihat hal-hal yang membuatnya bahagia, melihat mainan yang di dapat, melihat makanan yang akan di santap, melihat banyak hal yang mereka pikir akan membuat bahagia. Bukankah begitu?
Lantas lihat apa yang kakek-kakek terlihat murung? Bukankah karena merasa kematian amat dekat? Sakit yang sebentar lagi semakin menggerogoti tubuhnya? Makanan yang tidak bisa disantap lagi? Banyak hal yang mereka takutkan untuk menjalani hidup mereka selanjutnya, dan wajah mereka teruslah bermuram murja. Bukankah begitu?
Kenapa kita lebih suka terlena dalam kesedihan? Kenapa kita tidak boleh lama-lama dalam kebahagiaan?
Suatu keniscayaan dua itu akan selalu ada di kehidupan ini.
Seberapa pikiran kamu hari ini? Apa yang mendominasi di sana? Hal-hal buruk? Hal buruk yang pernah dilalui atau yang terbayang akan di lalui? Apakah tidak lelah dengan semua buruk itu? Bukankah dunia jadi sangat menakutkan?
Apa yang membuat anak-anak bahagia? Bukankah karena mereka melihat kesenangan dalam kehidupan? Melihat hal-hal yang membuatnya bahagia, melihat mainan yang di dapat, melihat makanan yang akan di santap, melihat banyak hal yang mereka pikir akan membuat bahagia. Bukankah begitu?
Lantas lihat apa yang kakek-kakek terlihat murung? Bukankah karena merasa kematian amat dekat? Sakit yang sebentar lagi semakin menggerogoti tubuhnya? Makanan yang tidak bisa disantap lagi? Banyak hal yang mereka takutkan untuk menjalani hidup mereka selanjutnya, dan wajah mereka teruslah bermuram murja. Bukankah begitu?
Kenapa kita lebih suka terlena dalam kesedihan? Kenapa kita tidak boleh lama-lama dalam kebahagiaan?
Suatu keniscayaan dua itu akan selalu ada di kehidupan ini.
Minggu, 11 Agustus 2019
Cinta yang Hilang
Sudah berapa jam kita berjumpa?
Kurasa cinta itu telah hilang.
Seiringnya waktu, pudar tergerus kata-kata.
Tersisa hanyalah, keyakinan
Bahwa cinta akan datang lagi.
Kurasa cinta itu telah hilang.
Seiringnya waktu, pudar tergerus kata-kata.
Tersisa hanyalah, keyakinan
Bahwa cinta akan datang lagi.
Senin, 05 Agustus 2019
Langit-Langit Terbelah
Banyak sekali rasa-rasa yang tidak ingin dirasa tapi terasa, banyak sekali rasa-rasa yang ingin dirasa tapi tidak terlihat asa.
Wahai langit-langit terbelah, meretakan seluruh permukaan dan hati yang memandangnya. Aku yakin suatu hari nanti, langit yang terbelah itu adalah keindahan yang dinanti.
Wahai langit-langit terbelah, meretakan seluruh permukaan dan hati yang memandangnya. Aku yakin suatu hari nanti, langit yang terbelah itu adalah keindahan yang dinanti.
Langganan:
Postingan (Atom)