Rabu, 13 Juni 2012

Lensa

  Semenjak gue bertemu dengan beberapa orang dengan hobi fotografer yang sangat lebih hingga memiliki beberapa peralatannya, gue pun jadi ikut tertarik. Awal mula gue coba-coba jadi fotografer band temen gue, dan hasilnya gak terlalu buruk dan juga bagus. Flat begitu deh, tapi karena itu gue semakin penasaran.
  Sejak gue beli dslr, gue gak pernah foto jarak dekat, karena lensa gue adalah lensa tele. Gue pun mencoba bujuk bokap gue untuk beli lensa standard. Bokap gue yang kebetulan lagi naksir sama foto-foto serangga, langsung nyuruh gue beli lensa standard. Dari perkara itu gue pun meluncur ke blok m setelah penawaran via bm yang cukup membingungkan.
  Hari ini adalah classmeeting. Gue pun mengikuti perlombaan basket dan voly, kebetulan kedua perlombaan yang gue geluti berhasil mencapai semi final. Masih ada pertandingan penentu. Kembali ke masalah fotografi, semenjak semalam sebelum hari ini. Gue sudah fix untuk pergi ke blok M, gue pun mengajak temen-temen gue. Lebih tepatnya anak-anak FONT.
  Dari beberapa anak FONT ada dua anak selengan yang mau ikut sama gue. Tapi, tujuan mereka sebenarnya adalah pergi ke taman puring untuk beli sepatu. Sampai akhirnya siang itu juga gue dan mereka berangkat naik bus AC.
  Setiba di blok M gue sama mereka ngebolang masuk ke mall blok M. Tak beruntungnya Raka harus dipertemukan mbak-mbak sales. Awal cerita gue sama mereka bertiga jalan, lalu Raka salah satu temen gue yang ikut mengambil brosur, sebelum ia berjalan lebih jauh tangannya di genggam oleh mbak-mbak itu dan mbak-mbak itu melakukan sesuatu pada Raka.
  Tak beruntungnya lagi gue jahat, gue sama Nanda meninggalkan Raka yang terjegat. Setibanya ia berjalan bersama kami tangannya ada sedikit serbuk putih, mungkin mbak-mbak itu mencoba untuk memodusin raka dengan menempelkan serbuk putih di punggung tangannya.
  Gue pun sama mereka putar-putar blok M square mencari sevel yang berada disitu. Sampai akhirnya insting Nanda membawa kami ke tempat yang mungkin benar. Gue masuk dan membeli mie serta minum. Kami membayar, gue pun meyeduh mie tersebut. Hebatnya gue adalah membuat pop mie goreng seperti mie rebus. Akhir cerita pun gue harus makan mie dengan rasa hambar dan kuah penuh kecap dan minyak.
  Sudah begitu ketika gue membuka bumbu semua bumbu blepetan kemana-mana, gue nggak tahu tukang bersihnya keki apa nggak. Gue duduk didalam sana, ngadem sambil makan mie hambar ini. Setelah makan gue langsung pergi tanpa membuang sisa makanan kami. Sampai dilihatin orang sebelah. Bahkan satpam tampaknya keki dengan kami. Kami diluar menunggu orang yang ditunggu sambil melihat satpam yang ada didalam dan takut kembali ke dalam.
  Bermenit-menit kami menunggu, sambil menerka-nerka orang-orang sebagai penjual lensa, ada dari bule, nenek-nenek, kakek-kakek, tukang ojek, parahnya lagi orang dishub. Otak mereka mungkin konslet habis makan mie goreng rebus. Nahloh!?
  Sampai akhirnya gue bisa terhubung dengan itu orang, ia bilang menggunakan jaket hitam. Gue cari berjam-jam tapi nggak ketemu. Hebatnya ternyata, orang itu berada di sevel lain. Gue pun galau seketika, sementara itu gue sama yang lain nggak jadi ke taman puring.
  Akhirnya gue pun ketemu sama si penjual dan beli lensa yang gue inginin. Walau sedikit cacat karena kena cat tapi hasilnya masih bagus. Gue pun seneng, tapi sedihnya raka nggak berhasil beli sepatu. Gue pun memutuskan pulang setelah keliling blok M sebentar untuk mencari sepatu.
  Gue mengggalau sama mereka dengan perut masih lapar dan uang habis. Akhirnya bus datang, gue pun menaikinya. Duduk paling belakang, bahkan lebih belakang. Tempat spesial mungkin, karena bus ini sangatlah penuh. Gue pun merembukan untuk pembayarannya, uang gue masih kurang begitu pun nanda. Sampai akhirnya ketika uang gue pas, uang gopek gue jatuh kebawah dan sulit sekali di jangakau buat gue, tapi lain hal jika Raka yang mengambil.
  Semakin dekat kondektur rapih dengan kemeja dan celananya, semakin deg-degan akan pembayaran yang kurang gopek. tapi akhirnya raka mengeluarkan uang dua puluh ribunya untuk menomboki kami. Gue pun bercerita-cerita sampai seorang didepan gue keki berat. Gue pun turun dan harus jalan dengan menyebrang jembatan tol dan naik motor tak ada dua kami.
  Karena sepatu nggak dapat dan mereka sudah menemani gue hari ini, gue pun dengan sisa uang menajajani mereka walau hanya bubble tapi percayalah hanya itu yang bisa gue beri, itu juga pakai uang bokap gue. Gue saja banyak hutang.
  Sekarang isi dompet gue pun hampa, sementara yang punya hutang sama gue tak mau peduli akan kegembelan gue ini. Mereka tak pernah merasakan hal yang serupa sih. Sempat emosi tapi lensa sudah didapati. Dan siap menjadi fotografer amatir yang mencoba handal. Tak ada salahnyakan berdoa untuk menjadi yang terbaik!? Selamat malam dan beristirahat blogger. Hari yang melelahkan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu