Senin, 23 September 2019

Pencarian

Setiap kali sedang berupaya, aku selalu ingat kisah Ibunda Siti Hajar yang terus berupaya dalam mencari air, dan akhirnya hasil itu didapatkan dari sesuatu yang tak terduga.

Sedari pagi hingga menjelang sore kemarin, mencari kain yang ingin dibeli tak kunjung dapat. Rasanya sudah letih dan ingin sekali menyerah. Hari minggu toko-toko tutup lebih cepat. Aku semakin panik. Menyusuri lorong demi lorong, tirai-tirai besi sudah merapat ke daratan.

Langkah kakiku berjalan tak bertujuan. Hanya menyisir jalan-jalan lorong, bertanya sembarang. Hingga akhirnya tak sengaja terhenti dengan seorang penjual kain. "Pak, ada kain ini?" tanya ayahku.

Bapak penjual kain yang berketurunan cina itu sedang beberes, ia berdiri di atas gulungan-gulungan kain penuh warna. Ia melihat kain yang di tunjukkan ayahku. Bapak penjual itu melanjutkan beberesnya sambil menunjuk ke ujung tokonya, tepatnya ke gulungan kain yang berdiri tersusun di atas lantai. "Coba cek di sana."

Aku dan ayahku langsung mengikuti instruksinya, dan benar saja. Aku tersenyum saat itu, mungkin aku merasakan apa yang Ibunda Siti Hajar rasakan, setelah lelah berlali dari bukit Shafaa ke bukit Marwa akhirnya mendapatkan air zam-zam. Kain itu, seperti air zam-zam. Menyegarkan kepercayaanku, bahwa terpenting adalah ikhtiar saja.

Pun sebenarnya di masa toko-toko mau tutup dapat kain serupa juga dengan yang aku cari, tapi karena banyak pertimbangan akhirnya urung beli. Entah kenapa, kain-kain sulit dicari ini ketemu di akhir? Memang berjuang itu harus sampai akhir ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu