Minggu, 06 April 2014

Masalah Sebenaranya

"Mereka tak peduli, lalu menyalahkan."

*

  Tidak kerasa, empat tahun sudah berlalu. Dari zaman masih bocah yang hanya melongo-longo, dan sekarang sudah mahasiswa, sunggu tak terasa, kini aku sudah punya kartu kependudukan. Ya, waktu emang terjadi begitu cepat. Namun, jika ditilik, tak ada yang berubah dari bangsa ini.

  Aku mungkin tidak tahu banyak tentang politik, tapi aku punya pandangan sendiri. Jika tidak setuju, itu hak kalian. Atau pun sebaliknya. Jika salah mohon dibenarkan, karena aku memang tidak tahu banyak tentang politik.

  Detik-detik semakin dekat, pesta negeri ini akan pemilihan umum sudah gembor-gembor dari jauh-jauh hari. Para kandidat sudah memadatkan jalanan. Dari bendera, flyer, banner, poster, baliho, dan banyak cara lainnya yang mereka kerahkan untuk pesta empat tahunan ini.

  Dulu aku penasaran sekali dengan pemilu, rasanya ingin ikut nyoblos. Tapi, semakin banyak tahu, semakin banyak cerita terdengar. Semangat itu seolah pudar. Seolah menunjukkan, ini loh wujud asli pemilu. Ini loh kebobrokan yang kita pelihara selama ini.

  Dahulu aku memang tak peduli, tapi aku dengan bodoh menyalahkan. Sekarang, semua dimulai dari peduli. Jika kita peduli, maka kita akan tahu, jalanan mana yang tepat untuk bangsa ini. Dan jalan mana yang sengsara untuk bangsa ini.

  Sayangnya, seperti posting sebelumnya, semua orang tahu kebenaran. Tapi, tak semua orang memilihnya. Beginilah realita yang ada di negara ini. Kita tahu sesuatu itu bobrok, sesuatu itu tak mengubah apapun, tapi apa? Kita tetap melanjutkannya.

  Pemilu, banyak orang antusias akan hal itu. Sebuah harapan mereka tanam, sebuah masa depan mereka impikan. Semua itu pada sebuah pilihan. Hidup memang penuh pilihan, begitu kata orang bijak. Tapi, kita harus bijak dalam memilihnya.

  Aku nggak mau ngebahas tentang caleg atau capres atau siapalah. Bukan salah kita memilih mereka. Kita tidak salah, atau mungkin saja salah besar? Siapa yang tahu? Mereka manusia, begitu pula kita. Manusia yang tak ada apa-apanya dan selalu khilaf.

  Sebenarnya kesalahan terbesar kita adalah memilih sistem yang bobrok untuk bangsa ini. Mereka bilang demokrasi, nyantanya berbaur liberal dan banyak macamnya. Sistem bobrok ini lah yang kita pilih terus. Sistem inilah yang terus menampakan kebobrokannya sehingga membuat kita kesal setiap kali melihat berita di televisi, bukan?

Percuma kita memilih orang terbaik di negeri ini jika sistemnya seperti ini. Bagaimana kita analogikan? Mungkin seperti ini, kita memilih orang terbaik untuk masuk ke tong sampah. Pada akhirnya bau sampah pula orang itu. Karena apa? Karena wadahnya kotor. Air sejernih apapun jika di masukan ke wadah kotor, ia kelak akan keruh. Lalu bukan tak mungkin menjadi menghitam.

  Ya, semua itu presepsiku. Sekali lagi, itu hanya presepsiku. Sisanya terserah kalian. Jadi, solusinya apa? Menurut saya pribadi, kita cari sebuah sistem yang jelas dan sudah teruji kebenarannya. Maksudku, sistem yang tak bercelah, yang sempurna. Sistem yang bukan di buat oleh tangan manusia yang banyak khilafnya. Ya, kalian pasti tahu. Mungkin.

  Dan beberapa kesempatan aku sempat melihat sebuah slogan-slogan yang membuatku tersenyum-senyum. Begini tulisannya. "Mari kita memilih, memilih untuk tidak memilih. Karena tidak memilih adalah sebuah pilihan." kurang lebih begitu maksudnya.

  Aku juga tidak mengajak kita golput, aku hanya ingin membuka pikiran kita dari setoples acar kosong yang ditutup rapat-rapat. Kita sudah besar, kita tahu politik itu penting. Bahkan rasullulah sendiri pun berpolitik. Untuk apa? Untuk bangsa ini. Dan juga kita, warga bangsa ini.

  Mari kita berpikir, masa depan kita ada di tangan sendiri. Masa depan kita ada di kepedulian kita. Dan jika kamu tak peduli, jangan mencoba untuk menyalahkan kelak. Gali informasi sedalam mungkin. Lalu tentuhkan pilihan. Hati-hati, media itu suka bermuka dua. Bukankah hidup menarik bukan?

  Dan sekarang, gara-gara aku ngirim sebuah link berita. Aku sedang adu argumen dengannya, temanku sendiri. Karena masalah sederhana. Ia kurang suka berpolitik. Ya, mungkin ada yang tak suka. Tapi, suka tak suka juga untuk kita, bukan?

  Untuk tanggal sembilan nanti, aku pun sudah punya pilihan. Dan kalian pasti tahu. ;)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu