Senin, 31 Desember 2012

Perhatian Pagi Buta

  Pernah gak elu keki pada suatu malam, atau mungkin tengah malam karena suatu pristiwa? Gue pernah mengalamainnya. Dan itu bersama temen deket gue – Septian. Suatu malam gue bermain kerumah Dhieka, gue ketagihan ngopi sampai gue terjaga hingga larut malam.

     Kami main kartu remi, dan si Dhieka gokil lima kali berturut-turut dapat kartu dewa. Sementara gue jadi mangsanya dan kalah terus menerus. Tapi, bukan peristiwa itu yang buat gue kesal setengah mati. Karena waktu sudah menandakan hari baru gue dan Septian pun pulang dari rumah Dhieka.

     Gue boncengan sama Septian dan kami melancong bersama di pagi hari ini dengan kesunyian dan sepinya jalan yang begitu nikmat dirasakan. Dari pada Jakarta siang yang padat akan mahluk tak peduli satu sama lain.

      Setiba gue mau belok ke lokasi perumahanan nenek gue yang renacananya Septian mau menginap, gue dapat kabar gembira untuk Septian yang merupakan salah satu pendukung tim sepakbola Chelsea yang kebetulan pada malam itu menang atas Aston Villa dengan skor 8-0.

      Septian terlihat gembira riang campur aduk dah, sampai semua berubah ketika Negara api menyerang. Eh. Maksud gue ketika motor gue diberhentiin sang penjaga lalu lintas. Septian yang kebetulan gak memakai helm menjadi sasaran empuk si PLL (Penjaga Lalu Lintas, kalian tahulah bukan satpam kok)

     Di pagi buta itu gue gak percaya PLL masih berkeliaraan sebelum gue tahu ada operasi lilin, baru tahu gue selain operasi pelastik ada lilin. Makin canggih aja dunia. Gue dan Septian kena tilang. PLL terus mencari kesalahan-kesalahan gue sama Septian yang padahal sebentar lagi tiba sampai rumah.

     PLL menyalahkan Septian karena tak memakai Helm, tak mempunyai Sim karena membuat sim emang mahal dan suka di tikusin melulu. Pada malam itu 8-0 skor telak dari Chelsea dan PLL menghakimi gue dan Septian dengan 80 ribu. Seganjar mungkin ya. Septian yang gak mau ambil sidang atau ribet akhirnya mengasihi begitu saja 80rb.

     Saking niatnya itu PLL, pas ngambil uang di tengah gelapnya tas Septian, salah seorang PLL itu rela menyalakan cahaya senter di hapenya. Ini niat sekali mereka. Gue hanya pasrah, tadinya gue mau iseng ngerekam percakapan mereka. Tapi gue takut kenapa-kenapa. Haha…

     Pertama mereka minta 100rb untuk damai, tapi 80rb karena adanya dan sekarang sudah tak ada alias lenyap di pagi buta yang gak menyangka ada mereka. Mereka PLL terdiri dari 3 orang, satu sang algojo, satu lagi pengemudi, satu lagi sang penerang atau penasehat.

      Setelah gue pikir-pikir 80rb dibagi tiga kan susah, gue yakin si pengemudi kebagian sedikit doang. Sampai akhirnya kamu berpisah dengan PLL yang baik hati dan perhatian di pagi buta begini untuk mengingatkan kami untuk tertib lalu lintas. Sampai akhirnya gue melihat orang serupa dengan gue – Tak pakau helm dan gonceng berdua – berjalan begitu saja di jalan besar ini.

     Keki gue klimaks sampai akhirnya twitterlah menjadi sasarannya. Gue sangat gak nyangka baiknya PLL dan perhatiannya. Buat kalian yang merasa bepergian aman mending pikirin lagi deh, coba pakai pakaian yang lengkap seperti pakai celana dalam atau pun celana. Kalau enggak, bukan ditilang tapi dikatai gila.

     Oke gue nyaris frustasi. Sudah dulu ya, gue mau buat sim dahulu. Sepik. Gue mau uber itu PLL dan minta 80rb temen gue itu. Oke capcus cyiiih…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu