Senin, 12 Mei 2014

Sedihnya Seorang Bodoh

"Dan sekarang aku mengerti, kenapa banyak orang bijak takut bodoh daripada miskin."

*

  Mungkin, menurutku mungkin sebagian besar orang tua malu jika anaknya seorang yang bodoh. Mungkin bodoh terdengar kasar, jika kita tilik, setiap orang tidaklah bodoh. Terhadir adalah rajin dan malas.

  Semua orang tua benci kepada anak yang pemalas. Anak yang tak pernah ingin memahami, belajar, atau apapun namanya agar ia memiliki ilmu yang banyak dan bermanfaat kelak. Maka dari itu semua orang tua menyolahkan anaknya. Untuk tak menjadi orang bodoh.

  Sekolah memang memaksa kita untuk rajin, tapi tak sebagian besar hanyalah tempat bermain paling asyik sepanjang muda kita. Jika tidak sekolah, kurasa kehidupanku datar saja. Tak ada cerita di mana aku bertengkar, melirik wanita, atau bahkan meledek beberapa teman.

  Tapi, setelah itu semua. Setelah aku mendapati diriku kehilang sebuah tugas saat praktikum kuliah. Lalu sang asisten memberikan tugas untukku. Kemudian, apa yang aku lakukan? Aku tak bergeming. Aku hanya memandang layar berpendar dan kesal pada diriku sendiri.

  Mungkinkah ini yang dimaksudkan bodoh? Akibat ketidak rajinanku, aku merasa tak mengerti untuk menyelesaikan permasalahan ini. Berkutat dengan modul serta internet. Tak sedikit pun membuahkan hasil.

  Mata kuliah ini tak pernah peduli seberapa banyak kau membaca, namun bagaimana kau menyelesaikan sesuatu itu dari yang apa yang kau baca dan mengerti. Beginilah aku, terpaku dan terus kebingungan hingga beberapa jam.

  Akhirnya aku meminta beberapa temanku yang ahli akan hal tersebut. Di minggu yang genting menjelang uas ini sudah pasti pada sibuk dengan tugas-tugas mereka. Dengan egoisnya aku bertanya beberapa cara, dan ini tak makan waktu sebentar.

  Bahkan, ada temanku hingga mengerjakannya sendiri, ia mencobanya, walau hasilnya tak di dapatkan. Tapi, ia sudah berusaha untuk membantuku. Membagi waktunya untuk tugasku yang taklah penting baginya. Sementara aku? Bolak-balik lembar modul, berpikir keras, dan bum, hanya pening yang kudapatkan.

  Setelah beberapa orang kutanya, akhirnya ada yang memberikan pencerahaan bagiku. Hingga terlibat begitu jauh, dan akhirnya aku mendapati menyelesaikan tugas itu. Dengan sukses aku kirim tugas itu ke asprak.

  Tapi, aku mendapati. Aku layaknya orang bodoh. Aku tak bisa berbuat apa-apa, padahal itu materi yang seharusnya aku kuasai. Bahkan, bodoh ini ternyata tidak hanya menggangguku. Bodoh ini membuat orang lain ikut terganggu.

  Pantas saja, kenapa orang takut akan kebodohan. Kebodohan ini dapat membuat orang lain terkena imbasnya. Kebodohan ini layaknya kulit pisang di jalanan. Terabaikan, tapi jika terinjak. Ia bisa menjatuhkanmu hingga membuatmu koma. Mungkin saja.

  Rasanya sedih jika aku mengingat detik-detik itu. Oh, Tuhan. Aku tahu hambamu tidak ada yang bodoh. Ini masalah sudah atau belum. Masalah waktu dan usaha. Tapi, betapa hinanya hambamu ini tadi. Tak mengerti sedikit pun, justru merepotkan orang lain.

  Mungkin jika orang tuaku tahu, ia akan membenciku. Tapi, beruntungnya orang tuaku bisa memaklumi. Ada beberapa hal yang bisa di lakukan seseorang dan ada yang tidak. Tapi, betapa menyenangkannya bisa melakukan hal-hal penting, bukan?

  Terkadang aku sungguh benar-benar iri kepada temanku. Ya, dia pendiam. Tapi, jika di tanya hal. Ia cepat mengerti. Bahkan tugasku ini, yang aku pikirkan selama dua jam berkutat dan tak menemukan jalan keluar. Ia hanya butuh sepuluh menit untuk bilang, itu 'gampang'.

  Aku pun tak kalah iri dan kepinginnya ketika melihat seorang sukses dengan kehebatannya, dengan kepintaraanya. Kepandaiannya di suatu bidang, membuatku terus bertanya pada diriku sendiri. Apa yang sudah kulakukan selama delapan belas tahun ini? Sementara mereka sudah menuai kata 'sukses'.

   Kalau kata beberapa dosen. Sepuluh ribu jam untuk menuai kata ahli. Dan sekarang, aku tak tahu sepuluh ribu jam untuk apa? Terkadang aku merasa rakus ingin pintar semua. Dan jatuhnya, aku seorang yang bodoh. Karena, tak ada suatu bidang yang bisa kujalani dan mendapatkan predikat memahaminya lebih dari yang lain. Tidak ada. Atau mungkin, ya semoga saja, belum.

  Oh, sedihnya menjadi orang bodoh. Apakah sekarang diantara kalian ada yang ingin menjadi orang bodoh? Kurasa semua menolaknya. Penyakit ini harus dibasmi hingga keujung perut bumi. Tak peduli, seberapa tebal lapisan bumi. Inilah asal mula, kenapa sebuah negara bisa runtuh atau bangkit.

  Kepintaran tak pernah merugikanmu. Ia selalu menolongmu dan teman-temanmu. Tinggal bagaimana kamu pintar untuk berbijak.

3 komentar:

  1. Ngoding mi? samaaa TT--TT hiks
    lucu kata2nyaa.. xD

    BalasHapus
  2. Hati-hati mi. Jangan dibawa serius ama sama ngoding, bisa biki IDIOT ntar.

    BalasHapus
  3. yana: haha iya aku emang lucu wkwk. ngoding itu nikmat~

    bang jak: ya karena sudah idiot jadi seharusnya bisa lah ya kwkwk

    BalasHapus

komentar bagi yang perlu