Minggu, 27 September 2015

Hai, Hari ini aku siap berperang lagi

  Setelah kemarin aku akhirnya berjumpa seseorang yang terus menginspirasiku setiap kali aku membacanya, ya, aku menjumpai Tere Liye. Orang yang sedikit terlihat di biografi bukunya, orang yang tak pernah terlihat di google, google pun bahkan tak mengenalnya, kecuali karyany. Orang yang ada hanya tulisannya yang indah dan menginspirasi layaknya Hoeda Manis, aku berjumpa dengannya.

  Mungkin satu mimpiku lagi, aku ingin bertemu mas Hoeda, aku tidak tahu kapan, jadi aku hanya ingin membicarakan Tere Liye. Orang itu mungkin terlihat biasa, tapi otaknya luar biasa. Nada pembawaannya layak mario teguh, orang itu memiliki paras yang tak ramah senyum, tapi selalu enak dipandang pada tulisannnya.

  Tere Liye awalnya membicarakan masalah pembaca dan mendevelop bangsa, yes, bangsa kita terlalu minim untuk membaca, apalagi untuk mencetak karya tulis, pembaca saja tidak ada, buat siapa lalu kita menulis? Aku ingat akan hal itu.

  Sisanya, seperti talk show biasa, semua bercerita masalah ide, semua bercerita bagaimana memulai, semua bercerita jatuh bangunnya menjadi seorang penulis, semua bercerita menulis dari hati akan masuk ke hati, semua bercerita mereka hanya menulis, hobi mereka menulis, masalah menginspirasi atau merubah seseorang, itu hanya poin tambahan. Itulah sisa-sisa talk show yang menurutku menarik. Tentu saja, Tere Liye ada di sana.

  Lalu yang tak kalah menariknya adalah, aku tahu kenapa google bahkan sedikit atau nyaris tidak ada foto Tere Liye. Ya, Tere Liye tidak ingin berfoto seusai acara, ia hanya melakukan book signing, tapi saat itu, masih ada saja remaja-remaja yang mencuri kesempatan untuk foto bersamanya, walau Tere Liye pun sibuk akan book signingnya.

  Ya, aku terus memandangannya, bermenit-menit, menatap Tere Liye dengan wajah yang terlihat tak ramah, ya itu covernya, aku tak tahu isinya. Ia pun menjawab-jawab pertanyaan dari pembaca seiring melakukan book signing.

  Aku terus melihatnya, mencoba merasakan perjuangannya hingga ia bisa seperti sekarang. Semua berawal dari satu, ya, menulis. Tere Liye pun sama dengan semua orang (penulis), berawal dari menulis, menulis dan menulis, maka semua mengalir begitu saja hingga sekarang.

  Dan aku pun akhirnya pulang dari acara itu melewati danau galau, well, aku pun galau, otakku terus bertanya-tanya, hidup ini terkadang semudah dan sesulit itu sekaligus. Mudah untuk bermimpi namun sulit untuk merealisasi. Terlebih akan pekerjaannya yang menjlemit ini.

  Aku pun sekarang duduk di depan monitor, mencoba merangka tulisan terbaruku. Kali ini aku ingin semuanya terlihat jelas, aku berusaha memetakan, aku berusaha mengerti apa yang aku tuju dari cerita ini. Ini sungguh diluar kebiasaanku, tapi, aku mulai kebingungan dan aku akhirnya menulis ini.

  Ya, hari ini aku siap berperang lagi. Bagaimana dengan kalian? Tentu saja teman, kita semua punya kesibukkan, yang berbeda adalah niat dan memberinya waktu. Suatu yang sangat berharga adalah waktu, jika kamu memberikan yang berharga itu, maka orang lain akan senang bukan? Begitu pula dengan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu