Belakangan ini bulak-balik Bandung-Jakarta dan sebaliknya memaksa ku menggunakan transportasi umum. Dan pantas saja banyak orang memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi umum. Karena apa? Hem, ada beberapa alasan pribadi sih.
Bagi mahasiswa sepertiku yang uangnya tipis bingit dan hanyalah pemberian dari orang tua, saat menggunakan transportasi umum rasanya begitu menyengat dibandingkan menaiki kendaraan pribadi seperti motor.
Ya, mungkin semua ini dampak dari kenaikan bbm tempo hari, padahal bbm sudah turun walau tak seperti harga semula--dari harga sebelum dinaikkan--tapi harga tarif angkutan umum tidaklah turun rupanya. Aku tahu tidak turun ketika seorang ibu-ibu menanyakan biaya tarif yang mahal padahal bensin sudah turun dan sang kondektur hanya menjawab. "Iya Bu, habis dari si boss nya gak turun setorannya."
Saat situasi seperti itu tidak ada yang bisa disalahkan. Karena semua pengin untung, bukan? Tapi, sekali lagi, untuk mahasiswa seperti aku rasanya cukup sakit di dompet. Bayangkan hanya naik angkutan tak begitu jauh hanya beberapa kilometer paling harus mengeluarkan lima ribu.
Entah itu mahal atau tidak, tapi melihat uang jajan yang diberikan rasanya itu bisa bikin tiap hari makan nasi sama uapnya saja. Sekarang apa-apa jadi mahal, sementara uang jajan ya segitu-segitu saja. Entah ini pribadinya yang emang dapetnya sedikit atau memang harga sudah mulai menyelekit?
Sekali lagi entahlah, tapi sungguh tidak terbayang beberapa tahun lalu naik angkutan umum cuman dua ribu dan sekarang limu ribu untuk beberapa kilometer. Pantas saja orang lebih memilih naik motor yang jika dihitung-hitung satu liter seharga tujuh ribu enam ratus bisa mencapai lebih jauh dan sesuka hati daripada angkutan umum.
Ya, semua ada plus minusnya memang, tapi kalau pergi-pergian gini terus. Bokek juga abang, dek...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu