Siang itu jalanan depan kampus begitu lengang, hanya beberapa motor hilir mudik dengan santai. Udara yang mendung pun begitu nikmat. Dilengkapi dengan kue pancong yang sedang terpanggang dengan segala toping yang sedang melting.
Saat itu seorang temanku berkata padaku. "Umur kita sudah dua puluhan, sudah saatnya berpikir untuk menikah."
Aku menoleh ke arahnya dan mengangguk-ngangguk. "Tapi..."
Orang itu menunggu aku melanjutkannya.
"Aku seorang bocah."
"Entahlah, aku tidak yakin."
Aku mengangguk. "Ya, aku seorang bocah, aku sering membaca kata 'bocah' dari penulis idolaku. Dan aku pun berpikir, aku seorang bocah."
"Kau benar-benar bocah, sebaiknya kita sudahi perbincangan ini. Dan lupakan soal menikah."
Aku mengangguk setuju, aku hanyalah seorang bocah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu