"Krisis dari segala krisis adalah krisis percaya diri."
Seperti yang tertera pada postingan sebelumnya. Sudah hilang rasa percaya diri ini. Kini percaya diri itu dengan tega menggrogoti mental hingga ke ujung-ujung. Memberikan rasa takut serta tekanan yang dahsyat. Apalagi saat kamu tidak tahu untuk bertindak apa?
Uang masih bisa dicari dengan cukup 'mudah'. Tapi, hal ini. Ah, bahkan kau tidak berani berkata setitik pun saat krisis ini menimpa diri. Saat perkataanmu terdengar seperti polusi udara. Kehadiranmu seperti tak kasat mata.
Mereka tak pernah peduli, hanya ingin tahu. Tapi tak pernah mengerti. Gundukan di dada yang terus menghampiri, rasanya ingin kuluapkan bak api-api menyapu segalanya. Namun, sekali lagi rasa percaya diri tertimbun tak peduli.
Aku lebih memilih dicaci maki atau ditertawai dari pada sepasang kata 'tak peduli'. Begitulah menurutku. Jika aku jujur pada diriku sendiri, mungkin itulah aku, aku yang berusaha tak peduli terhadap orang yang telah mengecewakan. Tapi, sesungguhnya itu bikin sakit hati.
Dan kini, aku berada di posisi mereka--orang yang dengan tega aku tak acuhkan. Aku benar-benar berada di posisi mereka. Dan rasanya sungguh luar biasa. Membuat otak tak bisa mencerna segala aksara, membuat langkah tertahan oleh udara, membuat sejentik pun harapan tersisih begitu saja.
Maksudku, benar-benar runyam dan tidak sama sekali enak. Begitu banyak rasa yang tercipta, sesungguhnya adalah rasa kecewa dan jelas ke arah negatif semua. Dilema? Entahlah, aku pikir semua sudah semestinya. Berantakan. Bagaimana aku membuatnya seperti itu.
Itu semua yang membuat kini kumerasa krisis kepercayaan diri telah melanda. Semenjak seminggu lebih setelah entah apa yang kuperbuat. Semua kurasa semakin berantakan, entah apa aku akhir-akhir ini menjadi orang yang berperasaan--sensitif--atau memang ini kenyataannya.
Aku tak tahu bagaimana keluar dari zona ini--krisis kepercayaan diri--aku butuh hiburan. Mungkin pulang ke kampung halaman sedikit bisa melepas penat yang ada. Walau ujian besar telah menanti di ujung sana. Payah. Terkadang aku pikir kehidupanku begitu.
Lantas berpikir kehidupan orang lain begitu sempurna. Aku semakin terpuruk, dan tak pernah merasa percaya diri. Bahwa hidupku layak untuk mereka iri. Peduli apa? Semua berjalan begitu cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu