Senin, 30 Juli 2012

Kumis Sapi

  Senin? Yap, entah kenapa kata itu terdengar begitu mengerikan dan mencekam. Tak ada hari seseram senin. Kenapa? Karena senin adalah hari pertama memulai aktivitas yang membosankan. Banyak yang bilang begitu, tapi entah kenapa gue yakin orang yang bilang seperti itu kehidupannya sangatlah monoton.
  Mau senin, selasa, rabu, ataupun malam minggu menurut gue sama saja, hanya bagaimana kita menyikapi dan menikmatinya. Senang-sedih bukan karena harinya tapi karena keadaan dan prilaku kita sendiri. Jadi, jangan takut akan hari senin yang membosankan ini.
  Hari senin dengan kostum putih-putih gue meluncur kesekolah dengan selamat. Lolos dari buku besar yang menghampiri gue setiap paginya (baca: terlambat sekolah). Hari ini gue memulainya dengan baik, walau kepala terngiang dan berat sekali. Seperti ditusuk jarum, cekikcekik-cekikcekik... Haha...
  Gue tiba disekolah dengan sehat wal'afiat. Walau terkadang motor gue selalu sakit akan tubuhnya yang sudah menua. Ok abaikan masalah motor. Pagi ini gue belum mengerjakan tugas fisika gue. Gue cuek, gue gak mikirin, kepala gue pusing, gue pengin buka tapi inget gue sudah besar, gue pengin punya pacar tapi ingat nanti dosa, gue pengin bunuh diri tapi gue juga inget hutang gue masih banyak.
  Setelah beberapa jam guru tak kunjung masuk, gue masih santai badai kece tsunami lewat... Sampai akhirnya guru fisika menjajakan kakinya ke kelas gue dan menanyakan tugas itu. Fix gue labil, rasanya gue haus dan lapar. Gue mulai mengerjakan tugas fisika dengan cara melihat teman gue. Gue jujur di blog ini, karena sekarang bulan puasa.... Lagi pula ujung-ujungnya tugasnya tak juga dikumpulkan. Rasanya perjuangan gue yang tercela ini menjadi sia-sia tak berarti. Dosa dapat nilai tak kunjung dapat.
  Setelah fisika usai, kkpi menjadi pelajaran selanjutnya. Menjelang pelajaran kkpi gue sempat bikin kumis-kumisan. Kumisnya gue buat dari lembaran buku dan digambar menggunakan spidol lalu diarsir. Mudah bukan? Selanjutnya tempel double tip lalu buka double tip selanjutnya tempel pada bagian yang diinginkan. Kumis pun jadi. Berikut penampakan gue dengan sikumis ini, oh ya gue bikin kumisnya 4 dan tak ada yang bagus. Semuanya mencong-mencong kaya bencong kaya suka keroncong dan sering lihat pocong.

Lihat betapa jeleknya gue sekarang? Iye, gue tahu dari dulu juga emang jelek. Ini penampakanku dengan kumisku, bagaimana denganmu? Ini di edit lewat instagram. Sebelum handphone kena razia.


  Setelah gue bernarsis ria dengan kumis aneh itu, beberapa guru hadir di kelas gue dan mengadakan razia handphone serta kunci motor. Gue enggak tahu ada apa, tapi kayanya ini masalah tak ada hubungannya dengan kumis gue yang unyu ini (iyalaaah...).
  Tingkat kesimetrisan kumis memang tak terlalu miring, jadi sebanarnya gue sengaja buat kumis mencong-mencong. Maklum dulu gue bekas seniman abstrak, jadi sulit yang rapih-rapih. Fix alibinya basi sekali. Sampai akhirnya ada razia celana dan gue pun kena. Ok gue sekarang jadi anak yang sering masuk buku besar. Padahal gue enggak membunuh orang ataupun nyeruduk orang. Gue sapi berkumis yang jinak kok. *muka unyu*
  Setelah gue kena hukuman yang beruntungnya gak harus pakai celana kolor karena celana kecil, gue pun mengejarkan beberapa soal matematika yang sekarang mulai gue pahami walau masih sering keliru. Intinya terus berlatih toh gak ada salah dan ruginya. Sok-sok beri quotes ya gue? Tapi bener kok, indahnya berkata itu tak ada yang bisa menghalangi.
  Gue pun keluar kelas dan mencoba pergi kekantor dengan kumis unyu ini, banyak sekali adek kelas terlihat. Mereka menatap gue, memindai gue, melirik gue, melihat gue dengan heran dan mencoba untuk menahan tawa. Memangnya lucu ya? Gue pun bertanya-tanya, menurut gue ini unyu lho... Menurut gue sih.... Soalnya gue yang pakai...
  Sampai akhirnya gue merasa terbiasa menggunakan kumis ini, banyak yang ketawa tapi gue seneng. Ada juga beberapa yang mention twitter gue dan bilang kumisnya KEREN! Gue bilang apa kumisnya memang keren! Guenya sih tetep jelek.
  Akhirnya suasana mulai sepi dan gue bangga menggunakan kumis ini. Gue sempat menjadi sorotan dengan kumis, dulu juga sempat ketika gue menggunakan tas bebelac adek gue yang super oenjoee (baca: unyu)..... Gue pun tak langsung pulang, gue sempat kebengkel mengganti kulit jok dan pergi ke bulan-bulan untuk membuat stiker.
  Ketika perjalanan sempat ada insiden, nyaris tabrakan sama kaki gue kepelinir. Itu absrud.... Oh ya, doain gue ya guys. Gue baru saja mengirim naskah untuk lomba di pusat kurikulum perbukuan. Semoga sapi yang polos ini berhasil mendapati hal yang inginkan di akhir bulan juli dan menyongsong bulan agustus. :)

4 komentar:

  1. Rapih gan tulisannya, tampilannya juga. Mantap. Anyway narsis banget :D

    BalasHapus
  2. wah thanks gan sudah berkunjung. haha... karena narsis sebagian dari kesuksesan. eaaa.... :)

    BalasHapus
  3. keren ka , sampe baca 2 kali gue :D haha

    tadi di sekolah gue juga sempet ketawa pas liat lo pake kumis itu..

    BalasHapus
  4. makasih dek. Seneng deh liat anak jaman sekarang suka ngebaca... walau baca apapun itu. haha..

    Iya? waaaah... haha

    BalasHapus

komentar bagi yang perlu