Kamis, 05 Juli 2012

Tangisan Dalam Mimpi

  Setiap orang pasti pernah melakukan aktifitas itu. Yak, tidur. Seakan-akan kita tewas dan kemudian dibangunkan kembali. Ketika tertidur tak ada yang dapat mengetahui apapun, ia terbawa alam sadarnya. Ada suatu hal ketika tertidur, kita sering kali bermimpi.
  Mimpi, terkadang banyak mimpi yang hadir pada kita karena otak kita selalu memikirkan itu sehingga terjadi pada mimpi, atau pun karena sebab lainnya. Beruntung gue bukan pakar dunia mimpi atau psikologi atau pun penerjemah mimpi. Jadi hanya kata-kata itu yang bisa gue katakan.
  Tepatnya hari kamis di bulan juli ini, gue mendapati diri gue bangun dengan terisak-isak. Kenapa? Mimpi buruk? Bicara mimpi buruk entah ini memang mimpi buruk, atau mimpi sedikit buruk, atau mimpi aneh. Terherannya pada mimpi itu gue memang menangis, kenyatannya pula gue memang menangis.
  Dahulu ketika usia gue masih anak bawang, gue sering bermimpi pipis di suatu lokasi. Hal hasil ketika gue bangun gue memang benar-benar pipis (baca: Ngompol). Tapi, itu terjadi waktu gue kecil. Alhamdulillah ketika dewasa gue gak kebelet pipis atau pup ketika bermimpi.
  Pada pagi ini gue bermimpi, mimpi yang sangat aneh. Awal cerita gue pulang dari suatu lokasi ke rumah gue. Gue melihat ada beberapa pria asing berdekatan dengan ibu gue. Gue pertama cuek, gue masuk kerumah. Saat itu gue mulai mengamuk, dan keluar sambil terisak sambil menanyakan siapa pria itu?
  Ayah gue yang berada disatu sisi cuek akan hal ini. Gue terheran, ibu gue mencoba menjelaskannya tapi gue abaikan. Air mata terlinang begitu saja di pipi gue pada dunia mimpi. Pria itu mencoba membujuk gue tapi gue kekeh tak mau ibu gue menikah lagi. Gue benar geram sambil terisak-isak.
  Ada salah satu saudara pria itu mungkin mencoba memfoto gue dengan kamerannya. Gue pun terus menahan kamerannya dengan air mata yang masih berlinang sambil memaki seorang yang membawa kamera itu. "Baru punya kamera ya!? Dikira gue artis difoto-foto?" mungkin itu dialog yang gue bilang.
  Lalu gue kembali ke arah pria itu dan terus meluapkan semua amarah gue. Siapa sih yang rela ibunya menikah lagi? Sementara ayah kita masih mampu menafkahi dan masih sehat wal afiat? Gue benar-benar geram. Adek-adek gue cuman bisa melihat dari berbagai sisi. Sampai akhirnya gue terbangun dari mimpi itu.
  Gue tebrangun dan masih menangis. Air mata bercucur disekitar wajah gue dan bantal. Mata gue terasa sakit, entah kenapa. Gue benar-benar gak rela jika itu ternyata sebuah kenyataan. Semoga hanya mimpi absrud.
  Mata gue pun sembab. Sehabis gue shalat shubuh gue ceritain semua ini ke ibu gue dan ia tertawa lepas. Walau gue sering bertengkar sama ayah, tapi tetep gak tega jika ia harus tersingkirkan. Karena mereka tak akan pernah tergantikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu