Rabu, 25 Februari 2015

Penantian Panjang Tak Pernah Mengecewakan

  Ini merupakan sebuah hal gembira untukku. Ya, tentu saja. Setelah penantian. Setelah ledekan dan penyesalan yang menyelimuti tubuhku. Ini adalah sesuatu yang menggembirakan. Tak pernah terpikirkan, hal yang pernah kupanjatkan sebagai doa akhirnya terkabul. Padahal aku sudah saja nyaris menarik langkah-langkahku.

  Semua seperti sebuah drama, semua sungguh skenario yang mengerikan dan pada akhirnya menjelaskan kebahagiaan yang terbentuk dari penantian panjang. Dari sebuah kesabaran. Dari keikhlasan. Dari terusnya impian.

  Ini memang hal sepele, mungkin kalian akan menutup bacaan ini saat ini juga. Ya, tentu saja karena aku terlalu bertele-tele. Tapi, ini memang sungguh membahagiakan. Di saat aku mulai muak dengan semua ini, di situlah jalan hadir. Begitu terang, dan menenangkan.

  Biar aku ceritakan apa yang telah terjadi.

  Kalian pasti masih ingat betul tentang postinganku yang caru marut penuh misuh-misuh dan jengkel sebel menjadi satu. Ya, waktu dimana laptopku pertama kali rusak. Di sana aku sungguh menyesal, bete, dan segalanya bercampur.

  Tapi, saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak ada uang untuk membenarkannya. Aku tak mungkin menjualnya, karena kupikir itu pemberian terakhir dari kakekku--walau pemberian sesungguhnya masih bentuk uang.

  Dan jika kujual laptopku, mungkin orang tuaku marah-marah. Di sana aku rasanya sudah putus asa, apa rasanya di zaman modern ini dan menekuni kuliah dibindang Informatika tapi tak punya laptop? Seperti harimau tak punya taringnya.

  Aku sungguh benci rasanya waktu-waktu itu. Tak ada sedikit pun kebahagiaan, terlebih semakin hari semakin mengerikan. Laptopku semakin tak karuan. Berbagai teman ada yang prihatin, ada juga yang iseng meledekiku.

  Aku tak mengambil hati, terkadang aku berpikir mungkin aku terlalu terambisi dan rakus. Aku benar-benar seperti orang bodoh saat membeli laptop itu. Ambisi dan hawa nafsuku seolah menyelimuti tubuhku hingga aku tak bisa bernapas sedikit pun.

  Setelah bertahan dengan seadanya laptop yang masih berfungsi, aku terus berpikir bagaimana cara memperbaikinya. Bahkan gaji menjadi asisten praktikum saja taklah cukup. Jauh, masih sangat jauh. Aku cerita berbagai kalangan, termasuk ke blog. Dan kupikir tak ada jalan keluar untuk membenahinya.

  Tapi, entah kenapa aku bertahan bahwa suatu hari bakal ada program untuk perbaikannya. Karena, asal kalian tahu, masalah pada laptopku bukan hanya pada laptopku. Tapi, seluruh seri laptopku nyaris mengalami hal yang sama.

  Memang idiot, aku sungguh tak pernah tahu atau terpikir kapan program itu tiba? Aku hanya berpikir untuk menyimpan laptop yang semakin hari semakin tak terpakai karena warna gambar yang semakin memprihatinkan.

  Beruntungnya, ada jalan kecil yang diberikan oleh Allah. Begitu banyak teman yang baik kepadaku. Sangat banyak. Dan yang satu ini, sungguh tak pernah terpikir olehku. Tiba-tiba ia menawarkan komputernya untuk dipinjamkan setelah melihat keadaanku.

  Ya, aku sangat bersyukur memiliki teman kayak dia, walau terkadang menjengkelkan, ya aku akui, itu wajar. Dengan adanya kesempatan itu, aku tak ambil pusing. Jika dia mengizinkannya, aku bersedia saja. Tentu, itu keuntungan bagiku.

  Hingga akhirnya satu semester terlalui dengan komputer temanku. Dan kerusakan laptopku nyarislah setahun. Aku ingat betul ketika aku berbincang dengan kakekku sebelum meninggal. Ia berjanji membelikanku laptop. Dan di situ aku belum memilikinya.

  Mungkin setelah setahun kakekku meninggal, di sanalah semua ini terjadi. Tepat setahun. Tapi, belum genap setahun. Sebuah kabar gembira membasuh telinga dan mataku. Aku benar-benar terkejut. Aku pikir ini semua karena aku bersadaqah kemarin, sudah lama sekali aku tak bersadaqah. Sekalinya melakukan, seolah-olah Allah angkat bicara.

  Kau tak akan pernah kehilangan dengan memberi, justru kau mendapatkannya. Kupikir itu yang ditunjukan. Setelah sadaqah dan mendapatkan kabar gembira itu. Aku sudah tak paham lagi, aku senang tak terbayang. Satu yang kupikirkan, kesabaran dan memberi mungkin cara yang paradoks dengan apa yang dibutuhkan, tapi kenyataannya, kita masih bisa berharap kepada Allah. Bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa semua sudah diatur oleh-Nya.

  Setelah kabar itu tiba, sekarang aku masih menunggu kapan benar-benar aku bisa membenahi laptopku. Walau belum terjadi, aku masih bahagia. Skenario yang tak satupun orang bisa buat. Allah Maha Kuasa. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu