Terkadang setiap kali aku ingin berbuat jahat, aku selalu berpikir. Bagaimana jika orang yang aku jahati itu adalah aku? Bagaimana jika aku diposisi yang akan dirugikan itu? Bagaimana jika semua itu aku? Aku yang menderita?
Dari situlah, aku terkadang mengurungkan niat jahatku. Karena aku takut, jika itu terjadi pada diriku--kejahatan yang ingin aku lakukan. Pada akhirnya aku tak melakukan itu dan melakukan yang sekiranya kelak akan menguntungkanku juga tanpa merugikan orang lain.
Tapi, percayalah, tak semuanya berpikir seperti itu. Ada juga mencegah perbuatan jahat dengan pemahaman lainnya. Ya, ada banyak alasan untuk mencegah berbuat jahat. Tapi, ada berjuta alasan untuk berbuat jahat pula.
Di zaman yang sudah semakin mengerikan, tak perlu jauh-jauh mencari alasan untuk berbuat jahat. Sungguh banyak alasan untuk berbuat jahat. Di situlah terkadang manusia diuji, di situlah bagaimana Tuhan mengamati kita, apa yang kita percayai, apa yang kita pelajari, apa yang kita pahami, semua diuji disitu. Seberapa takutnya kita akan Tuhan, seberapa dekatnya dengan Tuhan.
Tapi, begitulah hidup. Terkadang manusia gila akan dunia yang fana, dan melupakan habitat yang kekal itu. Dan tanpa berdosa melakukan kejahatan, lantas tak peduli akan apa yang dirasa orang yang ia jahati.
Kurang lebih seperti itulah kejahatan. Dan pada pagi yang membuatku kedinginan ini, aku terkejut. Sangat terkejut. Biar sedikit kuceritakan kisah ini. Ya, aku mempunyai teman di kosanku ini. Namanya Rizal, biasa dipanggil faggot.
Dia orang yang baik, sangat baik, itu menurutku. Tidak baiknya saat ia menjadi seeder atau mendownload film dan mengganggu koneksi di kosan. Itu saja. Tapi, keseluruhan dia mahasiswa kupu-kupu yang baik.
Tapi, pada pagi yang dingin itu. Justru pria baik itulah yang ternyata merasakannya. Sebuah kejahatan yang tak kenal kasihan. Pada pagi hari itu, motornya lenyap begitu saja. Ya, semua terkesiap. Seluruh teman-temanku, termasuk aku yang pertama kali mencari tahu dimana motornya, setelah ada kisah bahwa pagi itu satu motor hilang.
Jadi, setelah tahu motor Rizal hilang, dua motor hilang di pagi itu. Gembok yang menyegel pagal sudah tidak berfungsi, dan begitu rapih tak ada rusak pada gembok itu kecuali fungsinya. Dan dua motor hilang lalu dua motor lagi ternyata sedang ingin mereka ambil tapi kepergok oleh ibu-ibu.
Tepatnya kurang lebih sekitar subuh, mungkin para penjahat itu tahu, sudah sangat tahu keadaannya. Disaat subuh, bapak penjaga mungkin sibuk ke masjid, dan saat itu semua lengah. Dan di saat itu juga aku tahu gunanya bangun subuh.
Sungguh, kegelapan itu mengerikan. Entah itu pagi atau malam, kegelapan itu memang mengerikan. Terselip rasa takut yang terus menyebar, kegelapan itu menggiring para penjahat melakukan aksinya. Walau sepertinya kesempatan itu sulit di dapat.
Dan suasana di kosan semakin wanti-wanti. Sudah tak aman lagi, dan benar-benar tak aman. Bayangkan saja, pintu yang tergembok rapi, dengan mudahnya terbobol. Lalu dua motor hilang. Persetan dengan para penjahat itu.
Sungguh, seandainya mereka berpikir jika mereka ada di posisi temanku, Rizal, mungkin mereka akan enggan melakukannya. Sayangnya kegelapan itu telah hinggap dihatinya, rasa takutnya sudah lenyap. Tuhan pun tak mereka percaya, kupikir begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar bagi yang perlu