Pernah berpikir perjuangan seorang ibu? Ya mereka sangatlah berarti bagi hidup kita. Begitu pula seorang nenek bagi gue. Kok bisa? Begini kronloginya...
Hidup dibawah kasih sayang ibu dan ayah memang menyenangkan, tapi berbeda dengan gue. Bukan, orang tua kandung gue masih ada kak. Cuman ketika gue tinggal dengan mereka sering sakitan, namun pas nenek dan kakek gue hadir di hadapan gue entah ada apa gue jadi tampak mendingan atau sembuh bisa dibilang.
Maka dari itu gue tinggal sama kakek dan nenek gue. Gue hidup jauh dari ibu dan ayah serta adik-adik gue. 13 tahun itu berlangsung, lama memang tapi banyak kisah yang ingin gue ceritakan disini. Dimana yang ada kasih sayang seorang nenek bukan ibu atau ayah. Itu tak buruk, setidaknya mereka peduli dengan orang yang tak membanggakan seperti gue ini.
Tahu siapa yang menjaga kita saat kita berada dalam mimpi buruk? Mungkin jawaban kalian dengan gue berbeda. Ya, nenek selalu mengingatkan gue agar berdoa sebelum tidur, mendongeng kisah nabi sebelum beranjak dewasa, dan hanya bisa tidur kalau bersanya serta memegangi tahi lalat di lengannya. Itu tak akan pernah terlupakan, seorang nenek sebelum gue berada dalam mimpi buruk.
Setelah melewati mimpi buruk, mata gue terbuka untuk menyongsong pagi. Siapa yang hadir pertama kali? Ya, nenek hadir mengingatkan untuk membaca doa dan bersyukur mata kita masih dapat terbuka dari kelamnya mimpi buruk itu. Pagi yang cerah di sambut oleh beliau dengan senyuman.
Tak ada yang bisa dipungkiri setelah gue terbangun olehnya, seusai bergegas untuk sekolah di meja makan selalu hadir sarapan pagi. Walau beliau harus mengajar ia masih sempat mengingatkan pentingnya sebuah sarapan pagi. Sehingga kami terisah dan berjumpa siang.
Waktu itu siang memuncak, suasana panas membuat semua orang terbawa emosi. Kakek sering sekali marah pada gue, memukui gue karena hal sepele, pelukan nenek ketika itu menghentikan panas yang mencekam. Beliau setia rela menyuapiku makan agar gue mau makan. Gue memang anak bandel, tapi nenek sangat betah mengurusi semua kelakuan gue.
Pernah suatu malam gue lupa karena apa gue sempet ngusir nenek gue, itu ketika gue kecil. Mungkin sekarang melihat beliau tersenyum untuk berkata saja sudah tak sanggup.
Hanya nenek yang tau saat gue sedang ngambek dan cari perhatiannya di tengah lautan cucu-cucunya. Hanya beliau yang membela saat sedang berdebat dengan beberapa keluarga gue. Hanya beliau yang mau menerima semua kekesalan gue dengan kepolosannya.
Sekarang ketika gue beranjak besar hingga menginjak jenjang sekolah menengah atas, gue harus pisah dengan beliau. Orang tua gue membawa gue untuk tinggal bersamanya. 13 tahun itu masa perjuangan nenek sampai kapan pun tak terlupakan. Sampai rasana tak mau kehilangan beliau, mungkin lebih baik gue yang tak tiada di dunia ini dahulu dibanding dengan beliau.
Keinginan gue untuk membahagiakan beliau memang belum terwujud, tapi gue berterima kasih telah ditugaskan untuk merawat beliau seusai operasi usus buntu. Kini gue ingin menjadi seorang yang merawatnya seperti beliau merawat gue. Setiap malam ditemani kesunyian tak terlalu buruk jika ditugakan untuk menjaga beliau.
Doa gue di bulan penuh berkah ini semoga beliau lekas sembuh dari sakitnya.
Oh ya, di postingan ini gue bukan mengecilkan seorang ibu. Tapi ini yang gue rasakan, walau ibu kandung gue tetalah hebat. Mereka hebat, wanita hebat. Lebih dari superhero. Tak ada ruginya kita menjaga mereka dan taat pada mereka. Jika kalian berani melawan kepada mereka, coba deh renungin tanpa adanya beliau apa kalian bisa jadi seseorang seperti ini?
Yuk, kita buat mereka spesial karena mereka telah melakukannya kepada kita. Untuk menjadi yang spesial...
Hidup dibawah kasih sayang ibu dan ayah memang menyenangkan, tapi berbeda dengan gue. Bukan, orang tua kandung gue masih ada kak. Cuman ketika gue tinggal dengan mereka sering sakitan, namun pas nenek dan kakek gue hadir di hadapan gue entah ada apa gue jadi tampak mendingan atau sembuh bisa dibilang.
Maka dari itu gue tinggal sama kakek dan nenek gue. Gue hidup jauh dari ibu dan ayah serta adik-adik gue. 13 tahun itu berlangsung, lama memang tapi banyak kisah yang ingin gue ceritakan disini. Dimana yang ada kasih sayang seorang nenek bukan ibu atau ayah. Itu tak buruk, setidaknya mereka peduli dengan orang yang tak membanggakan seperti gue ini.
Tahu siapa yang menjaga kita saat kita berada dalam mimpi buruk? Mungkin jawaban kalian dengan gue berbeda. Ya, nenek selalu mengingatkan gue agar berdoa sebelum tidur, mendongeng kisah nabi sebelum beranjak dewasa, dan hanya bisa tidur kalau bersanya serta memegangi tahi lalat di lengannya. Itu tak akan pernah terlupakan, seorang nenek sebelum gue berada dalam mimpi buruk.
Setelah melewati mimpi buruk, mata gue terbuka untuk menyongsong pagi. Siapa yang hadir pertama kali? Ya, nenek hadir mengingatkan untuk membaca doa dan bersyukur mata kita masih dapat terbuka dari kelamnya mimpi buruk itu. Pagi yang cerah di sambut oleh beliau dengan senyuman.
Tak ada yang bisa dipungkiri setelah gue terbangun olehnya, seusai bergegas untuk sekolah di meja makan selalu hadir sarapan pagi. Walau beliau harus mengajar ia masih sempat mengingatkan pentingnya sebuah sarapan pagi. Sehingga kami terisah dan berjumpa siang.
Waktu itu siang memuncak, suasana panas membuat semua orang terbawa emosi. Kakek sering sekali marah pada gue, memukui gue karena hal sepele, pelukan nenek ketika itu menghentikan panas yang mencekam. Beliau setia rela menyuapiku makan agar gue mau makan. Gue memang anak bandel, tapi nenek sangat betah mengurusi semua kelakuan gue.
Pernah suatu malam gue lupa karena apa gue sempet ngusir nenek gue, itu ketika gue kecil. Mungkin sekarang melihat beliau tersenyum untuk berkata saja sudah tak sanggup.
Hanya nenek yang tau saat gue sedang ngambek dan cari perhatiannya di tengah lautan cucu-cucunya. Hanya beliau yang membela saat sedang berdebat dengan beberapa keluarga gue. Hanya beliau yang mau menerima semua kekesalan gue dengan kepolosannya.
Sekarang ketika gue beranjak besar hingga menginjak jenjang sekolah menengah atas, gue harus pisah dengan beliau. Orang tua gue membawa gue untuk tinggal bersamanya. 13 tahun itu masa perjuangan nenek sampai kapan pun tak terlupakan. Sampai rasana tak mau kehilangan beliau, mungkin lebih baik gue yang tak tiada di dunia ini dahulu dibanding dengan beliau.
Keinginan gue untuk membahagiakan beliau memang belum terwujud, tapi gue berterima kasih telah ditugaskan untuk merawat beliau seusai operasi usus buntu. Kini gue ingin menjadi seorang yang merawatnya seperti beliau merawat gue. Setiap malam ditemani kesunyian tak terlalu buruk jika ditugakan untuk menjaga beliau.
Doa gue di bulan penuh berkah ini semoga beliau lekas sembuh dari sakitnya.
Oh ya, di postingan ini gue bukan mengecilkan seorang ibu. Tapi ini yang gue rasakan, walau ibu kandung gue tetalah hebat. Mereka hebat, wanita hebat. Lebih dari superhero. Tak ada ruginya kita menjaga mereka dan taat pada mereka. Jika kalian berani melawan kepada mereka, coba deh renungin tanpa adanya beliau apa kalian bisa jadi seseorang seperti ini?
Yuk, kita buat mereka spesial karena mereka telah melakukannya kepada kita. Untuk menjadi yang spesial...
duh, semoga neneknya cepet sembuh deh yaaaa jadi terharu gini kaan~
BalasHapusperempuan emang hebat *senyum kece*
wah... kak...
BalasHapusruar biasa nih postingannya...
*Terharu* hehe
smoga sang nene sgr cpet smbuh yak..
aaminn...
dan smoga makin sayang ama sang nenek jg tak lupa ibunda