Selasa, 19 Januari 2021

Hingar Bingar

Selain menulis perkara kematian, hingar bingar kehidupan mungkin menjadi tulisan yang paling banyak saya buat di catatan sehari-hari, betapa akutnya saya terpapar hingar bingar ini.

Dahulu, mungkin hingar bingar itu hanya terdengar melalui saluran-saluran radio, lalu dari media pendengaran itu ditambahlah pengelihatan, televisi pun menjadi peran utama memperlihatkan gemerlap dan mewahnya kehidupan, entah dalam drama atau berita-berita artis terkini.


Sekarang rupanya ditambah lagi, ya, ibu jari menjadi pelengkap. Sekarang hingar bingar kehidupan mudah sekali didapatkan, dengan ibu jari, kita bisa melihat sekaligus mendengar gemerlap dan kemewahan kehidupan.


Dahulu yang saya pikir hanya artis aja yang haus akan ketenaran, sekarang hampir semua remaja merasakan itu, berbagai hal dilakukan untuk mendapat perhatian dunia, pun saya termasuk salah satunya.


Pada bagian cerita Totto-Chan, saya mendapati bahwa betapa lelahnya kita dihadapkan dengan kesibukan, kemewahan, ketenaran, dan segala hal yang mengasyikan sampai kita lupa merasakan dan menikmati hal yang sederhana, seperti kesunyian, ketenangan, dan daun yang jatuh dari pohonnya.


Kita mungkin sudah lupa rasanya bosan, karena saat hal itu terjadi kita tinggal memainkan ibu jari lantas masuk kedunia yang begitu sempurnya, tampaknya.


Di dunia yang sempurna itu, semua terlihat tidak bercelah, perlahan diri kita yang menatapnya menjadi menciut, ah mungkin itu saya saja. Lalu kita terpacu untuk menampilkan hal yang sempurna juga, lantas semua menjadi begini adanya.


Tidak bercelah, kehidupan sempurna, keindahan, kemewahan, mengasyikan, tidak ada kebosanan, selalu menjadi hebat, setiap momen selalu diabadikan, bahkan semua bisa menjadi konten untuk meraup pundi-pundi uang. Sampai kita lupa caranya menjadi manusia biasa saja.


Manusia yang menghadapi waktu demi waktunya dengan kesadaran, tanpa rekomendasi mesin canggih milik perusahaan teknologi sana.


Tidak, tidak ada yang salah, kita semua bisa memilih untuk menjalani hidup seperti apa, dan itu yang akan kita pertanggung jawabkan kelak.


Ini hanya catatan manusia yang iri dengan kehidupan orang lain di sosial media sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu