Jumat, 15 November 2013

Saat Dunia Berakhir

  Ketika kamu benci akan sesuatu tapi kamu tak mampu mengungkapkannya. Ketika kamu benci sesuatu kamu tidak tahu harus berbuat apa. Ketika kamu benci sesuatu kamu hanya terdiam dan dicabik olehnya. Ketika kamu benci sesuatu kamu terlihat begitu bodoh.

  Aku rasa, entah hanya perasaanku yang payah. Tapi, dunia mungkin mau berakhir. Oke ini sembarang kata. Jangan pernah dianggap sebuah pedoman. Ketahuilah, begitu banyak masalah akhir-akhir ini. Terutama berbicara dengan perasaan yang terombang-ambing oleh angin malam.

  Bagaimana tidak? Diam saja membuatku kesal. Apapun yang kulakukan seolah salah dan menyebalkan. Baiklah, ini sudah larut malam. Aku terjebak di sebuah gedung oleh segala perasaan berkecamuk. Malam jum'at ini tidaklah lebih dari omong kosong.

  Bahkan ketika aku kangen mereka, entah bagaimana mungkin, mereka tidak menanggapiku. Oke, mulai terlihat bodoh bukan? Jelas-jelas sudah malam, siapa juga yang mau menanggapi pria bodoh ini? Haha. Ketawaku terasa hambar, ceritaku seperti benang kusut.

  Ini malam jumat kelabu, abu-abu warna seperti debu. Aku terus menatap mereka dengan segala hal ambigu. Aku pikir aku terbelenggu. Oleh waktu yang kian membeku atau mungkin terbang semu. Ah, sudah-sudah.

  Bagaimana kata orang bijak bilang? Tenangkan pikiranmu. Tatap esok, hidup ini tidak untuk detik ini. Tapi, detik selanjutnya. Entah siapa yang bilang seperti itu, aku pikir aku hanya mengarang. Apa aku orang bijak? Haha, siapa peduli?

  Hmm... Aku ragu menyudahi postingan ini. Aku terlanjur sakit, sakit yang tak berujung. Bagaimana bisa? Hidup hanya sekali, tapi rasa sakit terus menghantui. Bedebah bukan? Mereka tak pernah peduli, karena ini tak lebih dari rasa tak kasat mata.

  Aku terjebak di gedung ini hingga tengah malam mencoba mengusirku. Aku benci, aku benci sesuatu yang membuat semua merasa terjebak. Terkadang kita dapat memilih, namun terkadang kamu terdapat pada pilihan yang menjebak.

  Aku selalu percaya kalau semua akan menjadi baik. Tapi, mata sipit ini sudah tak kuat menahan kantuknya. Aku rindu sesuatu. Sesuatu yang bisa memberiku petuah, mengingatkanku kepada-Nya. Membuat aku tertegun dan merenung akan segala yang aku perbuat.

  Ada yang salah, ada yang salah pada malam ini. Suara teriak hewan itu jelas terdengar. Cicitnya, gonggongnya, dengungnya, apapun itu. Mereka tetap tidak merubah keluh kesah malam kelabu ini. Ayolah, secercah harapan harus kuraih. Karena, kutakut hari esok tak kunjung datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar bagi yang perlu